Kamis, 29 Maret 2018

Renungan untuk Jumat Agung

 JUMAT AGUNG

''Sudah selesai'' adalah ucapan Yesus dalam perjalanan salib.
Yesus mengakhiri jalan salib-Nya di Bukit Golgata. Penderitaan untuk kehidupan semua.

Bagaimana dg perjalanan salibmu? 
Tahankah engkau? 
Setiakah engkau?
 Sanggupkah engkau? 
Jangan katakan TIDAK. Krn salib yg engkau pikul bukan salib untuk keselamatan semua org tapi hanya untuk dirimu. 
Masa bebanmu saja tidak sanggup kau pikul? 

Tak perlu kau tangisi kematian-Nya dg tersedu-sedu. 
Tak perlu kalau itu hanya terjadi pada Jumat Agung saja. 

Tangisi dosamu.
Tangisi kehidupan mu yg jauh dr kehendak-Nya. Tangisi perkataan mu yg melukai hati-Nya. Tangisi perbuatanmu yg menyayat hati-Nya.

Pikul salibmu dan akhiri perjalanan salibmu dg tetap setia kepada kehendak Allah.

Happy Good Friday

Selasa, 27 Maret 2018



PROYEK PENGGALANGAN DANA PAULUS DAN PRAKTEK LELANG
DI GEREJA BATAK DI INDONESIA
Melalui sejarah, gereja telah membutuhkan uang demi misi dan pelayanan, selain membutuhkan komitmen pribadi. Gereja telah mengumpulkan dana dari berbagai sumber dan dengan berbagai metode. Tidak ada cara mudah menghakimi mereka untuk kepatutan mereka. Tapi harus ada cara yang disetujui untuk melakukan hal ini. Ini merupakan, apa cara yang tepat untuk mengumpulkan dana bagi gereja? Ini bermaksud untuk mengetahui jawaban Alkitab ini dengan mengeksplorasi pengalaman gereja-gereja Perjanjian Baru, khususnya masyarakat Paulus, dalam menangani kegiatan penggalangan dana tersebut. 
Persembahan bagi gereja di Yerusalem sangat penting bagi Paulus maupun bagi masyarakat non-Yahudi-nya. Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa kita menemukan banyak data mengenai persembahan dalam surat-surat Paulus (Rom15: 25-27; 1 Kor 16: 1-4; 2 Kor 8-9; Gal 2:10). Lukas juga mencatat peristiwa yang berkaitan dengan persembahan(Kis 20:16, 22; 24: 17).
Pertanyaan penting adalah: mengapakah Paulus melaksanakan pemungutan bagi masyarakat miskin di Yerusalem? Untuk memulainya, kita melihat kata-kata Paulus di Galatia 2:10. Tercatat orang miskin, sesuatu yang sangat ingin lakukan. Dalam pertemuan ia diakui sebagai rasul bagi bangsa-bangsa lain, Petrus sebagai rasul bagi orang-orang Yahudi (Gal.2: 7,9). Kemudian, Paulus melakukan tanggung jawab untuk kampanye amal yang kita sebut pemungutan. Referensi yang berulang-ulang untuk pemungutan menunjukkan bahwa Paulus serius dan penuh semangat. Ini melibatkan jangka waktu yang panjang dan wilayah yang luas dari gereja: Galatia, Makedonia, dan Akhaya (1 Kor 16: 1; 2 Kor 9: 1-5).
Koleksi ini tentu bukan bukti Status Paulus kalah dengan kepemimpinan Yerusalem, karena beberapa orang mungkin menganggapnya. Semacam ini asumsi bisa menduduki lawan Paulus di Galatia, sebagai akibat dari mana mereka menyerang rasul. Pengumpulan dana untuk gereja Yerusalem, oleh karena itu bisa menjadi sumber masalah bagi Paulus sendiri.
Paulus menerima tanggung jawab untuk masyarakat miskin sebagai sesuatu yang sangat ingin melanjutkan (Gal 2:10). Artinya, paulus tidak menganggap tanggung jawab "sebagai sesuatu yang ditambahkan kepadanya". kata "hanya" dalam kalimat: "mereka meminta satu hal, bahwa kita mengingat orang miskin" (Gal 2: 10) memiliki dua fungsi. Hal ini mengacu pada masalah baru serta mengekspresikan konsesi. Kata "mengingat" adalah kehadiran yang menunjukkan ide melanjutkan kegiatan. Teks mengacu pada, subsidi keuangan tertentu yang sedang berlangsung. Lebih dasarnya, yang juga berarti untuk menjaga seseorang dalam pikiran sebagai layak kasih sayang. Kata kerja dalam Perjanjian Baru berarti tidak hanya "harus dilakukan dengan semangat" tetapi juga "membuat upaya yang tekun". Ini tidak hanya mengacu pada negara rasul pikiran, tetapi untuk kegiatan sebelumnya pada bagian juga.
Kata kerja, "Aku sangat ingin", berfungsi sebagai titik sentral yang membantu kita untuk memahami latar belakang koleksi. Galatia 2:10 tidak mengacu pada koleksi kita baca di 1 Korintus 16: 1-4, 2 Corinthians 8-9, dan Roma 15: 25-3. Georgi, misalnya, seperti yang disarankan oleh Verbrugge, mengambil kata kerja sebagai aorist biasa yang mengacu pada sebuah acara di masa lalu. Bruce menganggap bahwa ayat tersebut mengacu pada hadiah uang yang dibawa ke Yerusalem oleh Paulus dan Barnabas dalam Kisah Para Rasul 11: 27 -30. Kebanyakan sarjana, namun dengan berbagai argumen mereka melihat Galatia 2:10 jelas terkait dengan pemungutan. Sebagai contoh, Nickle mengatakan bahwa teks Galatia 2: 10 memiliki kiasan ganda: mengacu pada bantuan kelaparan hanya dibawa ke Yerusalem pada saat pertemuan, dan melihat ke depan untuk pemungutan.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa Paulus tidak menganggap pemungutan sebagai sesuatu yang dikenakan kepadanya atau dilihat sendiri sebagai inferior, bila dibandingkan dengan rasul di Yerusalem. Holmberg menyatakan berhubungan dengan struktur otoritas dalam gereja primitif, juga menegaskan bahwa Paulus tidak bawahan gereja Yerusalem. Sebaliknya, ia sadar dan bangga kemerdekaan sebagai rasul Yesus Kristus kepada bangsa-bangsa lain. Pikir aksi amal ini, Paulus berharap untuk menunjukkan persatuan antara orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi.
Di sisi lain, bagaimana gereja Yerusalem dirasakan pemungutan adalah masalah lain. Beberapa sarjana berpendapat bahwa gereja di Yerusalem menganggap pemungutan sebagai penghargaan kepada mereka karena mereka dianggap diri mereka sebagai gereja induk. Tetapi pemahaman seperti itu bisa ditantang oleh beberapa argumen. Pertama, dalam masyarakat Graeco Romn, hadiah yang biasanya mereka status unggul daripada status inferior, atau oleh mereka yang kaya kepada mereka yang miskin. Hal ini menunjukkan bahwa gereja Yerusalem tidak akan melihat diri mereka sebagai kaya karena mereka sebenarnya miskin (Gal 2: 10; Rom 15: 26). Kedua, dalam Roma 15:31, Paulus meminta pembacanya untuk berdoa agar para rasul di Yerusalem akan menerima koleksi.
Bahwa gereja Yerusalem tidak mungkin diharapkan hadiah uang yang dibawa olehnya ( Keck 1965 : . 124 , 126 , n 82 ) . Ketiga, Verbrugge telah dijelaskan bahwa kata-kata Paulus kepada jemaat di Korintus berurusan dengan koleksi yang berupa surat memerintah ( 1 Kor 16 : 1-2 ) , dan dalam bentuk surat yang meminta retoris ( 2 Kor 8-9 ) .
Yerusalem Gereja disebut " orang miskin " ( Gal 2:10 ; Rom 15:26 ) . Pertanyaan penting tentang istilah adalah apakah itu menandakan finansial miskin, atau " miskin " dalam hal kesalehan. Di tempat lain, gereja Yerusalem disebut " orang-orang kudus". Roma 15:26 menyebut gereja bahkan lebih lengkap : "Orang miskin dari orang-orang kudus di Yerusalem". Oleh karena itu, Betz (1979 : 102) menunjukkan bahwa kemungkinan besar "miskin " mengacu pada kemiskinan dalam hal kepemilikan dan takwa .
Sementara itu, Karl Holl dalam esainya (1928 ) seperti dikutip oleh Keck (1965 : 101 ) dan Martin (1986 : 257 ) menyatakan bahwa istilah " miskin " tidak penunjukan diri dari gereja mula-mula. Menurut Holl,  " miskin " dan " orang-orang kudus " tidak mengacu pada miskin di antara orang-orang Kristen tetapi untuk gereja Yerusalem secara keseluruhan. Mereka adalah orang-orang yang miskin adalah sejajar dengan kaum miskin dalam roh dari Matius 5:3. Tapi esai Keck (1965 : 101-125 ) membantu kita untuk melihat bahwa teori Holl itu tidak didukung oleh data dalam surat-surat Paulus . Sebaliknya, data Paulus , serta penggunaan bukti baru istilah tampaknya menolak teori Holl . Kebanyakan sarjana mempelajari pemungutan mengakui bahwa ( " orang miskin " , Gal 2:10 ; Rom 15:26 ) harus mengacu pada mereka yang memang miskin .
Sebagai soal fakta, tidak ada referensi eksplisit untuk alasan kemiskinan orang-orang kudus di Yerusalem dalam latters Pail itu. Kita hanya bisa membuat saran berikut . Sebagai gereja Yerusalem tumbuh dalam ukuran, jumlah janda mungkin juga meningkat (Kis 6 : 1-7). Martin ( 1986 : 257 ) menunjukkan bahwa keluarga Yahudi tua bermigrasi ke kota suci untuk menghabiskan hari-hari terakhir mereka di sana. Mereka diharapkan akan dimakamkan di sana dengan harapan kebangkitan orang mati. Demikian pula, Galilea Kristen dikabarkan melakukan ziarah ke Yerusalem untuk menunggu kedatangan Mesias. Kami juga dapat memikirkan panen yang buruk di Yudea pada pertengahan empat puluhan abad ( Kis 11 : 27-30 ) . Penganiayaan yang dihadapi oleh gereja dari penguasa Yahudi dapat juga dianggap sebagai faktor penentu dalam menyebabkan kesengsaraan ekonomi dan sosial mereka.
Orang Kristen yang hidup setelah pengalaman Pentakosta memperlihatkan kehidupan bersama mereka dengan harapan akhir. Oleh karena itu, mereka berbagi kepemilikan materi mereka. Dalam masyarakat seperti itu, orang-orang yang pada kepemilikan awal yang dimiliki akan segera menjadi miskin. Apa pun alasannya, kombinasi keadaan tampaknya telah menyebabkan kemiskinan tersebut. 
Adapun yang menjadi tujuan pemungutan tersebut adalah bahwa hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa pemungutan tampaknya telah ditanggung dari satu makna untuk Paulus sendiri. Para ahli telah memperdebatkan makna yang tepat, serta beberapa karya besar telah ditulis tentang masalah itu. Nickle membahas koleksi dalam hal apa artinya Paulus sebagai sebuah strategi untuk kesatuan gereja. Georgi, terutama berfokus pada sejarah pemungutan dan bagaimana beroperasi dari awal sampai akhir. Sementara itu, Verbrugge mencoba untuk mencari tahu arti dari pemungutan tersebut. Teori Verbrugge didasarkan pada asumsi bahwa dalam kitab Roma Paulus mampu mengatasi masalah pemungutan terlepas dari masalah yang biasa dan konflik keuangan, karena ia tidak mengharapkan pembacanya di Roma untuk terlibat secara finansial dalam aksi amal. Kata-kata Paulus berurusan sedikit tentang pemungutan di tempat lain yang diambil hanya sebagai bukti yang akurat. Teks-teks ini merupakan surat untuk memerintah dan sebagai surat permintaan. Mereka menunjukkan cara Paulus mendorong Korintus, sebagai masyarakat, untuk berpartisipasi. Mereka tidak mengungkapkan tujuan dari pemungutan itu sendiri.
Namun, tujuan dari pemungutan seperti yang terlihat terutama dalam Roma 15: 25-33, tidak berbeda secara signifikan dari satu yang disarankan oleh 2 Korintus 8-9. Tujuan (amal, persatuan, dan eskatologi), sebagaimana yang dikatakan oleh Nikel yang ditemukan dalam daftar Verbrugge tentang tujuan (amal, kewajiban Paulus bagi Gereja, kesatuan, dan layanan Paulus). Namun, cara yang paling kongkrit untuk pentingnya pemungutan adalah dengan menggunakan semua data tanpa bergantung pada setiap bagian tertentu. Meskipun 1 Korintus 8-9 adalah surat permohonan, seperti yang ditunjukkan oleh Verbrugge, ia menyediakan beberapa karakteristik yang signifikan dari pemungutan yang tidak ditemukan di luar surat itu. Misalnya, Paulus mengatakan bahwa hadiah kepada gereja Yerusalem adalah masalah keseimbangan yang adil. Pernyataan-pernyataan ini adalah impormasi dalam memahami koleksi..
Dari berbagai tujuan untuk koleksi ditetapkan oleh para sarjana, berikut ini saya akan fokus hanya dua : koleksi untuk memberikan bantuan bagi masyarakat miskin , dan untuk mempromosikan kesatuan gereja . Kedua makna ini diakui oleh para sarjana , karena teks itu sendiri sangat menyarankan mereka . Nickle (1966 : 129-142 ) dan Petersen (1985 : 144-147), misalnya, termasuk gagasan eskatologi sebagai bagian dari tujuan yang colllection itu . Ide ini terlihat di Roma 9-11, Dimana alamat Paulus masalah kafir Yahudi di Yudea akan melihat bahwa bangsa-bangsa telah menerima Mesias . Ia berharap hal ini untuk memprovokasi kecemburuan mereka sehingga mereka juga akan diminta untuk percaya pada Mesias . Tapi ide ini telah dipertanyakan oleh Verbrugge , dan argumen -anaknya vallid (1992 : 323-327 ). 
Dikatakan bantuan untuk Masyarakat Miskin sudah jelas bahwa Paulus ingin membantu orang miskin di Yerusalem ( Gal 22 : 10 ; Rom 15:26 ) . Bantuan ini dimaksudkan untuk menunjukkan kasih Allah bahwa masyarakat Paulus telah menemukan di dalam Kristus ( 2 Kor 8 : 8-9 , 19 ; 9 : 12-15 ). Mereka yang dipanggil oleh Allah cinta adalah untuk menunjukkan kasih kepada Allah syukur dalam obediance ( Rom 8:28 ; 1 Kor 8 : 3 ; Gal 5 : 6). Dengan demikian , koleksi dianggap tidak hanya sebagai ungkapan cinta terhadap saudara-saudara Kristen tetapi juga sebagai cara memberikan ucapan syukur kepada Allah ( 2 Kor 9:12). Bagi Paulus, usaha dari pemungutan adalah ekspresi kepedulian nyata untuk kebutuhan saudara-saudara Kristen. Faktor utama dalam masalah ini adalah cinta (Rom 12 : 9 ; 1 Kor 13 ; Nickle 1966 : 103 ) . Paulus sangat mendesak jemaat Korintus untuk memberikan untuk koleksi tidak enggan tapi dengan cara ceria (2 Kor 9 : 7) . Cinta, menurut Paulus : " jauh dari sekedar sikap terhadap orang lain.
Nickle (1966 : 74-99 ) telah memeriksa apakah koleksi adalah pajak , seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada masa itu . Cara Paulus memberikan pemungutan dalam rangka untuk mempromosikan persatuan berjalan paralel dengan metode dan tujuan pajak rumah ibadah Yahudi. Tapi proyek penggalangan dana ini cukup berbeda . Poin Nikel beberapa faktor yang membedakan satu dari yang lain ( lihat juga Barret 1973 : 26 ) .
Kepedulian terhadap kebutuhan masyarakat miskin adalah salah satu ekspresi persekutuan dalam Kristus. Itu tidak hanya merupakan elemen penting dalam kehidupan setiap masyarakat ( Roma 12 : 8 , 13 ; 1 Korintus 16 : 15 ) , tetapi juga ekspresi nyata kepedulian Kristen antara gereja-gereja. Pemahaman ini ditunjukkan dengan istilah yang mempekerjakan Paulus dalam berbicara tentang pemungutan (lihat Nickle 1966 : 104-110 ) . Sebagai contoh, Pharase en arloteti ( dalam kemurahan ) digunakan untuk merujuk pada sikap memotivasi kepedulian saudara Kristen ( 2 Kor 8 : 2 ; 9:11 , 13 ). Paulus juga menggunakan kata koinonia ( Rom 15 : 26-27 ; 2 Kor 8 : 4 ; 9:13 ) . Kata ini merupakan salah satu dari kata-kata Paulus disukai dalam menggambarkan kehidupan komunitas Kristen . Kata-kata memiliki makna khusus dengan mengacu pada cinta - pesta dan perayaan perjamuan Tuhan ( 1 Kor 10:16 ; Kis. 2:42 ) di mana perawatan untuk daerah perhatian penting miskin dan membutuhkan. Pelayanan kepada yang membutuhkan adalah bagian dari persekutuan Kristen.
Selanjutnya, ada kata diakonia. Itu diperpanjang untuk berarti " menyediakan kebutuhan hidup " dan "layanan " dalam Perjanjian Baru ( Luk 00:37 ; 17 : 8 ; Mat 25:42 ). Yesus berkata bahwa mereka yang memberikan jasanya kepada sedikit ( reputasi ) melayaninya (Mat 25 : 44-45 ). Gereja mula-mula melihat ada perbedaan antara layanan liturgis dan duniawi . Hal ini terbukti dalam perayaan Perjamuan Tuhan di mana kebutuhan orang miskin menduduki tempat penting ( Kis 2:42; 6 : 1 ; 1 Kor 11:22 ). Oleh karena itu , ketika Paulus menggunakan berbagai bentuk diakonia dalam mengacu pada kampanye pemungutan ini , ia sebenarnya berbicara tentang tindakan penting dari persekutuan Kristen dipenuhi dalam pelayanan Tuhan ( Rom 15:25 ; 2 Kor 8 : 4 , 19 ; 9 : 1 , 12 , 13 ) . Penekanan pada kepedulian terhadap sesama orang Kristen juga tercermin dalam penggunaan Paulus dari xapis kata ( " kasih karunia " ). Nickle mencatat beberapa nuansa , ketika diaplikasikan pada koleksi oleh Paul (1966 : 109-110 ) :
" Kasih karunia adalah : 1 ) git devina yang membuat partisipasi Kristen yang sejati dalam persembahan ( 2 Kor 8 : 1 ; 9 : 3 , 14 ) . 2 ) tindakan partisipasi dalam pemungutan (2 Kor 8 : 6) . 3) hasil partisipasi tersebut ( 1 Kor 16 : 3) .
Penting untuk dicatat bahwa kepedulian aktif bagi masyarakat miskin adalah ciri khas dari hukum Yahudi dan tradisi ( bdk Ul 24 : 10-22 ) ; Ps 10 : 2 ; 12 : 5 ; 16 : 6 ; Yes 3 : 14-15 ; 10 : 1-2 ; 58 : 6-7 ) . Dalam Perjanjian Lama, jelas bahwa Allah dipandang sebagai go'el ( pelindung ) dari anak yatim , janda , yang lemah , dan miskin ( Amsal 23 : 11 ; Yer 50 : 34 ; Psl 149 : 9 ) . Dalam Yudaisme . Sedekah itu dipahami sebagai ekspresi perjanjian kebenaran ( Dan 4 : 27 ; Sir 3 : 30 ; 29 : 12 ; 40 : 24 ; Tob 4 : 10 ; 12 : 9 ; 14 : 11 ) . Itu dianggap sebagai aspek yang paling penting dari pemenuhan hukum. Satu melakukan tindakan amal melakukan pekerjaan Allah. Mereka yang melakukan pekerjaan amal dijanjikan keberuntungan dalam hidup, sedangkan mereka yang tidak melakukan semacam kerja dijamin hukuman ( Schrenk 1964 : 196 ; Nickle 1996: 94-95 ).
Motif aksi amal dalam Yudaisme berbeda dari proyek Paulus tentang amal bagi masyarakat miskin di Yerusalem. Kekhawatiran masyarakat tentang kemiskinan menurut Paulus tidak didasarkan pada etika Yahudi; bukan, didasarkan pada ajaran dan pelayanan Yesus (Mat 5: 3; 5:47; 11: 5; 25:34; Lukas 04:18; 19: 2; Markus 12:41; 10:21; John 13:29). Yesus tidak hanya peduli terhadap orang miskin, tapi ia sendiri hidup sukarela dalam kemiskinan (Mat 08:20). Paulus mengklaim dirinya sebagai peniru Kristus dalam semua Kristus (I Kor 4: 10-13; 4:17) serta menawarkan seluruh hidupnya dalam pelayanan Tuhan ( I Kor 2: 2; Phil 1:21 -24), karena asumsi itu wajar untuk kehidupan rasul menjadi misionaris miskin (I Kor 4: 11-13).
Pemungutan Paulus dimaksudkan untuk mempromosikan persatuan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi Kristen. Galatia 2: 1-14 mengatakan bahwa ada dua sayap gereja. Kedua, Korintus 2: 8-9 dan Roma 15: 25-32 mengungkapkan bahwa Paulus menganggap koleksi sebagai sarana menunjukkan persatuan mereka. Pengakuannya dari satu Tuhan, satu Tubuh, dan satu Keluarga tidak diragukan lagi di balik konsep kesatuan gereja (Efesus 4: 1-6). Kita bisa melihat dari suratnya kepada jemaat di Roma bagaimana Paulus akan menggunakan koleksi sebagai ekspresi dari pendiri gereja Roma.
Pernyataan Paulus jelas: "Jika bangsa-bangsa lain telah datang untuk berbagi dalam berkat rohani mereka, mereka juga seharusnya pelayanan dalam hal materi" (Rom 15:27). Paulus mengatakan bahwa non-Yahudi Kristen telah menerima keselamatan melalui orang-orang Kristen Yahudi di Yerusalem, sehingga mereka berhutang kepada mereka. Ini tidak berarti bahwa Paulus pajak yang dikenakan atas mereka. Sebaliknya, itu adalah cara membayar gereja Yerusalem untuk apa yang telah mereka diberikan. Dengan kata lain, istilah "utang" digunakan oleh Paulus di sini menunjuk kepada tanggung jawab sukarela, berbagi timbal balik dalam persekutuan Kristen (lih Rom 13: 8). Verbrugge lebih suka melihat teks (Rom 15:27) sebagai merujuk pada kewajiban untuk gereja-gereja Paulus, bukan sebagai penekanan pada kesatuan. Namun κοινωνια, kata dalam ayat sebelumnya membantu kita untuk menyimpulkan bahwa pernyataan Paulus menekankan kesatuan gereja.
Arti dasar dari κοινωνος adalah "rekan" atau "peserta". Ini menyiratkan persekutuan atau berbagi dengan seseorang. Dengan demikian, kata kerja κοινωνεω berarti, "untuk berbagi dengan seseorang dalam sesuatu yang ia memiliki". Paulus sering menggunakan kata-kata ini untuk persekutuan agama orang percaya di dalam Kristus dan persekutuan saling percaya. Persekutuan dengan Kristus menyebabkan persekutuan dengan orang-orang Kristen.
 Aspek kesatuan sebagai tujuan pemungutan dapat dilihat sehubungan dengan perpecahan dalam gereja, seperti yang disebutkan dalam Galatia 2: 1-14. Barret dan Nikel menganggap masalah antara dua sayap dari gereja sebagai petunjuk utama untuk memahami tujuan pemungutan. Dengan demikian, baik Barret dan Nikel menganggap kesatuan sebagai tujuan utama pemungutan Paulus. Tujuan dari persatuan ini juga ditekankan oleh Dahl, yang mengatakan bahwa, dalam pemenuhan Paulus janji untuk mengingat orang-orang miskin (Gal. 2:10), "hadiah membuktikan realitas cinta yang mengikat semua orang Kristen bersama-sama".
Jelas bahwa pemungutan memiliki makna ekumenis untuk Paulus. Ini adalah ekspresi nyata dari kesatuan Yahudi dan bukan Yahudi dalam Injil. Paulus membandingkan partisipasi masyarakat dalam koleksi dengan diri-pemberian Kristus untuk orang lain (2 Korintus 8: 9). Itu adalah demonstrasi kesatuan dalam gereja. Itu perlu dicatat konsepsi Paulus tentang "gereja" itu sendiri. Kata έκκλησία terkait dengan konsep Perjanjian Lama perakitan umat Allah. Mereka yang dipanggil oleh Tuhan merupakan satu persekutuan dengan Kristus. Kristen adalah Israel milik Allah (Gal 6: 6). Kesatuan mereka adalah solidaritas organik: mereka adalah satu tubuh di dalam Kristus (Rom 12; 1 Kor 10:17; 12:12; Gal 3:28), atau tubuh Kristus (1 Kor 0:27). Ketika Paulus berbicara tentang gereja sebagai tubuh Kristus, ia menekankan kesatuan antara Kristus dan gereja-Nya, dan kesatuan antara para anggota itu sendiri. Konsep poin tanggung jawab masyarakat terhadap Allah dan sesama manusia. Misi Paulus kepada bangsa-bangsa lain adalah signifikansi eskatologis: itu berusaha untuk memastikan kesatuan masa depan gereja. Pemahaman Paulus tentang konsep tubuh didasarkan pada pikiran Ibrani di mana tubuh dipahami sebagai satu unit. Tidak ada kontradiksi antara jiwa dan daging.
Karakter Pemungutan tersebut adalah Paulus meminta jemaat Korintus untuk berkontribusi dari apa yang mereka miliki, bukan dari apa yang mereka tidak memiliki (2 Kor 8:11). Itu bukan masalah jumlah, tapi niat baik. Penerimaan hadiah mereka tidak terletak pada jumlahnya; melainkan berbaring di kesediaan mereka. Menurut Kristen, memberi bukanlah soal keharusan namun, "Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (2 Kor 9: 7). Perlu dicatat bahwa Markus 12: 43-44 tidak  sama dengan apa yang Paulus diusulkan dalam II Korintus 8: 11-12. Dalam Markus 12: 43-44, janda miskin memberikan semua yang ia miliki, sementara orang kaya memberi dari kelimpahan mereka. 
Hal niat baik ini, Paulus mendesak saudara untuk berangkat lebih dulu ke Korintus. Dengan memastikan bahwa pemberian hadiah di korintus  akan siap sebagai "berkah" bukan sebagai tanda keserakahan Paulus. Dalam literatur Helenistik, istilah "keserakahan" terhubung dengan keinginan untuk memiliki lebih banyak. Itu adalah kejahatan sosial yang menyebabkan ketidakharmonisan dalam masyarakat. Paulus tidak ingin hadiah Korintus dianggap sebagai alasan untuk menuduhnya sebagai ketamakan.
Betz mengklaim bahwa kebiasaan bertukar hadiah di balik ide niat baik. Menurut pemikiran populer, kemakmuran didefinisikan sebagai hasil dari kemurahan hati ilahi, sementara kekayaan dipandang sebagai sesuatu yang diperoleh oleh ketidakadilan, kekerasan, penipuan, dan keegoisan. Artinya, Paulus mengingatkan sikap Korintus menuju kekayaan. Hadiah-berkat yang diberikan sebagai tanggapan atas berkat yang diterima, sementara keserakahan mewakili kegagalan untuk merespon dalam bentuk. Jadi Paulus mengatakan bahwa jemaat Korintus semua menerima imbalan untuk kebaikan mereka (bdk 1 Kor 4: 7).
Paulus meyakinkan jemaat Korintus bahwa mereka tidak perlu takut berkekurangan ketika memberikan kontribusi untuk pemungutan. Tuhan akan memberkati dan memperkaya mereka atas kemurahan hati mereka sehingga mereka akan memiliki kelimpahan dalam segala sesuatu (2 Kor 9: 6, 8, 11). Dengan demikian, kontribusi untuk koleksi akan membawa berkah bagi orang-orang percaya di Yerusalem dan kepada jemaat di Korintus. Orang-orang percaya di Yerusalem akan memuji Tuhan untuk apa yang telah mereka terima melalui koleksi karena mereka menyadari bahwa Allah adalah sumber dari segala berkat, dan orang yang memungkinkan bangsa-bangsa lain untuk berkontribusi koleksi. Betz berpendapat bahwa "semua ucapan syukur dalam istilah Paulus adalah respon, hadiah kurban kepada Allah dengan imbalan kebaikan yang diterima". Ini adalah kembalinya rahmat yang diterima dari Allah kepada Allah.
Dalam hubungan ini, perlu dicatat bahwa Paulus menggunakan kata λειτουργία ("Layanan", 1 Kor 09:12; Rom 15:27) untuk merujuk pada koleksi. Paulus menggunakan istilah untuk merujuk pada tindakan warga kaya, yang secara sukarela memberikan bantuan keuangan untuk keperluan umum di dunia Yunani. Strathmann berpendapat bahwa istilah itu tidak mengacu pada pemujaan atau kegiatan sekuler, argumennya didasarkan pada Filipi 2:30, di mana Paulus menggunakan istilah untuk hadiah moneter yang Filipi telah buat untuk Paulus. Dalam Korintus 9:12  istilah λειτουργία digunakan untuk menjelaskan bahwa koleksi ini akan menjadikan tindakan ucapan syukur kepada Allah. Ini menyiratkan bahwa koleksi ini tidak hanya untuk meringankan kemiskinan orang-orang percaya di Yerusalem, tetapi lebih dari itu, hal itu akan menyebabkan orang percaya di Yerusalem untuk memuji Allah (2 Kor 9: 11-12).
Lelang sangat dikenal sebagai bentuk pengumpulan dana di dalam gereja Batak. Itu merupakan sebuah peristiwa dalam sebuah pesta: sejak itu dengan normal yang berhubungan dengan sebuah pesta gereja. Sebuah jemaat melaksanakan lelang ketika itu membutuhkan dana untuk membangun pembangunan gereja, untuk membangun perlengkapan gereja, dan untuk membantu yang membutuhkan. Singkatnya, lelang adalah dilaksanakan sebagai sebuah makna dari pengumpulan dana untuk yang dibutuhkan gereja, sebagai untuk mendukung pelayanannya. Keseringan, lelang dilaksanakan untuk mengumpulkan dana untuk membangun sebuah bangunan gereja. 
Kita dapat mengkategorikan dua macam dari lelang menurut partisipan. Pertama, terdapat pesta lelang yang melibatkan hanya anggota-anggota dari jemaat tersebut. Kedua, terdapat sebuah pesta lelang yang melibatkan para undangan sebagaimana anggota jemaat. Para undangan mungkin berasal dari jemaat dengan jemaat gereja atau distrik yang sama, dari denominasi-denominasi lain, dan termasuk pegawai pemerintahan atau kekayaan individual orang-orang Kristen dan non-Kristen.
Barang-barang dalam lelang meliputi semua makanan (roti, telur-telur, beras, ikan, minuman, buah), semua alat-alat elektronika (setrika, tape, lampu, televisi), semua perlengkapan rumahtangga (kursi, lukisan, meja), penampilan-penampilan (puisi, lagu, koor, tarian), dan bahkan barang milik pendeta (pulpen, dasi, jam tangan).
Kita mungkin mengategorikan 3 macam atau gaya dari lelang. Pertama, terdapat lelang biasa, yang dimana barang-barang pelelang dengan diwujudnyatakan dengan sebuah harga awal dan sampai harga yang tertinggi. Kedua, terdapat lelang gotong royong dimana tujuannya untuk meningkatkan kerjasama diantara partisipan. Lelang ini dapat berbentuk barang atau yang dapat ditampilkan yang dapat disaksikan oleh semua partisipan seperti lagu-lagu, makanan, dan sebagainya. Tidak ada persaingan dengan berteriak untuk mengatakan harga dari tempat duduk. Ketiga, terdapat lelang berhadiah yang dimana pelelang biasanya tidak menyebutkan macam hadiah-hadiah, tetapi secara normal mereka lebih mahal dan barang-barang bermartabat seperti instrumen-instrumen elektrik atau lukisan-lukisan, menurut penulis artikel dari pengamatannya para pemenangnya adalah orang yang paling kaya di jemaat itu. Biasanya, hadiah-hadiah itu diberikan oleh para pelayan gereja seperti Bishop, pendeta dan sebagainya, atau bahkan aparat pemerintah yang hadir. Sejak orang Batak menempatkan kehormatan (hasangapon), ini mungkin satu alasana akan suksesnya lelang.
Penulis artikel mengutarakan beberapa kritikan mengenai praktek lelang sebagai sebuah cara pengumpulan dana. Pertama, tidak ada yang dijadikan teladan di Alkitab untuk praktek lelang dalam artian sebuah persembahan kepada Allah atau gereja. Di dalam pengumpulan dana untuk membantu kaum miskin di Yerusalem, paulus tidak menyarankan agar pengikutnya menjalankan lelang, dia menyarankan agar mereka memberikan uang ekstra mereka dari pendapatan mereka, hari pertama setiap minggunya (1 Kor. 6:12). Praktek pelaksanaan lelang di dalam gereja Batak di ambil alih dari dunia secular sebagai bisnis dan hokum. 
Tidak ada keraguan bahwa lelang digunakan dalam gereja Batak karena itu berhubungsn dengan posisi tertinggi dalam Batak (hamoraon) dimana kemakmuran mempunyai sebuah posisi sentral. Persaingan, perkelahian, atmosfer ketidakramahan. Di dalam gereja Batak, lelang sebagai cara yang mudah dan cepat untuk mengumpulkan dana. Tak dapat disangkal, pengumpulan dana terlihat lebih penting daripada cara itu diperoleh. Yang kedua, pengumpulan uang dengan lelang mengaburkan arti yang sesungguhnya dari pemberian uang sebagai sebuah persembahan. Sekalipun orang Batak memahami pemberian kepada gereja mereka sebagai persembahan kepada Allah, praktek akan kontribusi ucapan syukur mampu mengaburkan arti dari persembahan. Jadi, itu nyata bahwa kemakmuran atau uang sebagai tujuan utama, sebagai konsep orang Batak akan ke akmuran, itu alasan untuk melaksanakan lelang. Kita dapat melihat pengumpulan dana Paulus, pemberian orang-orang Kristen bukan masalah jumlah, tetapi keinginan untuk memberi (2 Kor. 8:11-12; 9:5-7), bukan masalah jumlah tetapi hati yang gembira untuk memberi.
Dan dalam pelaksanaan lelang, ada kalanya ada jemaat yang tidak membayar tunai. Ketidakmampuan partisipan untuk membayar tunai mengindikasikan bahwa mereka tidak sungguh untuk berkontribusi dari jumlahnya. Jadi, lelang dapat secara aktual menjadi sebuah beban, di dalam bentuk tekanan finansial yang tidak diharapkan. Tentu ini berlawanan dengan konsep memberi secara sukarela kepada Allah atau gereja, sebagai yang dinyatakan Paulus (2 Kor. 8:12; 9:7). 
Praktek lain dari lelang, yang mengabaikan keinginan pemberi untuk memberi, yang ditemukan dalam konsepnya “memberi dan menerima”. Ketika seorang partisipan memenangkan sebuah lelang, dia menerima sebuah barang. Lelang sungguh masalah dari penukaran. Ucapan syukur persembahan bukan masalah memberi dan menerima, tetapi mengenai ucapan syukur kepada Allah atas kemurahan hati (2 Kor. 9:11-13). Itu bukan sekedar sumbangan kepada gereja tetapi ekspresi ucapan syukur kepada Allah. Lelang bukan untuk kesempatan untuk memuji Allah, di sisi yang lain, itu menjadi sebuah peristiwa untuk pamer, kesejahteraan dan kedermawanan. 
Ketiga, penyelenggaraan lelang menghasilkan perpecahan sosial dalam pengumpulan orang percaya. Penanda sosial terletak pada jumlah kontribusi yang dipublikasikan. Diakui, bahwa lelang memberikan kesempatan untuk bersaing; itu juga menjadi fokus bagi persaingan orang-orang kaya, meskipun hal itu tidak dilakukan dilingkungan yang tidak bersahabat. Orang kaya membedakan diri dari orang-orang miskin dengan jumlah kontribusi mereka serta dengan partisipasi tertutup mereka dalam jenis lelang yang mendominasi mereka, yang berhadiah lelang ("lelang dengan imbalan"). Orang miskin melihat persaingan dari orang kaya, yang membuat mereka merasa rendah diri, dan juga merasa perlu untuk memberikan penghormatan khusus untuk orang kaya. Oleh karena itu, lelang tidak hanya berfungsi sebagai sarana publik untuk memberikan kontribusi tetapi juga sebagai kesempatan untuk memamerkan status sosial seseorang. Aku bisa melihat bahwa menggunakan lelang sebagai sarana memperoleh kehormatan dan otoritas dalam komunitas orang percaya. Dan karena orang kaya telah memperoleh kehormatan dari anggota gereja yang mereka alami menjadi orang kuat dalam gereja. Pembagian sosial dari keluarga Allah jauh dari misi Paulus dalam koleksi. Sebaliknya, koleksi dilakukan oleh rasul dengan tujuan mempromosikan persatuan dan solidaritas antara bangsa-bangsa kaya dan gereja-gereja gereja miskin di Yerusalem, seperti yang telah kita bahas di atas.
Selanjutnya, dalam lelang yang kaya selalu dipuji, sedangkan orang miskin diabaikan. Lelang begitu banyak menentukan pada jumlah yang diberikan, mereka yang memberikan sumbangan kecil kurang dihargai. Selain itu, orang-orang yang memberikan apa-apa dapat dituduh pelit. Selama pelayanan saya, saya menemukan bahwa beberapa anggota tidak datang ke gereja pada hari lelang karena mereka merasa terlalu malu untuk memberikan kontribusinya yang kecil, atau karena mereka tidak ada untuk diberi. Jika mereka memaksa diri untuk datang, mereka biasanya hanya dihadiri layanan, dan meninggalkan gereja sebelum lelang dimulai. Oleh karena itu, penyelenggaraan lelang bisa mengasingkan orang miskin. Pentingnya kontribusi besar orang kaya dan mengabaikan kontribusi kecil orang miskin jauh dari pikiran Paulus dalam koleksinya.
Menurut pendapat penulis, kegiatan penggalangan dana semacam ini kurang dibenarkan di gereja karena tidak menunjukkan kesetaraan dan kesatuan di dalam Kristus. Persekutuan orang percaya di dalam Kristus melenyapkan setiap perbedaan sosial status antara si kaya dan si miskin. Kesatuan orang percaya di dalam Kristus melampaui ras, sosial, dan perbedaan seksual (Gal 3: 26-28; 1 Kor 0:13; Kol 3:.. 10-11). Bagi Paulus, persekutuan orang percaya di dalam Kristus melenyapkan setiap perbedaan sosial status antara si kaya dan si miskin. Selain itu,dalam Tubuh Kristus anggota individu harus mempromosikan kesejahteraan seluruh masyarakat. Kontribusi masing-masing anggota harus dihormati (Rom. 12:. 4-10, 13). Persembahan adalah, layanan kepada Tuhan melalui gereja-Nya (2 Kor. 9: 11-13). Ini adalah Allah yang harus dimuliakan dan dipuji karena berkat-Nya, dan bukan manusia. Kami telah mencatat bahwa praktek lelang dapat dimanfaatkan secara tidak adil sebagai sarana pamer dan mendapatkan kehormatan. Hal ini dapat memberikan keuntungan hanya untuk orang kaya, sementara yang miskin dapat menjadi terasing. Akhirnya mencerminkan perpecahan sosial dalam pertemuan keluarga Allah.
Sekarang jelas bahwa diadakannya lelang sebagai alat pengumpul dana memiliki beberapa kelemahan. Keinginan yang kuat untuk mengumpulkan dana tampaknya telah mempengaruhi gereja-gereja Batak tanpa sadar sepenuhnya akan kelemahan mereka. Hal ini telah menjadi jelas bahwa terlepas dari kegunaannya dalam menampilkan kerjasama, serta mengumpulkan dana, lelang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pemberian bebas dan berterima kasih kepada Tuhan. Ini tidak berjalan sejajar dengan apa yang dikatakan Yesus:
Jadi setiap kali Anda memberi sedekah, tidak terdengar terompet sebelum anda, seperti yang dilakukan orang munafik dirumah-rumah ibadat sehingga mereka dapat dipuji oleh orang lain. Tetapi ketika Anda bersedekah, jangan biarkan tangan kiri anda tahu apa yang tangan kanan anda lakukan, sehingga sedekah anda dapat dilakukan secara rahasia; dan Bapamu yang melihat secara rahasia akan membalas anda (Matius 6: 2-4; NRSV).
Kesimpulan:
1. Paulus dan masyarakat non-Yahudi itu melaksanakan proyek penggalangan dana untuk membantu orang miskin di gerejaYerusalem. Baik pemungutan ini menunjukkan inperioritas Paulus terhadap para Rasul di Yerusalem, maupun Rasul menganggap koleksi sebagai sesuatu yang dikenakan kepadanya. Sebaliknya, pemungutan Rasul dianggap sebagai sesuatu yang ia ingin lakukan dalam pelayanannya sebagai Rasul Kristus, yang menjadi kekhawatiran bagi masyarakat miskin. Selain itu, melalui proyek penggalangan dana ini, Paulus berharap untuk menunjukkan kesatuan orang percaya antara Yahudi dan bukan Yahudi.
2. Terlibat dalam koleksi, komunitas Paulus diminta untuk memahami koleksi yang ini tidak hanya hadiah untuk yang membutuhkan; melainkan adalah tindakan "layanan", suatu tindakan kasih yang didasarkan pada cinta Kristus itu. Dengan demikian, mereka yang memberikan kontribusi untuk koleksi harus memperlihatkan hati ceria dan bersyukur. Selain itu, kegiatan penggalangan dana ini dilihat sebagai upaya untuk membangun keseimbangan yang adil dalam komunitas yang beriman, antara orang-orang yang berada dan orang-orang yang membutuhkan.
3. Cara Paulus melaksanakan proyek penggalangan dana bisa berfungsi sebagai kritik yang berguna untuk praktek memegang lelang di gereja. Mereka yang masih berlatih lelang sebagai sarana pengumpulan dana perlu memikirkan kembali. karena kegiatan yang ini membawa beberapa kelemahan. Mengumpulkan uang melalui lelang bisa menghilangkan arti yang sebenarnya dari memberikan uang sebagai menawarkan diri dari prinsip-prinsip pemberian sukarela dan berterima kasih kepada Tuhan. Hal ini dapat memberikan keuntungan hanya untuk orang kaya, sementara yang miskin dapat terasing karena lelang prioritas pada jumlahnya.

Arti dan Makna Perjanjian

Arti dan Makna Tanah Perjanjian
I. Pendahuluan 
Berbicara tentang Tanah Perjanjian, tentu sebagai mahasiswa Theologia akan langsung timbul dalam benak kita suatu nama bangsa yang tidak asing di telinga kita, apalagi hampir setiap negara di dunia ini terkhususnya negara-negara Islam mengutuknya akibat agresi militer yang ia lakukan ke Jalur Gaza (Palestina) beberapa waktu yang lalu. Negara itu adalah bangsa yang akrab disebut sebagai bangsa pilihan TUHAN, Israel dalam kitab Perjanjian Lama kita orang Nasrani. Pada umumnya Tanah Perjanjian itu disebut Tanah Kanaan, karena yang tinggal  disana sebagian besar adalah orang Kanaan. Didalam Tanah Kanaan itu terdapat sebuah bukit Sion tempat kota Yerusalem  berada dan kota ini menjadi kota suci bagi 3 agama samawi (Yahudi, Kristen dan Islam). Hal ini terbukti ketika Palestina menyebut Yerusalem  sebagai ‘Al-Quds’(yang suci) yang menunjukkan betapa sucinya kota itu bagi mereka. Namun timbul suatu pertanyaan, mengapa Tanah Perjanjian (khususnya Yerusalem) menjadi sangat penting bagi Israel dan Palestina? misalnya bukit Sion/Zion yang dianggap suci oleh Yahudi, mengapa bukan gunung Sinai, tempat Allah Israel memberikan Taurat kepada Musa dan membuat perjanjian dengan umat-Nya Israel?, mengapa seorang Arab yang Kafir dapat meneteskan air mata ketika pertama sekali berdiri didepan Masjidil Al-Aqsha, padahal tempat lahirnya Islam dan tempat Ka’bah berdiri berada di Arab sendiri?  Kalau Yerusalem suci bagi orang Nasrani, hal itu dapat dipahami, karena Yerusalem merupakan tempat wafat dan kebangkitan kembali Yesus: yang telah menjadi saksi kelahiran iman mereka!    
Sejarah mencatat bahwa, tidak jarang terjadi perebutan Tanah Perjanjian itu khususnya kota Yerusalem, dengan mengunakan media kekerasan yaitu perang untuk merampasnya dan menjadikan tanah itu sebagai hak miliknya, seperti: perang Israel-Kanaan yang dipimpin oleh Yosua atas mandat YHWH  untuk menumpas orang Kanaan, perang Salib (Crusade) dan yang lainnya yang dilaksanaan dengan semangat Holy War dan Deusvult. Jadi sebenarnya, siapa yang pertama kali melihat potensi Palestina dan mengembangkan negara itu?, siapa yang tinggal di Yerusalem pertama sekali, orang Yahudi atau Palestina?, dan apakah perang Israel-Palestina beberapa waktu yang lalu juga dampak sucinya tanah itu bagi mereka?. Namun mengapa pula ketika ditanyakan dan didiskusikan masa kini yang sarat konflik, baik Israel maupun Palestina secara naluriah berpaling kepada masa lalu dan polemik mereka bisa dengan mudah beralih dari abad perungu ke abad pertengahan kemudian ke abad-20?. 
Untuk dapat memahami masalah ini dengan mendasar, maka dalam kesempatan kali, kami para penyeminar akan mencoba memaparkan bahasan seminar kita apa dan bagaimana “Arti dan Makna Tanah Perjanjian” yang ditinjau secara Teologi Perjanjian Lama. 
II. Pembahasan
Pengertian Tanah
Pengertian Tanah secara umum
Menurut KBBI, tanah adalah permukaan bumi atau lapisan yang diatas sekali, dapat juga diartikan keadaan bumi di suatu tempat, permukaan bumi yang terbatas yang ditempati suatu bangsa dan diperintah suatu negara.  Dalam Oxford Advanced Learners Dictionary, Jonathan Crowter mendefinisikan bahwa Tanah adalah benda kering yang merupakan bagian dari permukaan bumi, daerah yang dipakai untuk maksud tertentu; daerah yang digunakan sebagai lahan pertanian dan daerah yang dikukhusukan. 
Tanah menurut Perjanjian Lama
Tanah atau Bumi memiliki arti yang sama dalam tradisi Yahudi. Bumi (Ibr: ‘erets’;Aram ‘ara’) אֶרֶץ   memiliki kata yang lebih spesifik bagi arti Tanah dalam b. Ibrani אֳךַמָה (‘adama’). Dalam Ensiklopedi Alkitab masa kini memberikan beberapa pengertian tanah dalam Perjanjian Lama, diantaranya: 
1. Bumi ialah sebagian dari alam ini, lawanya adalah langit. Umpamanya adalah Kejadian 1:1; Ulangan 3:28; Mazmur 68:9; Daniel 6:28 Dll. Kata ‘Erets’ mengandung makna ganda karena kadang-kadang malahirkan arti yang lebih luas dan kadang-kadang hanya berarti Tanah atau negri, suatu daerah yang lebih sempit dalam berita mengenai air bah (Kej 6:9) dan timbulnya pebedaan bahasa (Kej 11:1)  tiap arti dan pendudukya. 
2. Darat sebagai lawan dari laut (Kej 1:10). Ungkapan-ungkapan seperti alas bumi (1 Sam 2:8), tiang bumi (Ayb 9:6), dasar bumi (Mzm 102:26; Yes 48:13) adalah merupakan syair dari bangsa semit purba yang tidak menganggap gagasan bentuk meja yang didukung oleh penopang. 
3. Tanah yang dipermukaan bumi ini, tempat segala tumbuh-tumbuhan dan semua yang hidup, umpamanya Kejadian 1:11-12; Ulangan 26:2 (erets dan adama).
4. Dalam nas-nas seperti Kejadian 11:1; Mazmur 98:9; Ratapan 2:15. Kata erets mengartikan-melalui segala arti-penduduk bumi ini atau bagianya. 
Tanah Kanaan/Perjanjian  
Tanah Kanaan adalah Tanah Perjanjian yang TUHAN Israel janjikan kepada nenek moyang mereka, Abraham. Tanah Kanaan itu diberikan baginya sebagai sebuah pemberian, bukan karena kepatuhan Abraham untuk meninggalkan kota Ur tempat kelahiranya dan pergi ke Tanah Kanaan (dari zona nyaman ke zona yang tidak dikenal). Melainkan tanah itu diberikan hanya berdasarkan anugrah dan inisiatif Allah semata. Allah memberikan Tanah itu dengan sekaligus memberikan mandat kepada mereka untuk memeliharanya dengan baik, karena bangsa Israel hanya sebagai perpanjangan TUHAN untuk memeliharanya dan Allah sendirilah sebagai pemilik Tanah itu.  Pemberian Tanah itu kepada bangsa Israel sebagai ahli waris Abraham tertulis dalam Yosua 21:43. Dalam ayat ini dituliskan bagaimana cara Israel mendapatkan suatu tempat kediaman di Tanah Palestina. Banyak laporan Alkitab mengenai priode pendudukan Tanah Palestina ini terdapat dalam kitab Yosua dan hakim-hakim. Kita dapat dengan lebih mudah mengetahui kejadian-kejadian dalam kedua kitab itu jika kita mengetahui apa yang sedang terjadi di Palestina dan diatara bangsa-bangsa sekitarnya pada priode antara tahun 1250-1000 sM. 
Pentingnya Tanah Perjanjian (Palestina )
Bagi Yahudi 
2.2.1.1. Sebagai Warisan dan Milik Allah (Penggenapan Janji)
Bagi Yahudi (Israel) Tanah Kanaan lebih akrab dipanggil Tanah Perjanjian, yaitu perjanjian antara Allahnya Israel dengan nenek moyang mereka, Abram (Kej 15:18-21). Dalam nats ini disebutkan, bahwa Allah berjanji memberikan kapada keturunan dari Abram negri tersebut, yakni yang meliputi mulai dari sungai Mesir sampai sungai Eufrat yaitu: Tanah orang Keni, Kenas, Kadmon, Het, Feris, Refraim, Amori, Kanaan, Girgasi, dan tanah orang Yebus. Dalam pemberian Tanah ini juga, TUHAN menegaskan bahwa Tanah itu jangan pernah dijual karena Allahlah yang berkusa atasnya (Im 25:23-24).  Status Tanah itu bagi Israel adalah sebagai sebuah pemberian. Dan bangsa Israel sudah faham benar akan ketentuan tersebut. Israel juga menyadari bahwa Tanah Kanaan yang berhasil mereka taklukkan dan tempati, bukanlah karena kekuatan dan kehebatan mereka, tetapi karena YHWH telah mengucapkan sebuah sabda dan Dia akan selalu menepati apa yang telah Ia katakan dan hal itu pasti akan terjadi. Bangsa Israel juga selalu menyadari dan mengetahui bahwa hal itu semua adalah sebuah ciptaan dari firman-Nya dan firman itu akan selalu hidup karena Dia sendiri yang mengucapkanya (bnd. Hos 11:1). Israel menyadari bahwa kehidupan mereka akan tetap bertahan hanya dengan printah-Nya dan mereka mendengarkan serta mematuhinya. Oleh karena itu printah YHWH kepada mereka untuk menjaga Tanah itu sebagai sebuah pemberian dari TUHAN adalah sebuah tanggung jawab yang besar dan sangat berarti bagi Israel. Hal inilah yang membuat mereka ingin tetap bertahan, menguasai dan memelihara Tanah itu, sebagai tanda kepatuhan kepada Allah mereka.   Negri ini merupakan tujuan pokok dari pemikiran dan tindakan yang ada dalam Pentateukh. Musa dipanggil untuk membawa umat Allah ke suatu negri yang melimpah susu dan madunya (Kel.3:8,17; bnd. 6:4,8). Negri itu dilihat sebagai pemberian Allah secara terus-menerus kepada Israel, terkhususnya dalam kitab Ulangan. Dalam kitab Yosua kata ini muncul 50 kali lebih. Ketentuanya bahwa, Allah yang memiliki Tanah itu tetap dipertahankan dalam tradisi Israel. Hal ini terbukti dengan patuhnya bangsa Israel akan printah untuk mempersembahkan hasil pertama negri itu kepada TUHAN mereka (UL. 14:22-29; 26:9-15).  Tidak sampai disitu saja, bangsa Israel juga menguduskan hari sabat, tahun  Sabat dan tahun Yobel sebagai masa perhentian bagi Tanah yang mereka usahakan yang menunjukna betapa patuhnya mereka atas ketetapan yang TUHAN berikan kepada mereka mengenai tanah pemberian tersebut.      
Keyakinan bangsa Israel semakin dalam, ketika mereka menghadapi perang dengan bangsa sekitar. Dimana dalam setiap peperangan tersebut mereka selalu menang (meskipun secara manusiawi hampir tidak mungkin). Mereka yakin Allah YHWH selalu berada didepan untuk berperang melawan musuh-musush mereka. Puncak kejayaan kerajaan Israel berada pada masa Daud dan putranya Salomo. Pada masa pemerintahan keduanyalah, Yerusalem dijadikan ibukota kerajaan dan pembangunan Bait Suci diatasnya. Bangsa Israel yakin bahwa Allah mereka berdiam disana, sehingga Yerusalem menjadi sangat sentral bagi pemerintahan dan peribadatan mereka. Yerusalem dengan bukit Sion menjadi sangat penting bagi mereka melebihi Gunung Sinai, tempat Allah mereka memberikan Taurat kepada Musa dan tempat diadakanya perjanjian antara Allahnya Israel dengan Israel sendiri. Hal ini disebabkan karena keyakinan mereka yang sangat teguh sekali bahwa Allah mereka hanya tinggal di Bait Suci bersama Tabut Perjanjian yang juga ada didalamnya yaitu di Bait Suci Sion, Yerusalem. Itulah sebabnya Tanah Kanaan/Palestina pada umumnya dan Yerusalem pada khusunya sangat penting bagi bangsa Yahudi. 
2.2.1.2. Sebagai berkat
Pemberian tanah oleh Allah kepada bangsa Israel terikat kedalam janji berkat yang diberikan kepada bapa leluhur  bangsa mereka (Kej. 12, 15,17-21). Janji tanah itu mempunyai suatu segi yang jarang diperhatikan. Israel yang diberkati oleh janji itu, mendapat keyakinan dan pengharapan baru melalui pemberaian tanah itu dan pemenuhan Allah terhadap janji-Nya. Tetapi bukan hnaya Israel  sebagai penghuni atau bakal penghuni Kanaan saja yang diberkati tetapi juga tanah itu sendiri. Janji Tuhan membuat membuat tanah Kanaan menjadi sesuatu yang melebihi keadaan alamiahnya. Memang segala sifat kesempurnaan  tidak tampak  dalam keadaan tanah kanaan. Tetapi janji Tuhan sendirilah yang membuka mata umat-Nya, meyakinkan mereka serta membangkitkan syukur atas pemberian-Nya yang baik.    
2.2.1.3. Bait Suci Sebagai Pusat Peribadahan
Bait Suci merupakan tempat beribadahan yang kudus bagi bangsa Israel dan juga tempat Tabut Perjanjian diletakan. Peranan Bait Suci sangat penting dalam kehidupan umat Israel sebagai satu bangsa pilihan Tuhan, yakni identitas atau ibu kota negara dan pusat agama Israel dari berbagai daerah. Di Yerusalem sampai sekarang ada tiga Bait Suci yang pernah dibangun, yakni pertama, dibangun oleh Salomo pada pertengahan abad ke-10 sM, yang kemudian dihancurkan oleh orang-orang Babel pada tahun 585 sM (1Raj. 5-8; 2Raj. 25:8-17; 2Taw. 3-4); kedua, didirikan oleh orang Yahudi yang kembali dari pembuangan di Babel di bawah pimpinan Zerubabel pada zaman Nabi Hagai dan Nabi Zakharia (Ezr. 3:8-13) dan diresmikan pada tahun 515 sM yang dihancurkan oleh panglima tentara Romawi Pompeius pada tahun 63 sM;  ketiga, dibangun oleh Herodes Agung pada tahun 20 sM dan dihancurkan oleh tentara Titus pada tahun 70 M.  Selama rentang sejarah yang panjang itu, Bait Suci sering menjadi konflik dan tindakan kekerasan. Karena pada kenyataannya, Yerusalem dan Bait Suci berperan sebagai tempat untuk membicarakan tentang seluruh aspek kehidupan umat (keagamaan, politik, ekonomi, sosial budaya). Sehingga seringkali terjadi perebutan kekuasaan khususnya bagi para imam dan pemerasan di Bait Suci itu. 
Selain itu,  tempat suci  pada umumnya dipahami sebagai lambang politik (kekuasaan) dan tanda kesalehan. Pemahaman ini berasal dari kebiasaan agama kuno, di mana jikalau rakyatnya kalah dalam suatu peperangan, maka dewanya dan kuilnya berarti telah dicemari. Demikian juga dengan orang-orang Yahudi, mereka memberikan perhatian besar kepadaBait Suci. Karena apabila Bait Suci itu tidak ada, berarti Allah tidak berada di pihak mereka. Di samping itu, terjadi pengalihan fungsi daripada Bait Suci itu sendiri yakni telah menjadi tempat bersarangnya para penyamun.  Hal ini berarti bahwa di tempat kudus atau suci telah menjadi tempat yang jorok, kotor, najis, karena di dalamnya bersembunyi para pembunuh, perampok, pemberontak, lintah darat, pemeras. Dan inilah yang dikritisi oleh Yesus. Yesus mau mengembalikan peranan  Bait Suci yang sebenarnya.
Pembangunan Bait Suci di Yerusalem dipahami dalam dua hal, yakni kediaman raja dan kemuliaan Tuhan. Salomo memiliki figur yang sangat penting dalam pembangunan Bait Suci (1Raj. 5-7; 8:12-13). Bait Suci sering juga disebut sebagai kuil kerajaan di seluruh Israel.  Sehingga seringkali pemahaman tentang Bait Suci di Yerusalem dikaitkan dengan politik Israel. Yerusalem  dipandang sebagai kota kediaman atau rumah yang kudus, yang digunakan sebagai tempat umat beribadah. Akibat dari umat Israel sendiri yang tidak menjaga kekudusan hidup dan kekudusan Tuhan, maka berdampak sekali pada Bait Suci yang mereka bangun. Misalnya beberapa kali Bait Suci yang dianggap sebagai tempat yang suci dari antara tempat suci yang lain oleh Israel, telah dihancurkan oleh bangsa lain. Hal ini tentu menyatakan secara tidak langsung bahwa klaim itu tidak sesuai dengan harapan Israel karena keberdosaan mereka kepada Tuhan. Dengan kata lain, umat Israel sendiri yang mengakui Bait Suci sebagai tempat yang istimewa dari tempat yang lainnya, dan mereka juga yang mencemarinya karena pemberontakan kepada Allah.
Bait Suci (Yun. hieron dan naos) dalam Perjanjian Baru menunjuk pada bangunan fisik dan orang percaya. Dalam kitab-kitab Injil, sikap Yesus terhadap Bait Suci di Yerusalem mengandung dua sisi yang bertentangan, yakni di satu sisi Yesus menghargainya, tetapi di pihak lain Yesus menganggapnya tidak begitu penting. Yesus menyebut rumah doa sebagai rumah Tuhan (Mat. 12:4; Yoh. 2:16).  Yesus mengajarkan bahwa segala sesuatu yang ada di dalamnya kudus karena dikuduskan oleh Allah yang berdiam di dalamnya (Mat. 23:17, 21). Semangat Yesus terhadap rumah Bapa-Nya mendorong Dia menyucikannya (Yoh. 2:17), dan keprihatinan-Nya akan hukuman yang mengancam kota suci itu membuat Dia menangis (Luk. 19:41). Sebaliknya, Yesus mengatakan bahwa Ia lebih agung dari Bait Suci (Mat. 12:6). Bait Suci telah digunakan untuk mengeringkan rohani Israel (Mrk. 11:12-26). Oleh karena itu, Bait Suci  itu akan dibinasakan karena kenajisannya yang mengerikan (Mrk. 13:1). 
Bagi Islam (Perbandingan)
Seperti pada penjelasan pendahuluan diatas, bahwa tidak hanya bagi kaum Yahudi tapi, Yerusalem juga merupakan kota suci bagi penganut agama Islam. Hal itu dapat dilihat ketika Palestina (Islam) menyebut Yerusalem sebagai ‘Al-Quds’(yang suci) yang menunjukkan betapa sucinya kota itu bagi mereka. Islam juga telah mengukuhkan posisi kota Yerusalem sebagai salah satu tempat suci bagi kaum Muslimin selain Makkah dan Madinah di Arab Saudi. Kota ini dianggap suci dan penting bagi Islam karena kedudukan Masjid Al-Aqsha yang merupakan ‘Kiblat pertama’ bagi kaum Muslimin dan juga tempat Nabi Muhammad pernah singgah dalam pristiwa ‘Isra’ dan Mi’raj’. Selain itu, sejarah Palestina dan kota Yerusalem sangat erat dengan penyebaran agama Isalam dan kehidupan para Nabi mereka.  Jadi dengan alasan itulah, maka Yerusalem juga sangat penting dan suci bagi Islam sekarang ini. Dalam hal ini juga, penduduk Palestina yang sekarang mayoritas Islam dapat kita katakan penduduk  pendatang pertama ataupun merupakan keturunan campuran dari penduduk pertama Tanah tersebut. Jadi, mereka sudah menganggap bumi Palestina adalah rumah mereka dan merekalah penduduk pribuminya, sehingga menimbulkan rasa nasionalisme yang tinggi dalam diri mereka dan menetang/menolak pendudukan asing yang ingin merebut Tanah itu dari mereka.
Bagi Kristen (Perbandingan) 
Dalam hal ini, kekristenan juga tidak ketinggalan mengambil peranan yang penting dalam memaknai suci nya kota ini bagi mereka. Hal ini terlihat ketika terjadi Perang Salib yang diserukan oleh Paus Urbanus II kepada bangsa-bangsa Katholik di Eropa pada tahun 1095. Bagi kekristenan, Tanah Palestina juga lebih akrab ditelingga mereka dipanggil dengan Tanah Perjanjian, Sama halnya dengan Yahudi lebih akrab memangilnya. Hal ini karena leluhur orang yahudi, Abraham juga adalah Bapa orang percaya bagi Kekristenan. Begitu juga dengan Allahnya Israel adalah Allah orang Kriten yang Tritungal. Namun, untuk sucinya kota Yerusalem bagi kedua agama ini memiliki perbedan. Dimana seperti penjelasan diatas, pentingnya kota Yerusalem bagi kaum Yahudi lebih kepada tempat Bait Suci mereka yang telah hancur dan tempat tembok Ratapan berada sekarang. Sedangkan, bagi kekristenan kota Yerusalem itu penting, karena Yerusalem merupakan tempat wafat dan kebangkitan kembali Yesus: yang telah menjadi saksi kelahiran iman bagi mereka . Oleh karena itu, orang Kristen sering berziarah ke kota itu. Itulah sebabnya, ketika Islam mengangu Orang Kristen berziarah ke kota itu, kepausan di Roma marah dan menyerukan dilaksanakanya perang suci untuk merebut kembali Tanah itu dari Islam (meskipun didalam keputusan itu berbaur unsure politisi).   
Sejarah perebutan Tanah Palestina Hingga Abad XX. 
Tanah Palestina Pada Masa Awal.
Palestina ialah suatu wilayah yang terletak di antara tepi sungai Yordan mencapai sebelah selatan dari laut mati hingga muara teluk Aqabah. Kawasan ini berbentuk segitiga; bagian kepala menuju ke selatan dan ekornya  ke utara. Pada bagian kepala bertemu dengan ujung teluk Aqabah, sedangkan bagian ekor memanjang dari Laut Mati hingga Laut Tengah. Wilayah Palestina berada berada di ujung sebelah Barat dari Benua Asia. Kawasan ini pada saat sekarang bukan kawasan yang subur dengan hasil alam yang melimpah. Hasil kekayaan alam yang ada hanya terbatas pada sejenis logam yang terpendam didasar Laut Mati. Adapun hasil pertaniannya, jeruk limau, biji-bijian serta zaitun. Kawasan ini penting bukan karena hasil alamnya, melainkan karena kedudukanya yang strategis. Letak wilayah ini menghubungkan tiga Benua, yaitu: Eropa, Afrika dan Asia, serta menghubungkan Laut Tengah dengan Laut Merah. Palestina berbatasan langsung dengan Lebanon, suriah, yordania, Arab Saudi, serta Mesir. Dalam beberapa literatur sejarah, dijelaskan bahwa bangsa Phunisia adalah bangsa  yang pertama kali mendiami wilayah tersebut, yaitu sekitar 3000 sM.  
Pada tahun 2500 sM, mulai datang bangsa-bangsa lain yang ikut menetap, yaitu bangsa Kanaan, Amon, dan Yebus. Bangsa-bangsa ini datang dari semenanjung Arab. Bangsa Kanaan tinggal di daratan sebelah selatan. Bangsa Amon tinggal didaerah perbukitan, sedangkan bangsa Yebus menempati kawasan sekitar Yerusalem. Bangsa-bangsa ini merupakan asal usul bangsa Palestina yang dikenal pada masa sekarang ini.   dalam lietratur lain disebutkan bahwa Tanah Palestina dihuni oleh penduduk Palestina yang merupakan rumpun bangsa Arab. Bangsa Palestina adalah keturunan dari orang Kanaan dan Filistin yang telah menetap di wilayah tersebut secara terus menerus selama 40 abad. Mereka hidup selama berabad-abad, beradaptasi dalam bidang sosial, budaya, agama dan dalam berbagai bidang kehidupan lainnya. Walau tidak jarang timbul peperanagan dalam memperebutkan sumber-sumber ekonomi. Ketika Israel dalam kesulitan ekonomi dalam kemarau yang panjang, mereka mulai mencari lahan permukiman baru dan sumber ekonomi yang mampu mencukupi kebutuhan mereka. Mereka mengembara dan mulai menetap di Mesir.
Mesir sebagai kawasan yang terhindar dari bencana kemarau, dapat menjadikan negri itu kuat sehingga pada tahun 1500 sM-1200 sM, bangsa mesir menguasai bumi kepulauan Kreta. Pada awalnya Filistin datang untuk melakukan penaklukan ke daerah pesisir Suriah dan Mesir. Namun, mereka berhasil dipukul mundur oleh pasukan kerajaan Mesir dan akhirnya menetap disebelah selatan dari bumi Kanaan, atas izin Fir’aun Ramses III. Bangsa Filistin kemudian hidup berbaur dengan orang-orang Kanaan dan membangun kerejaan.  
Palestina Pada Masa Pendudukan Israel.
Pada masa ini, Israel yang berada di Mesir setelah kematian Yusuf yang merupakan orang nomor 2 di negri tersebut, dijadiakan budak oleh Fir’aun. Kaum Yahudi ditindas dengan memperlakukan mereka sebagai budak ditanah Mesir. Penderitaan Israel ditambah lagi dengan printah Fir’aun untuk membunuh setiap bayi laki-laki dari orang Israel. Dalam hal inilah Allahnya Israel menyuruh Musa untuk membebaskan orang Israel dari perbudakan di Mesir dan membawa mereka ke negri yang dijanjikan oleh Allah kepada Abram leluhur mereka. Dengan seizin Allah, maka Musapun berhasil membawa Israel keluar dari perbudakan di Mesir dan memimpin mereka ke Tanah Kanaan. Namun, Yosualah yang akhirnya menggantikan Musa memimpin Bangsa Israel memasuki Tanah Kanaan tersebut.   Namun pada kenyataanya Tanah ini bukanlah sebuah lahan yang kosong yang tidak ada penghuninya. Seperti keterangan di atas ada banyak bangsa-bangsa lain yang tinggal di Tanah itu. Seperti bangsa Yebus dan Kanaan yang telah mendiami Tanah itu sejak sekitar tahun 1800 sM.  Untuk itulah atas printah Allah YHWH dibawah pimpinan Yosua, Israel memerangi bangsa-bangsa yang tinggal diatasnya untuk menduduki Tanah tersebut. 
2.3.2.1. Penaklukan Tanah Kanaan
Penaklukan Tanah Kanaan oleh bangsa Israel merupakan suatu mujizat  dan hal itu tentu saja bukan dilakukan oleh bangsa Israel tetapi karena kuasa Allah mereka. Bagaimana tidak, Israel dapat mengalahkan bangsa Kanaan yang memiliki persenjataan lengkap dengan benteng tembok yang tinggi dan tebal, mempunyai barisan pasukan yang banyak. Hal ini tentu saja tidak terlepas karena berkat Allah mereka yang senangtiasa menyertai mereka. Israel berhasil menyebrangi sungai Yordan (Yos3-4), meruntuhkan tembok Yeriko (Yos. 6), mengalahkan bangsa Ai (Yos. 8), musuh-musuh yang kuat dapat dipukul mundur, dikalahkan dan ditaklukkan.  Dalam hal ini, Israel mengangap Allah mereka senangtiasa  berada didepan mereka dalam setiap peperangan melawan setiap musuh mereka dan Allah itu berperang untuk mereka.   Ada sebanyak 470.000 orang Yahudi lengkap dengan pasukan memasuki Palestina setelah mereka membunuh orang Kanaan yang mereka jumpai di Tanah itu. Dengan pristiwa ini mulailah bangsa Israel memerintah Palestina. Setelah mereka mereka menempatinya, Palestina dibagi menjadi 12 daerah sesuai jumlah suku Israel. Maka didirikanlah kepemimpinan yang dikenal dengan zaman para Hakim dengan seorang hakim sebagai pemegang kepemimpinan. Pada zaman ini para hakim berperan sebagai wakil TUHAN untuk memimpin para suku-suku Israel
2.3.2.2. Masa Kejayaan  Palestina oleh Raja-raja Israel .
Setelah hampir satu abad bangsa Israel menduduki Tanah Kanaan, berbagai ancaman masih mereka hadapi, bahkan sering terjadi pertempuran dengan bangsa-bangsa lain. Untuk itu timbul kesadaran orang Israel untuk menyatukan kekuatan mereka. Hal ini terwujud dengan terpilihnya Saul sebagai raja atas seluruh suku-suku Israel oleh Nabi Samuel. Dibawah pemerintahan Saul, keturunan suku benyamin, ia berhasil mengusir orang-orang Kanaan dan Filistin dari daerah mereka. Kepemimpinan Saul atas Israel digantikan oleh Daud. Sejarah mencatat selama 40 tahun  Daud berkuasa, prestasi gemilang dapat digapainya yang belum pernah terjadi pada priode sebelumnya. Pada masa pemerintahanyalah, Yerusalem (kota Daud) diresmikan sebagai ibukota Israel. Puncak kejayaan pemerintahan Daud adalah ketika ia menjadi penguasa atas wilayah yang luas di kawasan Asia Barat Daya. Masa pemerinthanya berlangsung selama 1042-972 sM. Pemerintahanya digantikan oleh putranya Salomo yang membawa Israel kepada masa keemasan. Dia dikenal sebagai raja yang berhikmat. Pada masa pemerintahnyalah Bait Suci dibangun yang menjadi pusat kegiatan keagamaan bagi bangsa Yahudi.   Bait Allah dibangunnya di bukit Moria di kota Yerusalem. Selain itu Salomo juga menjadikan Israel sebagai pusat perdagangan international dengan membangun armada perdagangan dan mendirkan pelabuhan di kota Elizon Geberdi pantai Teluk Akaba 
2.3.2.3. Masa Kemunduran Palestina Bersama Pemerintahan Raja-raja Israel yang kemudian.
Kejayaan bangsa Israel pudar seiring wafatnya raja Salomo tahun 935 sM. Bangsa Israel terbagi dua yaitu Yehuda yang didukung 2 suku yang beribukotakan Yerusalem dan Putra Salomo, Rehobeam sebagai rajanya dan Israel yang didukung 10 suku dengan beribukotakan Samaria dengan Yorobeam sebagai rajanya. Sebenarnya, pada akhir pemerintahan Salomopun, Israel sudah mengalami kemunduran ditambah lagi dengan pecahnya kerajaan ini menjadi 2, tentu saja kekuatan negri itu semakin berkurang. Akibatnya pada tahun 738 sM, pasukan Asyur di bawah pimpinan Tiglath Pilesar III menyerang dan menguasai Israel dengan menempatkan mereka sebagai budak yang menderita dan sengsara. Tahun 721 sM, Sargon II mengetahui rencana pemberontakan Israel, maka dengan cepat dihancurkanya dan dipisah-pisahkanya keseluruh daerah kekaisaranya. Hal ini mengakibatakan persatuan bangsa Israel hancur dan menghilang dari sejarah.   Begitupula dengan Yehuda, pada tahun 606 sM, kerajaan Babylonia di bawah pimpinan Raja Nebukadnezer melakukan pembantaian besar-besaran terhadap Rayat, kaum Imam, wanita dan anak-anak Yehuda. Disamping itu juga ribuan orang Yahudi di buang ke Babylonia sebagai tawanan dan dijadikan budak. Kerajaan Yehuda berakhir tahun 587 sM dengan hancurnya Bait Allah.  Penderitaan yang dialami oleh orang Yahudi di Babylonia, membuat mereka selalu mengaharapkan untuk dapat kembali ke Palestina dengan kehidupan yang semula. Bagi mereka Palestina adalah pusaka yang suatu saat akan kembali kepada mereka lagi. 
Ketika Cyrus, raja Persia pada tahun 539 sM menaklukan Babylonia, orang-orang Yahudi mendapat perlakuan yang baik. Cyrus mengizinkan orang Yahudi kembali ke Yehuda sehingga kesempatan ini tidak disia-siakan oleh mereka. Kebanyakan mereka kembali dibawah pimpinan Ezra dan Nehemia. Mereka membangun kembali Yehuda dan mendirikan kembali Bait Allah. Namun ketika Alexander Agung menaklukan Persia tahun 332 sM, Yahudipun berada diwilayah taklukkanya. Setelah Alexander wafat, kerajaanya terbagi 3 bagian yaitu: Craterus mendapat Makedonia dan Yunani, Seleucius wilayahnya mulai sungai Eufrat sebelah Barat sampai India dan Ptolemy mendapatkan Mesir. Sehingga Yehuda termasuk kewilayah Seleucius yang sangat menindas mereka dan melarang mereka menjalankan ibadahnya dan melakukan ibadah Yunani. Hal ini membuat orang Yahudi memberontak yang dipimpin oleh Yudas Maccabe dan memproleh kemenangan. Namun hal itu tidak lama berlangsung, karena pada tahun 63 sM, Kaisar Pompeus dari Romawi merebut kembali daerah Yahudi. Dan dia mengangakat Herodes sebagai penguasa Yahudi dari tahun 37-4 sM. Pada tahun 4 sM, Herodes meninggal dan Romawi menjadiakan daerah Yahudi sebagi sebuah Provinsi yang dipimpin oleh anak Herodes sendiri, Archealus yang berkuasa dari tahun 4-7 M. Herodes Antipas di Galilaia dari 4-39 M. kemudian tahun 70 pangeran Titus menghancurkan Yerusalem dengan Bait Sucinya dan mengadakan pembantaian massal terhadap Yahudi sehingga mereka banyak yang melarikan diri keberbagai penjuru dunia. Sejak saat itulah bangsa Yahudi tercerai berai (Great Diaspora). Mereka tidak punya tanah air dan hidup ditengah-tengah pembuangan di tengah bangsa-bangsa lain   
Palestina Pada Masa Kekaisaran Romawi (Katholik)
Setelah penghancuran kota Yerusalem tahun 70 oleh Titus, kemudian tahun 130, kota ini dibangun kembali oleh Kaisar Handrian dan mengganti namanya menjadi Aliea Capitolia. Namun dibawah pimpinan Bar-Kochba, Yahudi kembali melakukan perlawanan tapi tidak berhasil. Untuk melegitimasi pengaruh Yahudi, provinsi Yudea berganti nama menjadi Syria-Palestina. Pada tahun 331, dibawah kekuasaan kaisar Konstantinus, Yerusalem dijadikan pusat agama Nasrani sehingga umat Nasrani berdatangan ke Yerusalem untuk berziarah. Namun pada tahun 614, bangsa Persia kembali mengusai Palestina.  
Palestina Pada Masa Islam.
Setelah wafatnya nabi Muhamad pada abad ke-7, bangsa Arab (Islam) melakukan ekspansi dan membangun suatu imperium yang mengusai tiga benua. Kurang dari satu Abad wilayah-wilayah taklukkanya mengalami proses Arabisasi dan Islamisasi. Dalam hal ini termasuk kekaisaran Byzantium yang berada di Palestina (641). Banyak diantara wilayah taklukan Arab melakukan pernikahan dengan orang Arab, termasuk orang Palestina. Sehingga pada masa inilah orang Palestina melakukan Arabisasi dan Islamisasi. Arab menjadikan Yerusalem sebagai kota suci bagi Islam dengan membangun Masjid ‘Al-Aqsha’ sebagai Kiblat pertama bagi mereka. Disamping itu, Arab juga menjadikan Yerusalem sebagai kota suci bagi Nasrani dan Yahudi dengan cara mengizinkan mereka beribadat di kota itu.   pada masa-masa kekuasan Islam awal, Yerusalem merupakan tempat peribadatan yang damai bagi 3 agama samawi. Namun, pada masa kekusan bangsa Saljuk (Turki), dibawah kekhalifahan Al-Hakim terjadi perlakuan yang kurang simpatik terhadap orang-orang non-Muslim yang berziarah ke Yerusalem. Dalam hal ini juga bagsa Saljuk melakukan penyerangan ke Byzantium, sehingga kaisar Alexius Comnesus meminta bantuan ke Roma, Paus Urbanus II . Sehingga pada tanggal 26 November 1095 Urbanus menyapaikan pidatonya di Clermont, Prancis untuk melancarkan perang Suci merebut makam Suci . Akibatnya Deusvult menjadi slogan umat Nasrani untuk melancarkan Perang salib . Dalam Perang ini, Islam-Kriten silih berganti menang. Namun pada Akhirnya Palestina tetap ditangan Islam, yaitu bangsa Malmuk yang mengusai Yerusalem dari abad 13-16. dibawah kekusan Bangsa ini, Yerusalem lebih sebagai pusat agama. Akhirnya Palestina berkembang dan menjadi salah satu pusat pengetahuan Islam.  
Palestina Pada Masa Kekuasaan Imperium Turki Utsmani.
Dinasti Utsmani adalah salah satu kerajaan Islam yang ditakuti pada abad pertengahan oleh dunia. Hal ini karena wilayah kerajaan ini membentang dari Hongaria sampai Baghdad dan dari semenanjung Cerremia ke hulu Sungai Nil. Hal ini menempatkan kerajaan Utsmani menjadi kerajaan Islam terbesar pada Abad pertengahan. Dibawah kekuasan kerajaan ini, Palestina menjadi sangat maju dalam segala bidang. Namun, pada tahun 1699-1839, secara berangsur-angsur kekuasaan Utsmani surut dan mengalami perpecahan. Puncaknya pada tahun 1912, dimana pasukan Balkan merebut seluruh wilayah Eropa kecuali wilayah kecil di Istanbul dan tahun 1914, Turki Utsmani terseret dalam perang Dunia I dengan sekutu Jerman. Namun, perang itu telah mengakhiri Imperium Utsmani dan tanggal 20 April 1920, wilayah Palestina diserahkan kepada Inggris.     
Palestina Abad XX
Pada Abad ini, Yahudi yang tinggal di negara-negara di Eropa (akibat Great Diaspora), ikut mengalami penetrasi zaman pencerahan yang terjadi di benua tersebut . Moses Hess (1812-1817) menghidupkan kembali nasionalisme Yahudi, yaitu dengan melahirkn kembali ide kebangsaan dan  keagungan agama Yahudi. Hess dipengaruhi oleh kepercayaan Mesianis Yahudi. Untuk itu Hess mulai mempropogandakan idenya tentang kebangkitan kembali tanah air Yahudi di Palestina.   harapan Hess ini mulai terealisasi, ketika gerakan Zionisme membantu Inggris dalam Perang Dunia I (1914-1918) melawan Jerman dan sebagai imbalanya Inggris menjanjikan Palestina bagi mereka. Setelah kemenangan Inggris maka kaum Yahudi mulai melakukan imigrasi dari negra-negara Eropa ke Palestina dan akhirnya gerakan Zionisme ini mulai merancangakan pendirian negara Yahudi di Palestiana. Tokohnya adalah bapak Yahudi dunia, Theodor Herzl. Herzl mengajukan ide mesianisnya dalam gerakanya yaitu: “dunia akan bebas dengan kemerdekaan kita, bahagia dengan kejayaan kita, dan juga dengan kebesaran kita”. Idenya ini ditambah dengan keyakinan setiap orang Yahudi yaitu percaya kembalinya mereka ke tanah leluhur mereka, Palestina. Restorasi fisik, dan keagamaan yang merupakan akhir dari diapora, yaitu berkumpulnya orang Yahudi di Holy Land.  Keinginan ini didukung oleh lembaga keuangan Yahudi yang sudah mengusai perekonomian dunia pada abad XX yang tentu saja dapat membiayai pergerakan untuk mengusai Palestina. Pada tahun 1930-an , Zionisme berhasil memasukan imigran Yahudi secara besar-besaran ke Palestina dengan persetujuan Inggris. Dan akhirnya, tercatat  sekitar 456. 743 orang Yahudi tinggal di Palestina tahun 1940. Hal ini tentu saja menimbulkan reaksi keras dari negara-negara Arab dan akhirnaya Inggris menyerahkan masalah Palestina ini kepada PBB.  Untuk itu pada 29 November 1947 MU PBB mengadakan pemungutan suara yang menghasilkan Resolusi PBB No. 181 yang menegaskan membagi wilayah itu menjadi 2, yaitu: 56% untuk Yahudi dan 44% untuk Arab . Untuk itu Yahudi melakukan pembersihan Palestina dari wilayahnya dan melakukan penyerangan seperti di deir Yasin yang menelan korban 254 orang yang dipimpin oleh Manachem Begin. Kegemilangan Yahudi terjadi tanggal 14 mei 1948, yaitu dengan memproklamasikan berdirinya negara Yahudi di Palestina yang dinamakan negara Israel.   namun rencana berdirinya Israel sebagai sebuah negara oleh kaum Yahudi, sangat ditentang negara-negara Arab. Akibatnya, sejak tahun 1947, tentara Mesir, Yordania, Syria, Lebanon, dan Irak bergabung dengan Palestina dan geriliawan Arab lainnya memerangi Israel. Perang ini pada tahun 1948 disebut perang Arab-Israel I. Perang juga berlangsung tahun 1956, 1967, 1973, dan 1982 antara Israel-PLO di Lebanon. Perang yang terkenal adalah Perang 6 hari tahun 1967 . Perang ini berakhir atas seruan PBB dan Israel berhasil menduduki sebagian besar wilayah Palestina termasuk Yerusalem Barat yang dijadikan sebagai ibukota Israel.
Namun, hal ini tidak dibiarkan begitu saja, pada Juli 1968, Palestinian National Congress ke-4, memutuskan bahwa satu-satunya cara untuk membebaskan Palestina adalah melalui perjuangan bersenjata sehingga dibentuklah PFLP (Popular Front For The Liberation Of  Palestine) dengan tujuan menghancurkan negara Israel, Zionisme dan Imprealisme AS. Tapi gerakan ini mengalami perpecahan kemudian akibat tertangkapnya pemimpin mereka , George Habash. Sehingga menjadi DFLP (Democratic Front For The Liberation Of  Palestine) dengan Nayef Hawatmah sebagai pemimpinya. Selain itu gerakan perjuangan PLO, ANM, dan Al-Fatahpun kembali bangkit untuk melawan Israel. 
Palestine Up Date
Jika kita berbicara tenatang Palestine Up Date, maka tentu kita akan langsung terbanyang kota Gaza yang hancur dan berlumuran darah. Banyak orang mengira perang ini adalah perang agama, tapi apakah itu benar? Apakah ketika bangsa Palestina dihancurkan masyarat dunia yang beragama Islam marah karena mengangap meraka adalah saudara kandungnya? Dan apakah ketika bangsa Israel menang, orang-orang Kriten dan Yahudi merasa bangga dan senang?.   
Awal Konflik Israel-Hamas 
Pada awalnya, Hamas yang berfungsi sebagai pelayan kesehatan, pendidikan, dan bimbingan agama kepada penduduk Gaza dapat berkembang pesat karena dianggap tidak membahayakan Israel. Namun, gerakan militant Hamas mulai muncul ketika sebuah truk Israel menabrak kendaran orang Palestina yang menyebabkan 4 orang meninggal. Hal ini memyebabkan Hamas dan orang Palestina mengadakan pembrontakan dan penyerangan dan secara tegas menyatakan perlawananya kepada Israel.  Hamas semakin kuat dengan bantuan donor dari Arab Saudi dan negara minyak Persia lainya. Begitupula dengan Iran yang memberikan dana sekitar US$ 20-30 juta per tahun untuk dana pergerakan Hamas dan juga simpatisan Miliader Islam dari USA, Kanada, dan Eropa Barat . Hal ini tentu saja membuat Hamas punya banyak dana untuk melakukan perlawanan kepada Israel dan ditambah lagi terowongan bawah tanah yang terhubung dari Rafah, Mesir ke Jalur Gaza sebagai sarana pengiriman bantuan kepada Hamas.  
Konfilk Israel –Palestina, Apakah perang Agama?
Ada banyak orang didunia ini keliru ketika memandang konflik Israel-Palestina sebagai perang Yahudi-Islam, kata Dubes Palestina untuk Indonesia, H. E. Ribhi Awad. Awad mengatakan, memang benar di Palestina ada tempat-tempat suci bagi Islam, Kristen dan Yahudi. Namun konfik yang terjadi adalah Revolusi dan perjuangan rakyat Palestina yang tidak hanya Islam tapi juga Kristen untuk menentang agresi Asing. Konflik ini tidak pernah berhenti karena gerakan Zionisme dan pemerintahan Israel tetap pada pendirianya, yakni di Palestina hanya ada satu negara Yahudi yang benar-benar Yahudi.   Dalam hal ini, Aco Manafe sebagai pembanding ceramah Awad, mengatakan perdamaian sejati antara Israel-Palestina seharusnya telah lama tercipta apabila syarat-syarat perjanjian Oslo I dan II(1993 dan 1994), kesepakatan Camp David (2000) dan perjanjian Taba (2001)  dilaksanakan secara Konsekuen dan konsisten. Tapi Aco juga menambahkan, menurutnya perdamaian sulit terjadi karena Israel berada di bawah partai Likud.  
Perang Di Jalur Gaza
Perang di Jalur Gaza  adalah perang terbaru dari konflik Israel-Palestina. Perang ini dilancarkan kembali oleh Israel sesudah mereka menyepakati genjatan senjata selama 6 bulan dengan Hamas. Pernyataan ini disampaikan secara resmi oleh PM Israel Ehud Olmert. MP Israel Ehud Barak, mengatakan keputusan ini juga dipicu serangan mortar dan roket yang dilakukan Hamas ke Israel.  Perang ini dilancarkan mulai 27 Desember 2008-17 Januari 2009  dan 18 Januari Israel mulai menarik semua pasukanya seiring dengan genjatan senjata terjadi. Namun selama perang terjadi banyak sekali korban jiwa dan hancurnya kota Gaza. Akibat Agresi Israel ini, banyak negara-negara di dunia mengutuk mereka dan melakukan aksi-aksi diantarnya:
1. Petenis Israel, Sharar Peer, diminta mengundurkan diri dari turnamen ASB Classic di Auckland, slandia baru.
2. Parlemen Ekuador menuduh Israel melekuken kejahatn kemanusian.
3. Pemain basket Israel dilempari saat bermain dengan Turki di Ankera. 
4. Serikat pegawai pemerintah Kanada meminta boikot kunjungan akademis Israel ke Kanada.
5. Venezuela usir Dubes Israel
6. Dan ratusan unjuk rasa anti agresi Israel lainya    
Dalam hal ini, banyak negara-nagara yang  mengusulkan perdamaian diantaranya:
1. Mesir, Prancis, dan Hamas, didukung AS, Italia dan Israel upaykan genjatan senjata. 
2. Iran dan Turki mengupayakan solusi atas konflik timur tengah.
Dan akhirnya resolusi yang dihasilkan DK PBB No. 1860. 
III. Refleksi/Analisa
Hidup berdampingan, rukun, tentram, nyaman, sejahtra dan aman,adalah impian setiap manusia yang sehat didunia untuk tinggal dalam suatu negara. Hal ini hanya bisa terjadi apabila suatu negara tersebut memilki SDA dan SDM yang baik dan ditambah memilki hubungan yang baik dengan semua negara didunia tanpa ada satu konflikpun. Sejak awalnya, Tuhan menciptakan Hawa adalah sebagai penolong yang sepadan bagi Adam. Agar kelebihan Hawa dapat mencukupkan kekurangan Adam dan Kelebihan Adam dapat mencukupkan kekurangan Hawa supaya terjadi keseimbangan diantara mereka. Hal inilah yang Paulus juga sampaikan kepada jemaatnya di Korintus ( 2 Kor.8: 14-15). Namun, apakah Tanah Kanaan yang merupakan tanah suci bagi 3 agama samawi, yang subur dan kaya menjadi penolong yang sepadan bagi orang yang memperebutkanya? Dan apakah kelebihan Israel dari dulu sampai sekarang mencukupkan kekurangan Palestina dan sebalikya?. Atau apakah dengan silih bergantinya mengalir darah orang Islam, Kristen, dan Yahudi  di Tanah tersebut khususnya Yerusalem mebuat tanah itu semakin subur dan kaya hasil buminya?
Dalam Hukum Taurat yang sangat dipegang kaum Yahudi untuk dipatuhi, pada printah yang ke- 6 dan ke-10, dikatakan dengan jelas bahwa “Jangan Membunuh dan Jangan mengingini barangmu sesama manusia”. Namun mengapa dapat kita katakan melalui sejarah, bahwa salah satu kegemaran kaum Yahudi adalah berperang (membunuh) dan merampas (merebut tanah orang lain)?. Apakah printah itu hanya berlaku bagi sesamanya Yahudi saja? Dan jika hal itu benar, apakah dengan prinsip yang demikian negara Israel akan damai?. 
Dalam pembukaan undang-undang dasar NKRI yang sesuai dengan logo PBB dikatakan bahwa “…….kemerdekaan itu ialah hak segala Bangsa dan oleh karena itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan pri kemanusian dan prikeadilan….”  Isi dari UUD NKRI ini selalu dibacakan setiap seninnya dalam upacara bendera, namun mengapa banyak rakyat kita ingin pergi Jihad ke Afganistan, Irak dan ke Jalur Gaza beberapa waktu yang lalu ? Apakah benar kepergian mereka untuk memperebutkan kemerdekaan orang Palestina? Jika benar, apakah caranya hanya dengan perang juga?. Saudara-saudara apakah kita tidak pernah merenungkan, betapa Tuhan bersedih dan kecewa melihat ciptaanya saling membunuh!. Apakah benar perang yang dilancarkan selama ini atas nama agama adalah Holy War dan Deusvult atau Just War?.  Apakah Tuhan juga menginginkan ini semua terjadi? Apakah ini sebenarnya arti dan makna Tanah Perjanjian?
Dalam hal ini perang Israel-Palestina yang terjadi di Jalur Gaza bebrapa waktu yang lalu, melalui semua media diberitaukan bahwa ini bukanlah perang agama tapi politis! Pemberitaan ini tentu saja memilki bukti yang Falig. Dalam hal ini kami penyeminar juga tidak dapat membantahnya dan setuju jika dikatakan ini juga adalah perang politis. Namun, apakah benar dalam konflik ini tidak ada berbaur unsur agama? Atau apakah tidak ada pengaruh arti dan makna magis dari tanh ini bagi kedua belah kubu?  Jika benar mengapa Lebanon meminta negara-negara Islam untuk bersatu mengapa tidak seruan anti pendudukan Israel itu diserukan kesemua negara didunia, bukankah akan lebih baik?..      
IV. Kesimpulan
Dari seluruh pemaparan diatas maka dapat kita simpulkan dan Analisa bahwa:
1) Untuk dapat mengerti bagaimana pentingnya arti dan makna Tanah Perjanjian/Yerusalem bagi tiga agama samawi, perlu dilakukanya penelitian dasar agama mengenai hal ini.
2) Bagi Israel, arti dan makna tanah perjanjian sangatlah penting, hal dimulai sejak tanah itu dijanjikan, ditempati, direbut, hingga akhirnya dikuasi kembali (meskipun tidak utuh).
3) Arti dan Makna tanah ini semakin menasionalismekan bangsa Isreal ketika Yerusalem menjadi pusat Peribadahan dan Politik, atas rahmat Allah yang membuat mereka sangat mencintainya dan tidak akan melepaskanya dengan alas an apapun juga.  
4) Pada awalnya Tanah Palestina diduki oleh bangsa pengembara yaitu Phunisia pada tahun 3000 sM dan kemudian Pada tahun 2500 sM, mulai datang bangsa-bangsa lain yang ikut menetap, yaitu bangsa Kanaan, Amon, dan Yebus. Bangsa-bangsa ini datang dari semenanjung Arab.
5) Pada perkembangan selanjutnya, Tanah ini diduduki silih berganti oleh beberapa bangsa dan menghasilkan peperangan. Terkhususnya Perang atas nema agama seperti perang Israel-Kanaan pada masa Yosua dan Perang Salib. 
6) Keunikan Palestina, terletak pada kota Yerusalem sebagi kota suci bagi 3 agama samawi. Kesucian kota ini bagi mereka adalah: Holy Land dan Tembok Ratapan bagi Yahudi, Masjidil Al-Aqsha sebagai Kiblat pertama bagi Islam dan kota Yerusalem sebagai tempat wafat dan bangkitnya Yesus Kristus bagi Nasrani.
7) Masa perjuangan bangsa Israel setelah Great Diaspora untuk mendirikan kembali negara Israel yang berdaulat di Palestina melalui usaha yang dilakukan termasuk perang. 
8) Konflik Israel-Palestina (Arab/Islam) sejak abad XX hingga perang di Jalur Gaza sekarang ini, menurut Awad (Dubes Palestina untuk Indonesia) adalah kekeliruan mengangap konflik tersebut adalah perang agama. Menurutnya, itu adalah gerakan revolusi dan perjuangan rakyat Palestina yang tidak hanya Islam tapi juga Kristen untuk menentang agresi Asing. Hal ini juga disampaikan dalam berita-berita yang disiarkan di TV pada beberapa waktu yang lalu. Namun, penulis tidak menyangkal bahwa ini bukan perang agama secara terang-terangan namun penulis lebih setuju jika semua konflik ini karena begitu berharganya dan pentingnya Tanah itu bagi Israel dan Palestina. 
V. Kepustakaan
Armstrong, Karen, Yerusalem: Satu Kota Tiga Iman, Surabaya: Risalah Gusti, 2004
Bakker, F.L, Sejarah Kerajaan Allah 1, Jakarta: BPK-GM, 2007
Barker, Margaret, Pintu Gerbang Sorga: Sejarah dan Simbolisme Bait Allah di Yerusalem, Terj. B.A. Abednego, Jakarta: BPK -GM, 1995
Barth, Christoph, Theologia Perjanjian Lama 3, Jakarta: BPK-GM, 1989
Black, Ian; Benny Morris, Israel’s Secret Wars, New York: Grove Press, 1991
Boland, B.J.,  Tafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta: BPK -GM, 2003
Bolkestein, M.H.,  Kerajaan Yang Terselubung: Ulasan atas Injil Markus, Terj. Tati S.L. Tobing-Kartohadiprojo, Jakarta: BPK-GM, 2004 
Bright, John,  A History Of  Israel, Vol.III, London: SCM Press Ltd, 1960
Browning, W. R. F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2007
Brueggemann, Walter, The Land, Philadelphia: Fortress Press, 1973
Burge, Gary M., Whose Land? Whose Promise? New York:  Paternoster Press, 2003
Crowter, Jonathan, Oxford Advanced Learners Dictionary, oxford: New International Students Edition, 1995
Daya, Burhanuddin, Agama Yahudi, dalam Agama-agama Di Dunia, Yogyakarta: IAIN Sunan Kali Jaga Press, 1988 
Depdikbud, KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 1992
Douglas, J. D. (ed), Ensiklopedi Alkitab Masa kini (A-L), Jakarta: YKBK-OMF, 2005
Franti, dkk., Arti dan Makna Teologis Tanah dalam Pl, dalam mata kuliah Teologi PL I, Medan: STT-AS, 2008
Freedman And Friends, YHWH:TDOT, Vol.V,  Grand Rapids, Michigan: William B. Eermans Publishing Company, 1992
Habel, Norman C., The Land Is Mine, Minneapolis: Augsburg Fortress, 1995
Hermawati, Sejarah Agama Dan Bangsa Yahudi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005
Heuken SJ, A., Ensiklopedia Gereja Jilid II (C-G), Jakarta: Yayaysan Cipta Lokacaraka, 2004
Hill, Andrew E; John H. Walton, Survai Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2005
Hinson, David  F., Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2001
Hitti, Philip K., History Of  The Arabs, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2005
Howard Jr, David M., Kitab-kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas
Jagersma, H., Dari Aleksander Agung Sampai Bar Kokhba: Sejarah Israel dari ± 330 sM-135 M, Terj. Soeparto Poerbo, Jakarta: BPK -GM, 1991, hlm. 134-136. 
Kenneth Curtis, A. dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2006
Oren, Michael B.,  Six Days Of War, New York: Presidio Press, 2003
Rowley, H.H.,  Ibadat Israel Kuno, Terj. I. J. Cairns, Jakarta: BPK-GM, 2002
Syalaby, Ahmad, Perbandingan Agama: Agama Yahudi , diterjemahkan oleh Syamsudin Manaf, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990)
Tsevat, Ringgren, Yerusalayim: TDOT, Vol.VI, Grand Rapids, Michigan: William B. Eermans Publishing Company, 1990
Vrienzen, Th.C., Agama Israel Kuno, Jakarta: BPK-GM, 2006
Wellem, F. D., Kamus Sejarah gereja, Jakarta: BPK-GM, 2006
Wink, Walter,  Engaging The Powers, Minneapolis: Fortress Press, 1996

Makalah 
Awad, H. E. Ribhi, Konflik Israel-Palestina,dalam ceramah umum bagi anggota GMKI Medan tanggal 4 Mei 2004.
Manafe, Aco, Perjanjian Damai Yang Terus Terhambat Menyulitkan Posisi Israel, sebagai  pembanding cerah H. E.  Ribhi Awad bagi anggota GMKI Medan tanggal 4 Mei 2004
Sihombing, Friz, Keluarga Abraham: tempat dialaog dengan Islam dalam kuiliah umum STT Abdi Sabda Medan, tanggal 22 Agustus 2008

Webesite
http//www. Hamas?. Com.  diakses 23 Januari 2009
www. Independence and First Year of Israel. Co. id. Diakses 23 januari 2009
http// www. Where Does Hamas’s Money Come From?. Co. id. Diakses 23 Januari 2009.
www. Wikipedia. Org. Com. Diakses 23 Januari 2009.
www. Zionism and the British Mandate. Com. Diakses 23 januari 2009.

Surat Kabar
Kompas Rabu, 07 Januari 2009
Kompas Kamis, 08 Januari 2009
Kompas Jumat, 09 Januari 2009 
Kompas Sabtu, 10 Januari 2009
Kompas Senin, 12 januari 2009
Kompas Selasa, 13 januari 2009
Kompas Rabu, 14 Januari 2009
Kompas Sabtu, 17 Januari 2009

Renungan...

Dengarkan dan Lakukan Nats : “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” [ayat 28] Ada satu p...