ISRAEL DAN PALESTINA
I. Pendahuluan
Permasalahan yang sangat panjang terjadi antara Israel dengan Palestina. Konflik ini sudah banyak memakan korban jiwa. Banyak pendapat mengatakan Israel yang salah, tapi ada juga yang mengatakan bahwa Palestina yang salah. Berbagai sudut pandang mengenai konflik ini bermunculan tanpa ada jalan keluar yang bisa dilahirkan.
Yang lebih besar lagi, masalah agama dikait-kait dengan pertikaian ini. Negara Israel sering dikaitkan dengan bangsa pilihan Tuhan, apalagi hampir setiap negara di dunia ini terkhususnya negara-negara Islam mengutuknya akibat agresi militer yang ia lakukan ke Jalur Gaza (Palestina) beberapa waktu yang lalu. Apakah benar permasalahan antara Israel dan Palestina adalah masalah agama? Atau hanya masalah politik belaka. Untuk itu, kami akan mencoba mengkaji permasalahan antara Israel dan Palestina tersebut.
II. Pembahasan
2.1. Latar Belakang
2.1.1. Latar Belakang Israel dari Sudut Pandang Perjanjian Lama
Menurut kitab suci Yahudi, Tanah Israel (Ibrani: אֶרֶץ יִשְׂרָאֵל, Eretz Yisrael) adalah tanah yang dijanjikan oleh Tuhan kepada keturunan Abraham. Istilah ini tidak sama dengan negara Israel (Medinat Yisrael). sebelum didirikannya negara Yahudi, kini Israel, istilah Eretz Yisrael digunakan oleh orang Yahudi yang religius untuk wilayah yang disebut Palestina. sesudah peristiwa yang lain). Tugas ini merupakan sebuah keharusan dalam memahami PL. Pengetahuan ini memampukan pembaca modern untuk melihat keterkaitan berbagai peristiwa dalam PL secara kronologis. Kita juga dapat memahami bagaimana suatu kitab berinteraksi dengan dan berperan dalam suatu periode historis tertentu. Di samping itu, kita dimampukan untuk melihat secara lebih detil dan runtut tentang bagaimana Allah setia terhadap janji-Nya serta bagaimana Ia mengatur sejarah begitu rupa untuk merealisasikan semua rencana-Nya.Tidak heran sebagian besar penulis buku Pengantar PL tidak lupa mendiskusikan topik ini. Walaupun hal ini penting, namun tugas ini bukanlah tugas yang sederhana. Ada beberapa factor yang saling berkaitan yang menyebabkan kita mengalami kesulitan dalam merekonstruksi sejarah bangsa Israel. Pertama-tama adalah urutan kanon Alkitab yang tidak disusun secara kronologis. Baik kanon Ibrani maupun Yunani (LXX) tidak ada yang memberikan urutan kronologis kitab-kitab PL. Masalah ini menjadi semakin rumit karena pentarikhan beberapa kitab sampai sekarang masih diperdebatkan. Faktor lain berkaitan dengan hakekat dari kitab-kitab PL. Maka dengan tepat dapat dinyatakan bahwa Alkitab bukan dirancang terutama sebagai buku pegangan sejarah atau budaya, sehingga kita tidak bisa mengharapkan Alkitab memberikan pola kronologi yang konsisten dan detil sebagaimana dipahami oleh pikiran modern. Para penulis Alkitab lebih menekankan apa yang dilakukan Allah dalam sejarah daripada rentetan sejarah itu sendiri.
Dengan kata lain, perhatian utama penulis adalah pada aktor di balik sejarah (yaitu Allah), bukan pada panggung sejarahnya. Cara penulis PL memberikan rujukan waktu pada peristiwa yang mereka catat juga menjadi faktor lain mengapa kita kesulitan merekonstruksi sejarah bangsa Israel secara detil dari sisi waktu. Penulis PL memiliki kebiasaan yang berbeda dengan orang modern pada waktu erikutnya untuk berperang (Hak 2:3; 3:1-4). Ketidakadaan pemimpin dan kehidupan yang berbaur dengan bangsa kafir membuat bangsa Israel dengan cepat membelakangi TUHAN. Mereka hanya taat pada saat TUHAN membangkitkan seorang hakim, tetapi setelah itu mereka berbuat dosa lagi sehingga TUHAN. Menghukum mereka melalui penjajahan oleh bangsa kafir (Hak 2:18-19). Seluruh kitab Hakim-hakim menceritakan sebuah siklus yang selalu terulang: dijajah bangsa lain – meminta tolong kepada Allah - TUHAN membangkitkan hakim – mereka bebas dan kembali menyembah TUHAN – hakim mati, mereka berbuat dosa lagi. Berdasarkan lamanya mereka dijajah oleh bangsa kafir dan diperintah oleh para hakim (Hak 3:8, 11, 14, 30; 4:3; 5:31; 6:1; 8:28; 9:22; 10:2, 3, 8; 12:7, 9, 11, 14; 13:1; 15:20; 16:31), maka periode ini mencakup durasi waktu 410 tahun. Jika perhitungan ini kita ambil, maka akan berkontradiksi dengan 1Raja-raja 6:1.
Permulaan jaman kerajaan
Di antara jaman hakim-hakim dan kerajaan terdapat dua tokoh penting yang mengisi masa transisi ini, yaitu Eli dan Samuel. Sama seperti pada jaman hakim-hakim, pentarikhan dalam periode ini meninggalkan masalah. Alkita tidak memberi petunjuk jelas tentang rentang waktu antara hakim terakhir di Kitab Hakim-hakim dan pemunculan Eli. Alkitab hanya menyatakan bahwa Eli adalah seorang imam (1Sam 1:9; 2:11) dan hakim (1Sam 4:18). Ia meninggal pada waktu usianya sudah lanjut (1Sam 2:22; 3:2) dan ia memerintah sebagai hakim selama 40 tahun (1Sam 4:18). Keterangan ini jelas tidak memadai untuk menentukan kapan Eli hidup atau memerintah atas Israel. Hal yang sama terjadi pada hidup maupun pemerintahan Samuel. Petunjuk yang diberikan tidak terlalu jelas. Kita memiliki silsilah Samuel (1Sam 1:1) tetapi ini tidak banyak membantu, karena silsilah belum tentu lengkap, apalagi silsilah di sini sedikit berbeda dengan daftar di 1Tawarikh 6:22-28. Alkitab hanya menjelaskan bahwa Samuel sudah melayani di bait Allah sejak jaman Eli (1Sam 2:11), tetapi sejak usia berapa Samuel benar-benar berperan sebagai hakim. Antara pemerintahan Salomo ke-4 dan peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir terbentang waktu 480 tahun. Jika 410 tahun masa hakim-hakim ditambah dengan pengembaraan di padang gurun (40 tahun), masa penaklukan Kanaan (7 tahun), interval waktu antara kematian Yosua sampai munculnya hakim pertama (? tahun, Hak 2:7, 10), kepemimpinan Eli (40 tahun, 1Sam 4:18), interval antara Eli dan Samuel (20 tahun, 1Sam 7:2), kepemimpian Samuel (? tahun,1Sam 7:15), Saul (? tahun, 1Sam 13:1) dan Daud (40 tahun, 1Raj 2:11), maka jumlah itu sudah melampaui 480 tahun. memberi petunjuk eksplisit. 1Samuel 12:2 menginformasikan bahwa Samuel menjadi hakim sejak ia muda (ne’urim), tetapi kata Ibrani ne’urim di sini dipahami secara berbeda oleh para penerjemah. Sebagian mengusulkan “masa anak-anak” (KJV/NKJV; Kej 8:21; Kel 2:6; 2Sam 12:16) maupun “masa muda” (ASV/NIV/NASB/RSV, bdk. Kej 46:34; Im 22:13; Bil 30:3, 16; Ay 33:25; Ams 29:21). Pemakaian kata neoths dalam LXX . Jika penjelasan di atas diterima, maka pada masa anak-anak Samuel belum menjadi hakim. Ia baru mendapat penyataan Tuhan secara khusus (1Sam 3:2-18) dan ia terus bertumbuh dewasa dan dikenal oleh bangsa Israel (1Sam 3:19-4:1a). Eli dan dua anaknya kemungkinan besar mati pada saat Samuel masih remaja, sehingga ada kevakuman kepemimpinan selama bertahun-tahun. Dua puluh tahun kemudian (1Sam 7:2) Samuel mulai tampil sebagai hakim (1Sam 7:2-14). Dengan demikian Samuel kemungkian besar mulai memerintah sejak usia sekitar 30 tahun. Dugaan ini sesuai dengan kebiasaan orang-orang Yahudi (bdk. 2Sam 5:4; 1Taw 23:3; Luk 3:23). Dari usia 30 tahun Samuel terus dipercaya Tuhan untuk memimpin bangsa Israel seumur hidupnya (1Sam 7:13, 15). Karena Alkitab tidak menginformasikan secara eksplisit pada usia berapa Samuel mati, maka kita tidak dapat mengetahui secara persis berapa lama ia memerintah bangsa Israel sebagai hakim. Kita hanya bisa menduga berdasarkan beberapa petunjuk implisit: maka Samuel menjadi hakim sebelum ia menikah. Seperti sudah disinggung sebelumnya, Samuel mungkin berusia sekitar 30 tahun pada waktu menjadi hakim; (2) jika pada masa tua Samuel ia memilih anak-anaknya sebagai hakim, maka mereka harus sudah berusia 30 tahun pada saat mulai menjadi hakim. Hal ini paling tidak menunjukkan bahwa pada waktu pemilihan ini usia Samuel sudah sekitar 60 tahun (dari permulaan ia menjadi hakim sampai anak-anaknya layak menggantikan sebagai hakim); (3) jika ditambah dengan sisa kepemimpinannya sesudah ia mengangkat anak-anaknya sebagai hakim, dapat disimpulkan bahwa Samuel kemungkinan besar mati pada usia 70 tahun. Jadi, ia memerintah sebagai hakim selama kurang lebih 40 tahun. Walaupun kita tidak mengetahui secara pasti pada usia berapa Samuel mati, tetapi hal ini tidak terlalu menimbulkan masalah dalam hal kronologi. Sebelum Samuel mati, kepemimpinan Israel sudah ada di tangan Saul. Jadi, kronologi bukan dihitung dari total kepemimpinan Samuel, namun dari awal kepemimpinannya sampai Saul menjadi raja.
Masa kerajaan
Beberapa waktu sebelum ia mati (1Sam 8:1), Samuel mengangkat anak-anaknya sebagai hakim atas Israel (1Sam 8:1), namun mereka tidak mampu memimpin dengan baik seperti dirinya (1Sam 8:2-3). Sama seperti dua anak imam Eli, anak-anak Samuel pun melakukan perbuatan jahat. Pada masa inilah bangsa Israel menuntut seorang raja. Dengan demikian masa ini merupakan transisi dari jaman hakim-hakim ke jaman kerajaan (monarkhi). Perubahan dari dua masa ini pada mulanya tidak setegas yang dipikirkan oleh banyak orang. Ada beberapa petunjuk yang membuktikan bahwa pada masa awal kerajaan masih dapat ditemui pola kepemimpinan seperti di jaman sebelumnya. Pertama, pada masa Saul sudah menjadi raja, Samuel tetap menjalankan peranan sebagaihakim. Samuel tetap menjadi hakim seumur hidupnya (1Sam 7:15). Ia sempat berpamitan dengan bangsa Israel setelah Saul menjadi raja (1Sam 12:1-25). Ia bahkan sempat menegur Saul dengan keras, sesudah itu ia pergi ke Ramah untuk menjadi hakim di sana (1Sam 15:34-35; bdk. 1Sam 7:15-17). Kedua, tugas seorang raja yang diminta oleh bangsa Israel sebenarnya berkaitan dengan tugas hakim-hakim. Di 1Samuel 8:5 bangsa Israel meminta seorang raja yang akan ”memerintah” atas mereka (LAI:TB/RSV). Sesuai kata Ibrani yang dipakai, terjemahan yang lebih tepat seharusnya ”menghakimi” (KJV/ASV/NASB ”to judge”). Di samping itu, 1Samuel 8:20b memperjelas bahwa tugas raja yang diminta adalah ”menghakimi dan memimpin dalam peperangan”.Ketiga, baik hakim-hakim maupun raja sama-sama dipilih oleh Tuhan. Dalam Kitab Hakim-hakim disebutkan berkali-kali bahwa seorang pemimpin harus dipilih secara langsung oleh Tuhan (Hak 2:16, 18; 3:10, 15; 6:12; 11:29; 13:25). Demikian pula dengan seorang raja. Tuhanlah yang menjadikan Saul sebagai raja (1Sam 9:15-21; 10:17-24; 15:35b). Kesalahan dalam permohonan seorang raja ini terletak pada beberapa hal: (1) dengan meminta seorang raja berarti mereka telah menolak Allah yang telah memilih seorang pemimpin bagi mereka (1Sam 8:7-8; bdk. Kel 16:8); (2) mereka ingin menjadi seperti bangsa lain (1Sam 5:5, 20a); (3) mereka tidak sadar terhadap konsekuensi negatif dari bentuk pemerintahan kerajaan (1Sam 8:10-18; bdk. Ul 17:14). Alkitab menyatakan bahwaraja pertama Israel adalah Saul. Kapan ia mulai memerintah sebagai raja dan berapa lama ia memerintah? Pertanyaan ini sulit dijawab, karena 1Samuel 13:1 yang seharusnya menjadi petunjuk penting ternyata menimbulkan berbagai perdebatan. Dalam salinan kuno yang berhasil ditemukan, tidak ada penyebutan tahun yang jelas (LAI:TB ”berumur sekian tahun”). Terjemahan Aramik menafsirkan ayat ini secara figuratif dengan kalimat ”Saul tidak memiliki kesalahan seperti orang yang berumur satu tahun pada waktu ia menjadi raja”. Penerjemah KJV memilih ”Saul memimpin satu tahun, dan ketika ia telah memimpin atas Israel selama 2 tahun....”. Versi Inggris lain ada yang memilih 30 tahun (NIV/NASB95) atau 40 tahun (ASV/NASB77). RSV memutuskan untuk mengosongkan keterangan tentang tahun ini.
Dari semua alternatif ini, angka 40 tahun tampaknya lebih masuk akal. Pada masa awal kekuasaannya, Yonatan, anak laki-laki Saul, sudah terlibat dalam pertempuran melawan bangsa Filistin. Berdasarkan Bilangan 1:3 usia minimal untuk berperang adalah 20 tahun. Jika waktu itu Yonatan sudah berumur 20 tahun, maka Saul kemungkinan besar menjadi raja sedikit di atas umur 40 tahun, tetapi tidak sampai 50 tahun. Jika ia mulai memerintah pada usia 50 tahun, maka sulit diterima bagaimana ia sanggup memerintah selama 40 tahun (Kis 13:21) dan masih aktif berperang sebelum mati (1Sam 31). Walaupun di atas telah disinggung bahwa durasi kekuasaan Saul adalah 40 tahun, tetapi petunjuk ini masih perlu diperjelas. Dalam 1Samuel 13:1b sebenarnya tidak ada keterangan yang pasti tentang lama pemerintahan Saul. NIV dan NASB95 memilih 42 tahun, NASB77 32 tahun, sedangkan RSV memilih ”....dua tahun”. Penerjemah LAI:TB (”dua tahun”) mengikuti KJV dan ASV yang menganggap ”dua tahun” di sini bukan sebagai lamanya kekuasaan Saul, tetapi tahun tertentu dalam kepemimpinannya ketika terjadi peristiwa seperti dicatat di ayat 2-22. Mengingat salinan Alkitab yang ada memang defektif dalam bagian ini, informasi tentang lamanya Saul memerintah hanya didasarkan pada Kisah Rasul 13:21. Jika 1Samuel 13:1b memang menginformasikan durasi kekuasaan Saul, maka kemungkinan besar yang benar adalah 42 tahun (Kis 13:21 adalah pembulatan saja). Selama Saul menjadi raja ia gagal menjadi raja yang baik. Dua kali ia secara sengaja melanggar perintah Tuhan (1Sam 13, 15). Ia pun selalu memiliki alasan untuk membenarkan diri. Pada masa akhir pemerintahannya Tuhan sudah tidak mau berbicara kepadanya lagi, sehingga ia memutuskan untuk menggunakan jasa pemanggil arwah guna memanggil Samuel yang sudah mati. Akhirnya ia mati secara mengenaskan dan kekuasaannya diberikan Tuhan kepada Daud. Alkitab mencatat dengan jelas kapan dan berapa lama Daud memerintah sebagai raja (2Sam 5:4). Salinan Alkitab dalam bagian ini juga semua seragam. Daud berusia 30 tahun waktu ia menjadi raja dan ia memerintah selama 40 tahun. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Daud lahir pada tahun ke-10 pemerintahan Saul. Karena angka 30 tahun di 2Samuel 5:4 dihitung dari saat Daud menggantikan Saul, maka usia Daud pada waktu diurapi Samuel (1Sam 16) jauh lebih muda daripada itu. Waktu itu usia Daud mungkin sekitar 15 tahun dengan pertimbangan: (1) dia sudah cukup dewasa untuk menggembalakan domba (1Sam 16:11); (2) dia belum cukup umur untuk ikut berperang (1Sam 17:33). Jika perkiraan ini benar, maka dapat disimpulkan bahwa Daud diurapi sebagai raja pada tahun ke-25 pemerintahan Saul. Ia harus menunggu selama 15 tahun sebelum ia benar-benar menjalankan fungsi sebagai raja.
Pemerintahan Daud diwarnai dengan berbagai macam hal, mulai dari keberhasilannya mengadakan ekspansi militer (2Sam 8), dosa-dosanya yang luar biasa besar (2Sam 11-12, 24), sampai berbagai skandal dalam keluarganya (2Sam 13, 14, 15). Di samping sebagai pemimpin secara politik dan militer, Daud juga terkenal sebagai pemusik. Sejak muda ia sudah melayani Raja Saul melalui musik (1Sam 16:14-23). Ia pun menghasilkan begitu banyak mazmur dan mengatur musik untuk ibadah (1Taw 16:4-6; 23:5; 25:1, 6-8). Walaupun Daud pernah gagal dalam menaati Tuhan sama seperti Saul, namun secara umum ia termasuk orang yang berhasil menyenangkan hati Allah. Ucapan Tuhan kepada Salomo di 1Raja-raja 3:14 secara jelas membuktikan bahwa Daud telah sukses sebagai raja, baik secara militer maupun rohani. Setelah Daud mati, kekuasaan diberikan kepada anaknya, Salomo. Dia adalah anak Daud dari Batsyeba, istri Uria (2Sam 12:24). Sebelum Salomo lahir, Tuhan sudah memilih dia untuk menjadi raja dan membangun rumah Tuhan (1Taw 22:9-10). Selanjutnya Salomo diangkat sebagai raja pada saat Daud masih hidup (1Raj 1:48). Kita tidak dapat mengetahui secara pasti berapa lama Daud dan Salomo sama-sama memerintah (bdk. 1Raj 1:48-53). Yang dapat kita ketahui adalah kapan Salomo menjadi raja dan berapa lama ia memerintah sebagai raja. Salomo menjadi raja 483 tahun setelah peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir (bdk. 1Raj 6:1). Berdasarkan perbandingan dengan sejarah bangsa-bangsa lain pada jaman Salomo, para ahli meyakini bahwa Salomo mulai memerintah sebagai raja pada tahun 971 SM. Ia memerintah sampai tahun 924 SM (1Raj 11:42) 12 Selama menjadi raja di Israel Salomo dikenal karena beberapa hal: (1) ia diberi hikmat yang luar biasa oleh Tuhan (1Raj 3-4, 10); (2) ia membangun bait Allah (1Raj 5-8); (3) ia membangun istana yang sangat besar dan megah (1Raj 7:1-12); (4) ia memiliki kekayaan yang sangat berlimpah (1Raj 10:14-29). Kegagalan dalam kepemimpinan Salomo adalah jumlah istri yang sangat banyak, dari bangsa kafir dan yang mencondongkan hati Salomo pada berhala-berhala (1Raj 11:1-11). Sebagai respon terhadap dosa ini maka Tuhan memecah kerajaan Israel menjadi dua: bangsa utara (Israel, 10 suku) dan selatan (Yehuda, 2 suku). Walaupun dosa di atas dilakukan oleh Salomo, namun Tuhan tidak memecah kerajaan itu pada jaman Salomo karena Tuhan mengingat Daud (1Raj 11:9-13). Setelah perpecahan ini, bangsa Israel dan Yehuda terus-menerus berada dalam pertikaian, walaupun ada kalanya mereka bersatu (2Raj 8:29). Berikut ini adalah daftar raja Yehuda dan Israel sampai mereka dibuang.
Kehidupan kerohanian pada masa pecahnya kerajaan dapat dikatakan sangat buruk. Beberapa raja memang berusaha mengadakan reformasi spiritual, tetapi hal itu tidak berlangsung lama atau tidak secara total. Baik raja, tua-tua, pemimpin rohani maupun rakyat cenderung pada kejahatan. Ada beberapa kejahatan utama yang dilakukan selama masa ini sehingga akhirnya mereka diserahkan Tuhan kepada musuh-musuh mereka.
(1) Sinkretisme dengan agama kafir (Yeh 8:5-18; Yer 44:15-19).
(2) Tidak terlalu memikirkan hal-hal spiritual (Yes 39:8; Mik 2:11; Yeh 8:12b; 9:9b; Zef 1:12c).
(3) Ibadah yang sekadar formalitas belaka (Yes 1:10-14; 58:4-5). 13
(4) Perlakuan semena-mena terhadap orang yang seharusnya ditolong (Yer 23:10l Am 2:6-7; 5:7-27).
Untuk meresponi hal tersebut, maka Tuhan mengutus para nabi supaya mereka mengarahkan bangsa Yehuda maupun Israel supaya kembali kepada Tuhan, misalnya Elia (1Raj 17:1-2Raj 2:12), Elisha (1Raj 19:20-2Raj 13:20), nabi-nabi lain yang tidak terlalu terkenal (Ahiyah, 1Raj 11; Shemaiah, 1Raj 12, ‘dua nabi yang tidak diketahui namanya’, 1Raj 13; Yehu, 1Raj 16; Mikhaiah, 1Raj 22), Yesaya (Yes 6:1; 2Raj 19:1-2Raj 20:21), Yeremia (2Taw 35:25-36:12), Hosea (Hos 1:1), Amos (Am 1:1), Mikha (1Raj 22:8-28), Habakuk (Hab 1:1-4), Zefanya (1:1). Semua nabi ini melayani sebelum jaman pembuangan. Sekalipun Tuhan sudah berbicara dengan jelas melalui para nabi, namun bangsa Israel dan Yehuda tetap tidak mau menaati Allah. Kekalahan mereka dari musuh-musuh mereka adalah kibat ketidakmauan mereka untuk taat (2Raj 17:7; 18:11-12; Hab 1:6), padahal Tuhan sudah berfirman bahwa kalau mereka bertobat dan berserah pada Tuhan maka Ia akan menyelamatkan mereka (Yes 30:15). Mereka ternyata tidak mau dan lebih memilih bersandar pada bangsa lain (Yes 20:1-6). Bangsa Israel menghadapi serangan serius dari bangsa Asyur yang besar. Sejak jaman Menahem bangsa Israel sudah harus membayar upeti kepada Asyur (2Raj 15:19). Pada jaman Pekah bangsa Asyur berhasil merebut berbagai daerah di utara. Orang-orang Israel pun diangkut ke dalam pembuangan di bawah kepemimpinan Piglat-Pileser (2Raj 15:29). Raja Tiglat-Pileser juga menerima upeti dari Raja Ahas dari Yehuda (2Raj 16:7-8). Selanjutnya Salmaneser, raja Asyur, menguasai seluruh daerah utara setelah ia mendengar bahwa Raja Hosea bermufakat dengan negara Mesir untuk tidak tunduk pada Asyur (2Raj 17:1-6). Sekali lagi mereka dibuang ke berbagai daerah kekuasaan Asyur. Sebaliknya, Asyur juga membawa banyak orang dari daerah lain untuk tinggal di Samaria (2Raj 17:23-24). Keadaan ini mendorong bangsa Israel untuk kawin campur dengan bangsa-bangsa lain di sekitar mereka. Bangsa Yehuda di selatan juga mengalami nasib yang hampir sama. Setelah mampu membebaskan diri dari tangan bangsa Asyur (2Raj 18:7; bdk. 16:7-8) dan mengalahkan Filistin (2Raj 18:8) untuk sementara waktu, bangsa Yehuda akhirnya harus tunduk lagi pada Asyur dan diharuskan membayar upeti (2Raj 18:13-16). Dalam situasi ini Tuhan berjanji untuk membebaskan mereka dari tangan Asyur (2Raj 20:6) dan Ia benar-benar menepatinya (2Taw 32:21-22). Tidak lama sesudah itu bangsa Yehuda kembali pada dosa-dosa lama mereka. Kali ini Tuhan membangkitkan bangsa Babel atau Kasdim (2Raj 24:1-2). Babel bahkan mampu menguasai negara Mesir yang selama ini dijadikan sandaran oleh bangsa Yehuda (2Raj 24:7). Raja Nebukadnezar menguasai Yerusalem, merampas barang-barang di bait Allah dan membawa orang-orang Yehuda ke dalam pembuangan (2Raj 24:10-16). Pada waktu ini tanah Yehuda masih ada yang menempati, bahkan Nebukadnezar menunjuk Zedekia sebagai raja boneka (2Raj 24:17). Akhirnya seluruh Yehuda dan penduduknya benar-benar diserahkan Tuhan ke dalam tangan Babel. Tembok Yerusalem dirobohkan, semua rumah dibakar, bait Allah diruntuhkan dan semua penduduk dibuang lagi ke Babel, kecuali mereka yang miskin (2Raj 25).
Masa pembuangan
Selama berada di pembuangan Babel, orang-orang Yehuda tidak menderita seperti keadaan mereka dulu di Mesir. Yeremia menasehati mereka untuk bekerja, membangun rumah dan mengusahakan kesejahteraan Babel sampai masa 70 tahun berakhir (Yer 11:1-10). Beberapa orang bahkan diberi posisi yang strategis dalam pemerintahan Babel (Dan 2:48). Pada saat Persia menguasai Babel, keadaan ini tetap tidak jauh berubah. Beberapa orang masih menempati posisi penting dalam Kerajaan Persia, misalnya Ester (Est 2:17), Zerubabel (Hag 1:1), Ezra (Ez 7:6), Nehemia (Neh 8:9). Pada saat Beltshazar memimpin Babel, tentara Media-Persia menyerang Babel dan berhasil menguasai daerah tersebut (Dan 5:17-30). Beberapa waktu lalu ketika arkheologi belum berkembang,teolog liberal menganggap teks ini kurang akurat karena menurut silsilah raja Babel, raja terakhir adalah Nabonidus, bukan Beltshazar. Bagaimanapun, setelah arkheologi berkembang akhirnya terbukti bahwa catatan ini akurat. Walaupun secara hukum Nabonidus adalah raja, tetapi secara faktual yang menjalankan pemerintahan adalah anaknya yang bernama Beltshazar. Tidak heran, pada saat Beltshazar memberi Daniel posisi yang sangat tinggi, Daniel hanya menjadi orang ketiga (Dan 5:7).
Pasca pembuangan
Sesuai dengan nubuat yang disampaikan Tuhan melalui para nabi, bangsa Yehuda akan dikembalikan ke tanah mereka (2Taw 36:22-23; Yes 44:28; 45:13; Yer 25:11-12). Tuhan secara eksplisit menjelaskan bahwa Ia akan memakai Koresh, raja Persia. Ketika Koresh menguasai Babel ia memerintahkan bangsa Israel untuk pulang ke negara mereka. Berdasarkan sebuah penemuan arkheologi penting yang disebut “Silinder Koresh”, Koresh memang tipikal orang yang tidak terlalu relijius dan hanya memikirkan kepentingan politik. Menurut dia orang-orang tawanan akan menjadi loyal kepadanya jika mereka diperlakukan dengan baik, termasuk dengan memulangkan mereka ke negara mereka maupun membantu mereka menyembah allah mereka. Berdasarkan keputusan Koresh, maka mulailah bangsa Yehuda pulang ke tanah perjanjian. Mereka mula-mula membangun bait Allah di bawah kepemimpinan Zerubabel. Perkakas bait Allah di Babel dikembalikan (bdk. 2Raj 25:8-11) dan pembangunan bait Allah dimulai di bawah pengawasan Shesbazar (Ez 1:8). Pembangunan ini tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Dari pihak bangsa Yehuda sendiri mereka tidak terlalu antusias untuk membangun. Mereka lebih mementingkan pembangunan rumah mereka sendir-sendiri (Hag 1:1-11). Bangsa Samaria di utara juga memberi masalah tambahan. Karena keinginan mereka untuk turut membangun ditolak oleh Zerubabel, maka bangsa Samaria berusaha menghentikan proses pembangunan bait Allah (Ez 4:4-5). Usaha ini sempat berhasil sementara waktu pada jaman Artahsasta I (Ez 4:15, 19-21; bdk. 2Raj 24: 18-25:26), namun pembangunan ini akhirnya dilanjutkan kembali pada jaman Darius II (Ez 5).
2.1.2. Palestina dari Sudut Pandang Perjanjian Lama
Pada awal abad ke-12 sM, “bangsa-bangsa Laut” yang berasal dari sekitar Pulau Kreta atau Yunani mencoba menyerbu Mesir. Karena usaha mereka gagal, sebagian dari antara mereka, termasuk orang yang dikenal sebagai orang Filistin , mendarat di pantai Palestina bagian selatan. Palestina berbatasan langsung dengan Lebanon, suriah, yordania, Arab Saudi, serta Mesir. Dalam beberapa literatur sejarah, dijelaskan bahwa bangsa Phunisia adalah bangsa yang pertama kali mendiami wilayah tersebut, yaitu sekitar 3000 sM. Pada tahun 2500 sM, mulai datang bangsa-bangsa lain yang ikut menetap, yaitu bangsa Kanaan, Amon, dan Yebus. Bangsa-bangsa ini datang dari semenanjung Arab. Bangsa Kanaan tinggal di daratan sebelah selatan. Bangsa Amon tinggal didaerah perbukitan, sedangkan bangsa Yebus menempati kawasan sekitar Yerusalem. Bangsa Palestina adalah keturunan dari orang Kanaan dan Filistin yang telah menetap di wilayah tersebut secara terus menerus selama 40 abad. Mereka hidup selama berabad-abad, beradaptasi dalam bidang sosial, budaya, agama dan dalam berbagai bidang kehidupan lainnya
Nama Palestina secara umum mengacu pada daerah “dari Dan sampai Bersyeba” (Hak. 20:1 dst). Daerah itu dimulai dari lereng selatan Gunung Hermon hingga tepi gurun selatan (Hegeb) dan dibatasi si sebelah barat oleh Laut Tengah dan sebelah Timur oleh lembah Yordan. Wilayah Palestina berada berada di ujung sebelah Barat dari Benua Asia. Kawasan ini pada saat sekarang bukan kawasan yang subur dengan hasil alam yang melimpah. Hasil kekayaan alam yang ada hanya terbatas pada sejenis logam yang terpendam didasar Laut Mati. Adapun hasil pertaniannya, jeruk limau, biji-bijian serta zaitun. Kawasan ini penting bukan karena hasil alamnya, melainkan karena kedudukanya yang strategis. Letak wilayah ini menghubungkan tiga Benua, yaitu: Eropa, Afrika dan Asia, serta menghubungkan Laut Tengah dengan Laut Merah. Palestina berbatasan langsung dengan Lebanon, suriah, yordania, Arab Saudi, serta Mesir.
2.2. Tanah Kanaan
2.2.1. Makna Tanah secara umum dan Tinjaun PL
Ketika berbicara tentang Tanah Kanaan, maka kita akan langsung teringat dengan janji Allah kepada bangsa pilihan-Nya. Allah berjanji akan memberikan tanah Kanaan (Kel. 6:3 Bukan saja Aku telah mengadakan perjanjian-Ku dengan mereka untuk memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing). Sebelum membahas secara mendalam, maka kita akan melihat dulu apa sebenarnya makna tanah.
Menurut KBBI, tanah adalah permukaan bumi atau lapisan yang diatas sekali, dapat juga diartikan keadaan bumi di suatu tempat, permukaan bumi yang terbatas yang ditempati suatu bangsa dan diperintah suatu negara. Dalam Oxford Advanced Learners Dictionary, Jonathan Crowter mendefinisikan bahwa Tanah adalah benda kering yang merupakan bagian dari permukaan bumi, daerah yang dipakai untuk maksud tertentu; daerah yang digunakan sebagai lahan pertanian dan daerah yang dikukhusukan.
Dalam Perjanjian Lama, Tanah atau Bumi memiliki arti yang sama dalam tradisi Yahudi. Bumi (Ibr: ‘erets’;Aram ‘ara’) אֶרֶץ memiliki kata yang lebih spesifik bagi arti Tanah dalam b. Ibrani אֳךַמָה (‘adama’). Dalam Ensiklopedi Alkitab masa kini memberikan beberapa pengertian tanah dalam Perjanjian Lama, diantaranya:
1. Bumi ialah sebagian dari alam ini, lawanya adalah langit. Umpamanya adalah Kejadian 1:1; Ulangan 3:28; Mazmur 68:9; Daniel 6:28 dll. Kata ‘Erets’ mengandung makna ganda karena kadang-kadang malahirkan arti yang lebih luas dan kadang-kadang hanya berarti Tanah atau negeri, suatu daerah yang lebih sempit dalam berita mengenai air bah (Kej 6:9) dan timbulnya pebedaan bahasa (Kej 11:1) tiap arti dan pendudukya.
2. Darat sebagai lawan dari laut (Kej 1:10). Ungkapan-ungkapan seperti alas bumi (1 Sam 2:8), tiang bumi (Ayb 9:6), dasar bumi (Mzm 102:26; Yes 48:13) adalah merupakan syair dari bangsa semit purba yang tidak menganggap gagasan bentuk meja yang didukung oleh penopang.
3. Tanah yang dipermukaan bumi ini, tempat segala tumbuh-tumbuhan dan semua yang hidup, umpamanya Kejadian 1:11-12; Ulangan 26:2 (erets dan adama).
4. Dalam nas-nas seperti Kejadian 11:1; Mazmur 98:9; Ratapan 2:15. Kata erets mengartikan-melalui segala arti-penduduk bumi ini atau bagianya.
Dapat disimpulkan bahwa tanah merupakan sesuatu yang sangat memiliki peranan penting dalam kehidupan karena di atasnyalah segala peristiwa kehidupan terjadi.
2.2.2. Tanah Kanaan/ Palestina (Tanah Perjanjian)
Tanah Kanaan adalah Tanah Perjanjian yang TUHAN Israel janjikan kepada nenek moyang mereka, Abraham. Tanah Kanaan itu diberikan baginya sebagai sebuah pemberian, diberikan hanya berdasarkan anugrah dan inisiatif Allah semata. Allah memberikan Tanah itu dengan sekaligus memberikan mandat kepada mereka untuk memeliharanya dengan baik, karena bangsa Israel hanya sebagai perpanjangan TUHAN untuk memeliharanya dan Allah sendirilah sebagai pemilik Tanah itu. Pemberian Tanah itu kepada bangsa Israel sebagai ahli waris Abraham tertulis dalam Yosua 21:43. Dalam ayat ini dituliskan bagaimana cara Israel mendapatkan suatu tempat kediaman di Tanah Palestina. Banyak laporan Alkitab mengenai priode pendudukan Tanah Palestina ini terdapat dalam kitab Yosua dan hakim-hakim. Kita dapat dengan lebih mudah mengetahui kejadian-kejadian dalam kedua kitab itu jika kita mengetahui apa yang sedang terjadi di Palestina dan diatara bangsa-bangsa sekitarnya pada priode antara tahun 1250-1000 sM.
Ada beberapa hal yang kami lihat yang membuat tanah Kanaan sebagai tempat yang sangat penting bagi bangsa Israel, yaitu
a. Sebagai penggenapan janji Allah
Bagi Yahudi (Israel) Tanah Kanaan lebih akrab dipanggil Tanah Perjanjian, yaitu perjanjian antara Allahnya Israel dengan nenek moyang mereka, Abram (Kej 15:18-21 ). Dalam pemberian Tanah ini juga, TUHAN menegaskan bahwa Tanah itu jangan pernah dijual karena Allahlah yang berkusa atasnya (Im 25:23-24). Status Tanah itu bagi Israel adalah sebagai sebuah pemberian. Israel juga menyadari bahwa Tanah Kanaan yang berhasil mereka taklukkan dan tempati, bukanlah karena kekuatan dan kehebatan mereka, tetapi karena YHWH telah mengucapkan sebuah sabda dan Dia akan selalu menepati apa yang telah Ia katakan dan hal itu pasti akan terjadi. Israel menyadari bahwa kehidupan mereka akan tetap bertahan hanya dengan printah-Nya dan mereka mendengarkan serta mematuhinya. Oleh karena itu perintah YHWH kepada mereka untuk menjaga Tanah itu sebagai sebuah pemberian dari TUHAN adalah sebuah tanggung jawab yang besar dan sangat berarti bagi Israel. Hal inilah yang membuat mereka ingin tetap bertahan, menguasai dan memelihara Tanah itu, sebagai tanda kepatuhan kepada Allah mereka.
Tanah Perjanjian ini merupakan tujuan pokok dari pemikiran dan tindakan yang ada dalam Pentateukh. Musa dipanggil untuk membawa umat Allah ke suatu negeri yang melimpah susu dan madunya (Kel.3:8,17; bnd. 6:4,8). Negeri itu dilihat sebagai pemberian Allah secara terus-menerus kepada Israel, terkhususnya dalam kitab Ulangan. Dalam kitab Yosua kata ini muncul 50 kali lebih. Ketentuanya bahwa, Allah yang memiliki Tanah itu tetap dipertahankan dalam tradisi Israel. Hal ini terbukti dengan patuhnya bangsa Israel akan perintah untuk mempersembahkan hasil pertama negri itu kepada TUHAN mereka (UL. 14:22-29; 26:9-15).
Keyakinan bangsa Israel semakin dalam, ketika mereka menghadapi perang dengan bangsa sekitar. Dimana dalam setiap peperangan tersebut mereka selalu menang (meskipun secara manusiawi hampir tidak mungkin). Mereka yakin Allah YHWH selalu berada di depan untuk berperang melawan musuh-musush mereka. Puncak kejayaan kerajaan Israel berada pada masa Daud dan putranya Salomo. Pada masa pemerintahan keduanyalah, Yerusalem dijadikan ibukota kerajaan dan pembangunan Bait Suci diatasnya. Yerusalem dengan bukit Sion menjadi sangat penting bagi mereka melebihi Gunung Sinai, tempat Allah mereka memberikan Taurat kepada Musa dan tempat diadakanya perjanjian antara Allahnya Israel dengan Israel sendiri. Hal ini disebabkan karena keyakinan mereka yang sangat teguh sekali bahwa Allah mereka hanya tinggal di Bait Suci bersama Tabut Perjanjian yang juga ada di dalamnya yaitu di Bait Suci Sion, Yerusalem. Itulah sebabnya Tanah Kanaan pada umumnya dan Yerusalem pada khususnya sangat penting bagi bangsa Yahudi.
b. Sebagai Berkat
Pemberian tanah oleh Allah kepada bangsa Israel terikat kedalam janji berkat yang diberikan kepada bapa leluhur bangsa mereka (Kej. 12, 15,17-21) Israel yang diberkati oleh janji itu, mendapat keyakinan dan pengharapan baru melalui pemberaian tanah itu dan pemenuhan Allah terhadap janji-Nya. Janji Tuhan membuat membuat tanah Kanaan menjadi sesuatu yang melebihi keadaan alamiahnya. Memang segala sifat kesempurnaan tidak tampak dalam keadaan tanah kanaan. Tetapi janji Tuhan sendirilah yang membuka mata umat-Nya, meyakinkan mereka serta membangkitkan syukur atas pemberian-Nya yang baik.
Wilayah tanah Kanaan memiliki porsi muatan makna teologis yang sangat besar dalam seluruh kitab PL, karena tanah Kanaan merupakan komponen utama dalam perjanjian Allah dengan bangsa pilihan-Nya, Israel. Hal ini dimulai ketika Abraham dipanggil untuk pergi ke tanah yang akan Tuhan berikan kepadanya dan bangsa keturunannya, yaitu Tanah Perjanjian, (Kej. 11:31 - 12:10). Wilayah Tanah Perjanjian itu disebutkan "mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat" (Kej. 15:18) dan janji itu dikonfirmasi lagi kepada Ishak (Kej. 26:3) dan juga kepada Yakub (Kej. 28:13).
Luas tanah yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham tidaklah jelas batasnya. Namun dapat dipastikan lebih luas dari negeri Kanaan, karena ketika Lot memilih untuk tinggal di lembah Yordan yang subur dan banyak air di sebelah timur, Abraham tinggal di tanah Kanaan, dan di situlah Tuhan berkata kepada Abraham: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama- lamanya." (Kej. 13:14-15).
Ratusan tahun kemudian ketika Musa mengingatkan bangsa Israel akan Tanah Perjanjian yang Tuhan telah berikan kepada mereka, maka Musa menjelaskan batas-batas tanah itu sebagai, "Majulah, berangkatlah, pergilah ke pegunungan orang Amori dan kepada semua tetangga mereka di Araba-Yordan, di Pegunungan, di Daerah Bukit, di Tanah Negeb dan di tepi pantai laut, yakni negeri orang Kanaan dan ke gunung Libanon sampai Efrat, sungai besar itu. Ketahuilah, Aku telah menyerahkan negeri itu kepadamu; masukilah, dudukilah negeri yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka dan kepada keturunannya." (Ul. 1:7-8). Dan saat itu bangsa Israel telah menduduki tanah bahkan sampai ke TransJordan, yang lebih luas dari batas Tanah Perjanjian.
Penaklukan Tanah Kanaan oleh bangsa Israel merupakan suatu mujizat dan hal itu tentu saja bukan dilakukan oleh bangsa Israel tetapi karena kuasa Allah mereka. Bagaimana tidak, Israel dapat mengalahkan bangsa Kanaan yang memiliki persenjataan lengkap dengan benteng tembok yang tinggi dan tebal, mempunyai barisan pasukan yang banyak. Hal ini tentu saja tidak terlepas karena berkat Allah mereka yang senangtiasa menyertai mereka. Israel berhasil menyebrangi sungai Yordan (Yos3-4), meruntuhkan tembok Yeriko (Yos. 6), mengalahkan bangsa Ai (Yos. 8), musuh-musuh yang kuat dapat dipukul mundur, dikalahkan dan ditaklukkan. Dalam hal ini, Israel mengangap Allah mereka senangtiasa berada didepan mereka dalam setiap peperangan melawan setiap musuh mereka dan Allah itu berperang untuk mereka. Ada sebanyak 470.000 orang Yahudi lengkap dengan pasukan memasuki Palestina setelah mereka membunuh orang Kanaan yang mereka jumpai di Tanah itu. Dengan pristiwa ini mulailah bangsa Israel memerintah Palestina. Setelah mereka mereka menempatinya, Palestina dibagi menjadi 12 daerah sesuai jumlah suku Israel. Maka didirikanlah kepemimpinan yang dikenal dengan zaman para Hakim dengan seorang hakim sebagai pemegang kepemimpinan. Pada zaman ini para hakim berperan sebagai wakil TUHAN untuk memimpin para suku-suku Israel.
2.3. Permasalahan Israel dan Palestina
Salah satu hal yang paling sulit untuk dipahami terkait masalah Israel/Palestina adalah sejarah penaklukan dan pendudukan. Kami akan membuat pembagian waktu mengenai sejarah penaklukan dan pendudukan tersebut:
a. Periode Alkitab
• Periode Kesukuan
Dalam periode awal ini, suku Abraham bermigrasi dari Mesopotamia ke tanah ini. Israel/ Palestina merupakan provinsi Mesir bernama Kanaan. Keturunan Abraham melalui cucunya Yakub (12 suku Israel) bermigrasi ke Mesir dan menetap di sana selama lebih dari empat ratus tahun. Musa memimpin bangsa ini kembali ke Kanaan dan Yosua memimpin penaklukan wilayah ini. Mereka tidak terorganisasi dengan baik, dan mereka merindukan seorang raja, maka diangkatlah Saul sebagai raja pertama dan dimulailah kehidupan bernegara bagi Israel.
• Kerajaan Israel
Saul, Daud dan Salomo memberikan Israel status internasional di wilayah ini, namun jaman kesuksesan mereka hanya berlangsung sekitar tujuh puluh lima tahun. Setelah kematian Salomo, sebuah perang saudara membagi wilayah Israel menjadi utara dan selatan. Israel Utara (Samaria dengan ibu kota Samaria) ditaklukkan oleh Asyur pada tahun 721 sM. Israel Selatan (Yehuda dengan ibu kota Yerusalem) dikuasai oleh Babel pada tahun 586 sM. Orang Yehuda yang selamat dipaksa hidup dalam pembuangan di Babel sampai mereka dibebaskan oleh Persia 50 tahun kemudian.
• Periode Persia
Persia mengalahkan Babel dan memulangkan bangsa Israel ke Yerusalem. Namun, mereka tidak diijinkan mendirikan sebuah negara yang benar-benar mandiri. Israel/Palestina menjadi provinsi Persia yang dikontrol dari Samaria. Yerusalem dibangun kembali (oleh Ezra dan Nehemia) dan orang-orang Yahudi tinggal di kekuasaan Persia selama 200 tahun.
• Periode Yunani
Aleksander Agung menaklukan Timur Tengah setelah mengalahkan Persia pada tahun 333 sM. Israel kemudian dikuasainya pada tahun 332 sM dan dijadikan wilayah kekaisaran Yunani. Selama 150 tahun, Yudaisme hidup sebagai bawahan budak di bawah penguasaan Yunani dan mengadopsi banyak kebudayaan Yunani.
• Kerajaan Yahudi Hasmone
Pasukan Yahudi mengalahkan penguasa Yunani mereka dan mendirikan “Kerajaan Yahudi” pertama sejak pemerintahan monarki Perjanjian Lama. Sekalipun demikian, setelah kemenangannya, pemerintah negeri itu langsung digrogoti oleh korupsi dan konflik internal. Faksi-faksi yang saling bermusuhan (Farisi dan Saduki) melumpuhkan pemerintahan. Banyak orang Yahudi menolak dan meninggalkan pemerintahan ini dengan membentuk kehidupan komunal di gurun (seperti komunitas Laut Mati di Qumran).
• Kekaisaran Romawi
Bangsa Romawi menaklukan seluruh Timur Tengah seabad sebelum Yesus lahir (63 sM) dan menjadikannya sebagai salah satu provinsinya selama lebih dari 400 tahun. Bangsa Yahudi mendapatkan semacam otonomi, tetapi bangsa Romawi sering menindas mereka dan mereka melawan. Akhirnya pusat kepemimpinan Yahudi berpindah ke Galilea. Banyak orang Yahudi berpindah dan membentuk komunitas Yahudi di seluruh Eropa, Afrika Utara dan Timur Tengah.
b. Periode abad Pertengahan
• Kemaharajaan Romawi Kristen
Antara tahun 324-638 M, Israel/Palestina dikuasai oleh para penguasa yang berpusat di Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki). Peradaban mereka merupakan keturunan dari kekaisaran Romawi dan memeluk agama Kristen sebagai agama nasional. Pada saat itu, Yerusalem menjadi kota yang sangat penting bagi orang Kristen. Komunitas Kristen pun tumbuh pesat seperti di Lebanon, Suriah, Mesir dan Yordania. Sekalipun mengalami serangan menghancurkan dari orang Persia (614) dan kemudian para ulama Muslim (1009), gereja Makam Kudus tetap berdiri sebagai monumen sejarah.
• Periode Islam
Pada tahun 638-1099 M, orang-orang Arab bergerak untuk menyebarkan agama Islam. Semua provinsi “Bizantium” di Timur Tengah dikepung. Pada tahun 636 M, pasukan Arab mengusai daerah barat Yordania dan pada tahun 638 mereka berhasil menguasai Yerusalem. Kurang dari satu Abad wilayah-wilayah taklukkanya mengalami proses Arabisasi dan Islamisasi. Dalam hal ini termasuk kekaisaran Byzantium yang berada di Palestina (641). Banyak diantara wilayah taklukan Arab melakukan pernikahan dengan orang Arab, termasuk orang Palestina. Sehingga pada masa inilah orang Palestina melakukan Arabisasi dan Islamisasi. Arab menjadikan Yerusalem sebagai kota suci bagi Islam dengan membangun Masjid ‘Al-Aqsha’ sebagai Kiblat pertama bagi mereka. Disamping itu, Arab juga menjadikan Yerusalem sebagai kota suci bagi Nasrani dan Yahudi dengan cara mengizinkan mereka beribadat di kota itu. pada masa-masa kekuasan Islam awal, Yerusalem merupakan tempat peribadatan yang damai bagi 3 agama samawi. Namun, pada masa kekusan bangsa Saljuk (Turki), dibawah kekhalifahan Al-Hakim terjadi perlakuan yang kurang simpatik terhadap orang-orang non-Muslim yang berziarah ke Yerusalem.
• Tentara Salib
Dalam hal ini juga bagsa Saljuk melakukan penyerangan ke Byzantium, sehingga kaisar Alexius Comnesus meminta bantuan ke Roma, Paus Urbanus II . Sehingga pada tanggal 26 November 1095 Urbanus menyapaikan pidatonya di Clermont, Prancis untuk melancarkan perang Suci merebut makam Suci . Akibatnya Deusvult menjadi slogan umat Nasrani untuk melancarkan Perang salib . Dalam Perang ini, Islam-Kriten silih berganti menang. Namun pada Akhirnya Palestina tetap ditangan Islam, yaitu bangsa Malmuk yang mengusai Yerusalem dari abad 13-16. dibawah kekusan Bangsa ini, Yerusalem lebih sebagai pusat agama. Akhirnya Palestina berkembang dan menjadi salah satu pusat pengetahuan Islam.
• Kerajaan Mumluk Mesir
Pada tahun 1250 M tentara Mesir mengalahkan Saladin dan selama lebih 300 tahun berikutnya, Israel/Palestina menjadi semacam daerah pertahanan baginya di perbatasan utara. Pada masa itu, tanah pendudukan Israel/Palestina tidak dipedulikan. Sekalipun demikian, para peziarah Kristen, khususnya dari Eropa Barat masih terus berkunjung ke Yerusalem.
• Turki Ottoman
Pada tahun 1517 sebuah kekuatan Islam lain dari Istanbul, Turki, berhasil mengalahkan orang Mamluk. Israel/Palestina pun menjadi wilayah jajahannya selama 400 tahun. Meskipun Turki berkuasa di sini, kelompok masyarakat Arab menetap di wilayah ini (bersama dengan sejumlah kecil minoritas Yahudi) dan berkembang.
Pada abad ke-19, orang Yahudi mulai bermigrasi karena mengalami penganiayaan . Yang paling parah adalah penganiayaan terhadap orang Yahudi di Eropa-khususnya Rusia-menjadi semakin parah hingga lahirlah cita-cita untuk memiliki tanah air sendiri. Pada akhir abad ke-19, hanya ada sekitar 25.000 orang Yahudi di Palestina. Mereka banyak menetap di Yerusalem, dikelilingi oleh masyarakat Arab yang jumlahnya lebih besar.
c. Periode Modern
• Mandat Inggris (1918-1948)
2 November 1917. Inggris mencanangkan Deklarasi Balfour , yang dipandang pihak Yahudi dan Arab sebagai janji untuk mendirikan ”tanah air” bagi kaum Yahudi di Palestina. Deklarasi Balfour, 2 November 1917, yang diprakarsai oleh mentri luar negri inggris Arthur James Balfour merupakan sebuah “pembenaran resmi” yang digunakan oleh bangsa yahudi untuk mendirikan “negaranya” di tanah palestina. Deklarasi Balfour sendiri merupakan sebuah surat yang dikirimkan oleh Arthur James Balfour kepada Lord Roschild yang isinya adalah:
Departemen Luar Negeri 2 November 1917
Lord Rothschild yang terhormat, Saya sangat senang dalam menyampaikan kepada Anda, atas nama Pemerintahan Sri Baginda, pernyataan simpati terhadap aspirasi Zionis Yahudi yang telah diajukan kepada dan disetujui oleh Kabinet. "Pemerintahan Sri Baginda memandang positif pendirian di Palestina tanah air untuk orang Yahudi, dan akan menggunakan usaha keras terbaik mereka untuk memudahkan tercapainya tujuan ini, karena jelas dipahami bahwa tidak ada suatupun yang boleh dilakukan yang dapat merugikan hak-hak penduduk dan keagamaan dari komunitas-komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina, ataupun hak-hak dan status politis yang dimiliki orang Yahudi di negara-negara lainnya ." Saya sangat berterima kasih jika Anda dapat menyampaikan deklarasi ini untuk diketahui oleh Federasi Zionis.
Salam,
Arthur James Balfour
Dengan berbekalkan deklarasi tersebut, zionisme mendorong terjadinya migrasi besar besaran bangsa Yahudi ketanah Palestina demi terwujudnya sebuah negara Yahudi di Palestina. Adanya deklarasi balfour sendiri merupakan hasil dari permintaan Chaim Wiezman, kepada Pemerintahan inggris untuk memberikan “tanah air” bagi bangsa yahudi sebagai balasan atas jasa jasa Wiesmen yang juga seorang ahli kimia ini karena telah menciptakan sebuah senjata berbahaya sehingga inggris mampu mengalahkan Jerman dalam perang dunia I. Wiezmen juga menegaskan bahwa tanah air itu haruslah di Palestina. Tahun tahun berikutnya , atas propaganda, iklan iklan, serta hasutan bahkan ancaman dari pembesar pembesar zionisme, terjadilah migrasi besar besaran bangsa yahudi ke “tanah air” mereka yang baru. Bangsa Yahudi yang telah terdiaspora keberbagai negara eropa bergerak menuju tanah palestina dan bertempat tinggal disana.
Karena Turki memihak kepada Jerman, maka setelah Perang Dunia I, wilayah kemaharajaan Ottoman dibagi-bagi oleh para pemenang. Inggris menguasai “Palestina”. Kaum Zionis merasa bahwa jika mereka ingin membentuk tanah air sendiri, mereka harus mendapat dukungan dari Inggris dan harapan itu terbuka ketika Menteri Luar Negeri Inggris menyakinkan pemerintahnya untuk mendukung Zionisme. Sampai perang dunia ke-2, banyak orang Yahudi beremigrasi ke Palestina. Mereka hidup berdampingan dengan orang Arab dan merekalah yang menjadi bibit lahirnya negara Israel. Tetapi terjadi peperangan antara Arab dan Yahudi sehingga mengakibatkan Inggris mulai berpikir ulang untuk membentuk negara Yahudi karena merusak kedamaian. Hal ini mengakibatkan tentara Zionis mulai menyerang dan meneror kedudukan Inggris, misalnya pemboman yang dilakukan pada King David Hotel di Yerusalem (Juli 1946).
Melihat hal itu, maka pada tahun 1947, Inggris menyerahkan “Palestina” kepada PBB dan pada tahun itu juga PBB mengusulkan pembagian Palestina menjadi sebuah negara Arab dan negara Yahudi . Maka pada 14 Mei 1948, Israel mengibarkan bendera barunya dengan lambang bintang Daud. Presiden AS memberikan pengakuan terhadap Israel dan Arab menyatakan perang.
• Perang Pertama (1948) “Perang Kemerdekaan”
Dikenal dengan Perang Kemerdekaan Israel, tentara Israel berperang dengan tentara Arab untuk mengubah batas wilayah. Israel memperoleh kemenangan yang menentukan dan mengubah batas negaranya. Mereka memperoleh lebih banyak tanah daripada yang dinyatakan PBB. Pada akhir perang, Israel menduduki 77% tanah negeri itu. Akibat peperangan itu, 750.000 orang telah mengungsi dan melarikan diri dari daerah itu. Tentara Yahudi terus berperang mengusir bangsa-bangsa Arab dari desa-desa mereka. Dan pada periode ini juga Sampai Ben Gurion memproklamasikan berdirinya negara bangsa Yahudi di palestina yang diberi nama Israil. Setelah itu, terjadilah “pengusiran” besar besaran rakyat palestina dari tanah air yang telah menjadi hak mereka selama bertahun tahun. Ingris, bersama Amerika Serikat, memenuhi janji nya untuk “melindungi kepentingan israil” merestui tindakan itu, hingga sekarang. Mandat Britania atas PalestinaDavid Ben-Gurion memproklamasikan kemerdekaan Israel dari Britania Raya pada 14 Mei 1948 di bawah potret Revolusi Arab dipimpin Amin Al-Husseini. Tak kurang dari 5.000 warga Arab terbunuh. Sebagian besar oleh Inggris. Ratusan orang Yahudi juga tewas. Husseini terbang ke Irak, kemudian ke wilayah Jerman, yang ketika itu dalam pemerintahan Nazi. Secara sepihak Israel mengumumkan diri sebagai negara Yahudi. Inggris hengkang dari Palestina. Mesir, Suriah, Irak, Libanon, Yordania, dan Arab Saudi menabuh genderang perang melawan Israel. 3 April 1949. Israel dan Arab bersepakat melakukan gencatan senjata. Israel mendapat kelebihan wilayah 50 persen lebih banyak dari yang diputuskan dalam Rencana Pemisahan PBB.
• Perang Kedua (1956) “Perang Sinai”
Permusuhan terus berlanjut selama delapan tahun. Mesir menasionalisasikan Terusan Suez pada tahun 1954 dan menutup akses bagi kapal-kapal Israel di tahun berikutnya. Menilai hal itu sebuah aksi perang, maka pada tanggal 29 Oktober 1956, Israel menyerang Mesir melalui serangan darat melintasi Sinai. PBB meminta Mesir untuk membuka blokade terhadap kapal-kapal Israel.
• Perang Ketiga (1967) “Perang Enam Hari”
Konflik terus berlanjut. Pertempuran di perbatasan terus berlanjut antara Israel dan negara-negara Arab selama sebelas tahun. Pada tahun 1966, semua negara Arab sudah siap untuk terjun ke medan perang. Mesir menamakannya “sebuah perang suci” untuk mengalahkan Yahudi. Musim semi 1967, Mesir memerintahkan semua pasukan PBB mundur dari Sinai dan mereka kembali memblokir Teluk Aqaba dan mulai menggerakkan divisi lapis baja ke perbatasan.
Serangan Israel lebih baik dan terorganisir. Mereka berhasil mengalahkan kekuatan perang Arab dan dalam waktu 1 minggu Israel telah berhasil menguasai Sinai, Gaza, Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan.
• Perang keempat (1973) “Perang Yom Kippur”
Merasa terluka dengan serangan pada tahun 1967 tersebut, Mesir dan Suriah kembali mengumpulkan tenaga dan mendapat bantuan besar-besar dari Uni Soviet. Israel berhasil di kalahkan pada tanggal 6 Oktober 1973, tetapi selanjutnya, Israel mendapat bantuan dari AS dan kembali melakukan serangan balik yang akhirnya memaksa bangsa Suriah mundur.
Pada tahun 1979, dilakukan sebuah perjanjian damai di Camp David. Israel menarik mundur pasukannya dari Sinai dan memberikan hak otonom kepada warga Palestina.
• Perang kelima (1982) “Invasi ke Lebanon”
Setelah perbatasan selatan aman, Israel memberikan perhatian pada serangan-serangan militer Palestina di sebuah perbatasan di sebelah utara perbatasannya dengan Lebanon. Orang Palestina yang berada di pengasingan melancarkan sebuag perang gerylia di sebelah utara Galilea karena marah karena tidak dapat kembali ke tempat asal mereka.
Pada Juni 1982, Israel melakukan invasi besar-besar Lebanon. Kamp-kamp pengungsian di Lebanon selatan dihancurkan dan persenjataan Israel memborbardir kota, membunuh ribuan orang Lebanon sampai Lebanon setuju mengusir kepemimpinan Palestina dari negara itu.
• Israel dan Hamas
Pada awalnya, Hamas yang berfungsi sebagai pelayan kesehatan, pendidikan, dan bimbingan agama kepada penduduk Gaza dapat berkembang pesat karena dianggap tidak membahayakan Israel. Namun, gerakan militant Hamas mulai muncul ketika sebuah truk Israel menabrak kendaran orang Palestina yang menyebabkan 4 orang meninggal. Hal ini memyebabkan Hamas dan orang Palestina mengadakan pembrontakan dan penyerangan dan secara tegas menyatakan perlawananya kepada Israel. Hamas semakin kuat dengan bantuan donor dari Arab Saudi dan negara minyak Persia lainya. Begitupula dengan Iran yang memberikan dana sekitar US$ 20-30 juta per tahun untuk dana pergerakan Hamas dan juga simpatisan Miliader Islam dari USA, Kanada, dan Eropa Barat . Hal ini tentu saja membuat Hamas punya banyak dana untuk melakukan perlawanan kepada Israel dan ditambah lagi terowongan bawah tanah yang terhubung dari Rafah, Mesir ke Jalur Gaza sebagai sarana pengiriman bantuan kepada Hamas.
• Perang di Jalur Gaza
Perang di Jalur Gaza adalah perang terbaru dari konflik Israel-Palestina. Perang ini dilancarkan kembali oleh Israel sesudah mereka menyepakati genjatan senjata selama 6 bulan dengan Hamas. Pernyataan ini disampaikan secara resmi oleh PM Israel Ehud Olmert. MP Israel Ehud Barak, mengatakan keputusan ini juga dipicu serangan mortar dan roket yang dilakukan Hamas ke Israel. Perang ini dilancarkan mulai 27 Desember 2008-17 Januari 2009 dan 18 Januari Israel mulai menarik semua pasukanya seiring dengan genjatan senjata terjadi. Namun selama perang terjadi banyak sekali korban jiwa dan hancurnya kota Gaza. Akibat Agresi Israel ini, banyak negara-negara di dunia mengutuk mereka dan melakukan aksi-aksi diantarnya:
1. Petenis Israel, Sharar Peer, diminta mengundurkan diri dari turnamen ASB Classic di Auckland, slandia baru.
2. Parlemen Ekuador menuduh Israel melekuken kejahatn kemanusian.
3. Pemain basket Israel dilempari saat bermain dengan Turki di Ankera.
4. Serikat pegawai pemerintah Kanada meminta boikot kunjungan akademis Israel ke Kanada.
5. Venezuela usir Dubes Israel
6. Dan ratusan unjuk rasa anti agresi Israel lainya
Dalam hal ini, banyak negara-nagara yang mengusulkan perdamaian diantaranya:
1. Mesir, Prancis, dan Hamas, didukung AS, Italia dan Israel upaykan genjatan senjata.
2. Iran dan Turki mengupayakan solusi atas konflik timur tengah.
Dan akhirnya resolusi yang dihasilkan DK PBB No. 1860.
2.4. Pengaruhnya terhadap Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia
III. Refleksi Teologis
IV. Kesimpulan dan Saran
V. Daftar Pustaka
Ahmad Syalaby, Perbandingan Agama: Agama Yahudi , diterjemahkan oleh Syamsudin Manaf, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990)
W. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK-GM, 2004
Depdikbud, KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 1992
Jonathan Crowter, Oxford Advanced Learners Dictionary, oxford: New International Students Edition, 1995
J. D. Douglas (ed), Ensiklopedi Alkitab Masa kini (A-L), Jakarta: YKBK-OMF, 2005
Gary M. Burge, Whose Land? Whose Promise? New York: Paternoster Press, 2003
David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2001
Norman C. Habel, The Land Is Mine, Minneapolis: Augsburg Fortress, 1995
Freedman And Friends, YHWH:TDOT, Vol.V, Grand Rapids, Michigan: William B. Eermans Publishing Company, 1992
Walter Brueggemann, The Land,Philadelphia: Fortress Press, 1973
David M. Howard Jr, Kitab-kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2002
Ringgren Tsevat, Yerusalayim: TDOT, Vol.VI, Grand Rapids, Michigan: William B. Eermans Publishing Company, 1990
Christoph Barth, Theologia Perjanjian Lama 3, Jakarta: BPK -GM, 1989
John Bright, A History Of Israel, Vol.III, London: SCM Press Ltd, 1960
C. Bart,Teologi Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK-GM, 2002
Franti, dkk., Arti dan Makna Teologis Tanah dalam Pl, dalam mata kuliah Teologi PL I, Medan: STT-AS, 2008
Andrew E. Hill, John H. Walton, Survai Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2005
Gary M. Burge, Palestina Milik Siapa?, Jakarta:BPK-GM, 2010
Hermawati, Sejarah Agama Dan Bangsa Yahudi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005
A. Kenneth Curtis dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2006
F. D. Wellem, Kamus Sejarah gereja, Jakarta: BPK-GM, 2006
Internet
http://www.pesta.org/tbiblik
Http//www. Hamas?. com
www. Wikipedia. org. com
http// www. Where Does Hamas’s Money Come From?. co. id
http://id.wikipedia.org/wiki/Deklarasi_Balfour_1917, di akses 10 september 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/David_Ben-Gurion, di akses 11 September 2010
Barth C., Theologia Perjanjian Lama 4, Jakarta: BPK-GM, hal. 108