Minggu, 10 Maret 2019

Renungan...

Dengarkan dan Lakukan

Nats : “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” [ayat 28]

Ada satu permainan yang dinamakan pesan berantai. Cara bermainnya cukup mudah. Satu kelompok terdiri dari 5 – 7 orang berdiri berjajar. Orang pertama dipanggil dan dibisiki sebuah pesan yang harus ia sampaikan kepada orang kedua dengan benar. Kemudian orang kedua menyampaikan pesan itu kepada orang ketiga dan seterusnya hingga orang terakhir. Orang terakhir harus mengucapkan dengan keras isi pesan yang ia dengarkan dari orang sebelumnya. Jika pesan yang dia ucapkan sama dengan isi pesan yang dimaksudkan, maka kelompoknya menang. Sebaliknya, jika pesan yang dia ucapkan berbeda dengan isi pesan orang pertama, maka kelompoknya kalah. Maksud permainan ini bahwa untuk dapat memahami dan mengerti, kita harus mendengar dengan penuh konsentrasi agar pesan jelas dan benar.
Bacaan perikop kita, bercerita tentang ucapan Tuhan Yesus soal siapa orang yang bahagia. Yesus menanggapi ungkapan seorang perempuan yang menilai bahwa orang yang berbahagia adalah ibu Yesus. Namun menurut Tuhan Yesus berbeda. Bagi-Nya orang yang berbahagia adalah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya. Bagi-Nya, orang yang mendengarkan firman Allah adalah orang yang mau mengerti kehendak dan kebenaran Allah. Terlebih firman Allah itu senantiasa bertumbuh dan berbuah di dalam kehidupan mereka.
Apakah kita termasuk orang berbahagia seperti yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus? Tentu! Jika kita sungguh-sungguh membuka hati dan telinga untuk mendengarkan firman dan kehendakNya serta melakukan apa yang menjadi firman Tuhan itu dalam hidup kita sehari-hari. Hidup kita senantiasa diterangi oleh firman Tuhan yang menjadi kekuatan dan tuntunan. Kebahagiaan yang sejati akan kita rasakan jika firman itu bertumbuh dan berbuahkan kebaikan dan kebenaran dalam hidup kita. Kini marilah kita mau menjadi pendengar dan pelaku firman dalam hidup, sebab Firman Allah adalah sumber kekuatan dan kebahagiaan kita.

“Dengarkanlah firman Tuhan, peliharalah dalam hidupmu, itulah sumber kekuatanmu.”

Bersukacitalah! Filipi 4:4

HARUS BERSUKACITA!! 
FILIPI 4:4 

RENUNGAN
"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" Filipi 4:4
Ada sebuah lirik lagu yang bunyinya begini:

"Hati yang gembira adalah obat
S'perti obat hati yang senang
Tapi semangat yang patah keringkan tulang
Hati yang gembira Tuhan senang"
(diambil dari Amsal 17:22)

Katanya jadi orang Kristen itu harus selalu bersukacita. Katanya orang Kristen itu tidak boleh bersedih. Harus selalu gembira. Kalau wajahnya cemberut tandanya kurang beriman. Apa anda setuju?

Mungkin ada di antara kita yang mengamininya. Tapi apa mungkin, seorang Kristen selalu gembira? Jawabannya adalah tidak mungkin. Mengapa? Karena pengkotbah saja mengatakan dalam Pkh 3:1-15, "untuk segala sesuatu ada masanya." Tidak selalu kita tertawa, ada waktunya juga untuk menangis.
Jadi, apakah orang Kristen harus selalu tertawa? Harusnya sih tidak boleh, sebab kalau dia tertawa terus menerus di ibadah pemakaman bukankah itu menunjukkan ada yang kurang beres? hehehe...

Lalu sekarang, apa yang dimaksudkan oleh Paulus dengan bersukacitalah senantiasa? Tentunya bukan berarti kita gembira terus-terusan. Tapi juga bukannya juga sedih terus-terusan. Ada orang yang suka sekali bersungut-sungut dan mengeluh seakan hidupnya paling menderita di dunia ini.
Alkisah, ada seorang petani yang terkenal karena sikapnya yang negatif. Suatu hari seorang tetangga berhenti dan mengomentari tanaman si petani yang tumbuh dengan subur. "Anda pasti sangat gembira dengan panen tahun ini," katanya. Si petani dengan enggan menjawab, "Ya, betul, memang kelihatannya baik. Tetapi hasil bumi yang istimewa ini sangat sulit ditanam. Sama juga seperti bangsa Israel di padang gurun yang selalu berkeluh kesah pada Musa karena merasa tidak puas dengan apa yang sudah disediakan Tuhan. Capek sedikit jalan di padang gurun, ngeluh. Lapar sedikit ngeluh, haus sedikit ngeluh. Untung, Tuhan sabar yah?!

Nah, bergembira terus-terusan bukan sikap bijak. Mengeluh terus-terusan dan sedih terus-terusan juga gak benar, jadi harus bagaimana dong? 
Paulus menasehatkan untuk bersukacita senantiasa di dalam Tuhan! Kalau bersukacitalah senantiasa tanpa Tuhan pasti sangat sulit untuk dilakukan. Ada begitu banyak orang jadi putus asa karena tidak tinggal di dalam Tuhan. Masih muda hidupnya jauh dari Tuhan. Sudah tua masih saja tidak percaya sama Tuhan. Nah, mau jadi apa orang macam itu? Ketika masalah hidup datang, imannya goyah, merasa sendirian, dikuasai oleh kecemasan dan kegelisahan. Akhirnya tensi jadi tinggi dan kepala pusing-pusing. Makan gak enak. Tidur gak enak. Padahal kata Tuhan, "Apakah dengan kekuatiranmu kamu bisa menambahkan sehasta saja pada jalan hidupmu, hai kamu orang yang kurang percaya?"
Jadi, SELALU bersukacita itu bisa! Kalau dilakukan di dalam Tuhan. Pertanyaannya, apakah isi hati kita? Tuhan atau kecemasan? Tuhan atau iri hati? Tuhan atau nafsu dunia? Saya ingat seorang teman saya pernah berkata begini, " Kalau kamu mau tahu seberapa besar Tuhan bisa bekerja dalam hidupmu, sebesar ruang di hati kamu yang kamu sediakan untuk Tuhan bekerja".
Orang yang bersukacita di dalam Tuhan mengandalkan Tuhan dalam pergumulan hidup, bukan kekuatannya sendiri. Masalah boleh ada, kecemasan boleh mampir tapi tidak tinggal lama-lama dan menguasai pikiran sehingga membuat stress dan wajah jadi muram terus. Lalu kita jadi marah-marah. Boro-boro ikutan persekutuan dan melayani, yang ada malah mengurung diri di rumah. Seakan dalam hidupnya tidak ada Tuhan. 
Jadi, kalau Paulus memesankan pada jemaat Filipi untuk bersukacitalah senantiasa, apalagi sampai diulang dua kali, bukan berarti Paulus menyuruh mereka melupakan masalah. Masalah harus tetap dihadapi. Tapi tidak boleh dengan cemas dan kuatir karena kita tidak sendirian. Ada Tuhan yang hidup yang selalu beserta. Jadi buat apa lagi harus sedih dan dikuasai kecemasan? Apalagi sampai sakit dan tidak datang ke gereja.
Paulus tahu, jemaat ini sangat kompak. Imannya sudah bertumbuh, tapi iman itu bisa goyah kalau tidak ada sukacita. Bicara soal aniaya, baik dulu maupun sekarang, orang Kristen selalu menghadapi. Bicara soal masalah, dulu maupun sekarang, selalu ada. Tapi bedanya orang Kristen dan bukan dalam menghadapi masalah tentunya berbeda. Orang yang percaya pada Tuhan, dapat tetap bersukacita karena merasa tidak pernah sendiri. Ada Tuhan beserta, dan karenanya bisa tetap memuji Tuhan, bisa tetap beribadah, bisa tetap hepi meski hidup ini susah.
Karena itu, lansia harus tetap bersukacita! harus tetap bersemangat! Meski kata orang, usia ini katanya udah gak bisa apa-apa? Apa lansia benar-benar tidak bisa apa-apa? Pasti ada dan banyak yang lansia bisa lakukan. Ingat kata Pak Joni dan Sdri Sifra. Masa muda itu sunrise. Masa tua itu sunset. Indah. Mari jadikan masa tua kita sebagai kenangan indah untuk anak cucu. Supaya mereka bisa belajar beriman dari kita. Mereka belajar hidup taat dan percaya dari kita. Tuhan memberkati

Kamis, 08 November 2018

Liturgi Natal

Lakon Sifat-sifat Manusia.

(diperankan dengan gaya sifat-sifat itu).

1).Benci : Benci, benci… aku benci sekali sekarang ini. Aku benci melihat dia, aku benci melihat mereka dan aku benci melihat kamu, huuh… Begitulah sifat manusia yang sering muncul. Sedikit sedikit benci, melihat temannya cantik menjadi banci, melihat temannya pintar, menjadi banci bahkan melihat temannya yang disukai orang lain, dirinya semakin banci. Tetapi aku senang , ini membuktikan bahwa aku adalah sifat yang paling banyak dimiliki oleh manusia, hahahaha.

2). Marah : Hei benci, diam kamu. Bukan kamu yang paling banyak diminati manusia. Kamu salah, enak aja kamu bilang dirimu paling hebat. Akulah sifat yang paling banyak diminati oleh manusia. Kau hanya dimiliki oleh orang orang dewasa saja. Tetapi kalau sifat pemarah seperti aku ini, mulai dari anak kecilpun sudah ada. Kalau seseorang anak kemauannya tidak dituruti oleh orang tuanya maka dia akan marah, apalagi orang dewasa, hmmm maunya marah ter. Lihat saja sudah ada orang tua yang tega menganiaya anak-anaknya kalau dia marah, benar kan??! Itu artinya akulah yang dapat mamatahkan hubungan orang lain yang paling banyak di hati manusia, huh… dasar.

3). Sukacita : Lalalala… (bernyanyi atau bersenandung kecil) Hah?? Indah sekali dunia ini. Lihatlah pohon natal ini begitu indah, lampunya kerlap kelip, hiasannya yang cantik dan bunga-bunga yang berkembang. Aku juga menghirup udara sebebas-bebasnya, tanpa bayar alias gratis, hmhm (sambil menghirup udara). Aku adalah si sukacita. Dunia akan terasa selalu indah andai setiap orang mampu selalu bersukacita. Tetapi sayangnya orang banyak lupa untuk bersukacita karena keadaan. Ada yang bilang ‘terlalu sibuk’, ‘sembako mahallah’ sehingga orang malas bersukacita. Jangankan bersukacita, tersenyum saja malas, cemberut saja. Kalau saja setiap orang bersyukur untuk berkat Tuhan, pasti setiap orang akan lebih mudah untuk tersenyum.

4). Rendah hati : Kau benar sukacita. Kalau saja setiap orang bersyukur untuk setiap berkat yang diterimanya, maka setiap orang itu akan merasakan betapa Tuhan memberkati hidupnya dan memberikan ia rezeki. Memang setiap orang berbeda-beda rezekinya, tetapi bagi Tuhan setiap orang adalah sama. Di mata Tuhan tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah rezekinya dan bagi Tuhan tidak ada yang lebih terhormat atau yang hina, semuanya sama. Kalau setiap orang menyadari hal itu, maka mereka akan selalu bersukacita dan rendah hati?

5). Munafik : Alahhk tak usah muluk-muluk lah, karena di dunia ini sudah jarang sepeti itu. Kalau pun ada, itu tidak seberapa dan mungkin hanya pura-pura seperti aku. Aku kan bisa dipajangkan, munafik = muka nabi fikiran lain lain. Rugilah kalau punya muka cantik, mempunyai duit yang banyak, pekerjaan bagus, dan mempunyai baju cantik yang pantas dipamerkan seperti aku ini tetapi hatiku siapa yang tahu???? Jadi yang ada di dunia itu malah sering pura-pura baik alias purba, biar dia dapat dipuji, disanjung, jadi aku si munafik yang banyak diminati.

6). Pembohong : Ya, ya, ya kau benar munafik, manusia sekarang banyak yang munafik apalagi untuk membela dirinya. Tetapi kau harus sadar juga kawan bahwa awal dari pura-pura dan kemunafikan itu kan berasal dari aku si pembohong. Orang tua saja mau berbohong, apalagi anak-anak supaya mereka tidak dimarahi oleh orang tuanya. Pokoknya bohong lebih banyak disukai. Malahan lagu Sekolah Minggukan ada yang berbunyi  begini: ‘bohong, bohong, itu dosa’. Tetapi kenyataannya tetap saja mereka bohong. Hm… jadi akulah yang banyak diminati orang, hehehe…

7). Sabar : Akh, tidak juga koq. Lihatlah masih banyak orang yang memiliki sifat sabar seperti aku, misalnya orangtua. Mereka selalu sabar mendidik dan merawat anak-anaknya apalagi sejak kecil supaya tidak berlaku seperti kalian itu berbohong, pemarah, munafik. Malah orangtua banyak yang tidak tidur hanya karena menjaga dan memikirkan anak-anak mereka. Lihat juga para guru di sekolah dan di sekolah Minggu, mereka tetap sabar biarpun anak didiknya nakal. Jadi jangan bohong kau pembohong, masih ada koq yang sabar.

8). Pemaki : Apa kubilang… dasar kau sabar. Berapa banyak orangkah yang sabar sekarang ini, bisa dihitung dengan jari tangan. Sesabar-sabarnya mereka pasti akan memaki juga dalam hatinya. Apa benar masih ada orangtua dan guru-guru yang tidak mau memaki lagi? Jangan takabur kau, anak kecil sekarang saja buktinya gampang sekali diajari memaki, jadi akulah seharusnya dimahkotai, wehhhh.

9). Iri hati : What’s? Mahkota..? Apa tidak salah itu? Kau harus lihat dulu lebih jelas. Aku adalah iri hati. Kalian tahu bahwa saat ini sedang galak-galaknya manusia tidak senang melihat orang lain yang bahagia malahan senang melihat temannya sudah. Itu karena iri hati, tahu? Padahal dia tidak dirugikan kalau temannya senang, tetapi begitulah… namanya juga iri hati, hmmm.

10). Dendam : Stop, stop kalian tidak tahu malu, semua merasa paling hebat. Kalian harus akui diriku si pendendam. Lihat saja mereka yang sudah saling bermaafan tetapi kalau dendam tetap saja ada. Malahan ada kalimat seperti ini : ‘yah, memang kami sudah saling bermaafan, tetapi bagaimana ya aku belum sepenuhnya berbicara dengan dia’. Nah, itu kan sama saja dengan dendam. Jadi sifat seperti aku juga banyak di dunia.

11). Putus asa : Aduh, aduh, kalian itu banyak cerita saja. Lihat dulu siapa aku, si putus asa. Aku bisa membuat manusia hancur bahkan hancur lebur hingga bunuh diri. Tahu sendiri kan kalau manusia itu tidak siap untuk gagal, padahal terkadang kegagalankan adalah bagian dari hidup manusia dan manusia itu tahu, Cuma karena manusia tidak terima kegagalan. Kalau ada pergumulan langsung saja putus asa, ada gagal cari kerja, gagal bercinta eh… malah bunuh diri, pokoknya selalu putus asa. Jadi tidak apa-apa juga kalau aku bukan terbanyak . Tetapi akulah yang paling hebat, karena pemuka agama kurang perhatian kepada iman manusia, maka jadilah putus asa.

12). Kasih : (datang dengan diam dan tenang saja, sampai-sampai yang lainpun bertanya kenapa diam saja).

13). Banci : woi… diam aja, kamu sakit gigi ya? Apa yang bisa kau pamerkan?

Kasih: tidak ada yang perlu aku pamerkan kawan. Aku justru merasa gagal untuk memperjuangkan dan memperbanyak sifat kasih. Lihat saja sudah banyak orang Kristen yang malu berbuat kasih. Padahal ajaran utamanya adalah kasih. Tapi lihatlah…. Mereka malu bertindak kasih, takut diejek orang, pokoknya gimanalah biar dia dibilang alim dan biar dijauhi orang lain. Lihatlah dunia ini, seandainya kasih lebih banyak, maka tidak ada lagi air mata, tidak ada lagi permusuhan, penganiayaan dan tidak ada lagi kekerasan. Padahal Yesus datang ke dunia ini hanya karena kasihnya kepada manusia, tetapi mengapa hai manusia semuanya menjadi kacau…… hah (sedih).

14). Penghibur : hai sobatku, kau tidak gagal… kau berhasil. Kalaupun sekarang ini sifat-sifat mereka yang menonjol (menunjuk kearah sifat benci, dendam dll. Tapi percayalah sudah banyak manusia kini sudah banyak mulai mengasihi. Lihat saja gereja-gereja semakin berkembang, para penatua semakin banyak, acara ibadah sudah semakin banyak, kunjungan-kunjungan social juga sudah semakin digalakkan. Manusia sudah mulai mencoba untuk saling mengerti dan saling menerima, dan memang benar seperti yang dikatakan Yesus bahwa banyak yang terpanggil tetapi sedikit yang terpilih.

15). Rendah hati : Aku setuju. Bukankah setiap orang akan menuai apa yang ditanamnya?

16). Sabar : Betul, dan setiap orang harus mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya. Masa penghakiman akan datang dan Tuhan akan memberi mahkota bagi setiap orang yang pantas menerimanya. Kalian semua  (menunjuk kearah sifat-sifat jelek) apakah kalian senang kalau dunia ini kacau balau? Ketahuilah kelak kalian juga akan menerima upahnya. Kalian akan dihukum Tuhan dan akan dicampakkan ke dalam api neraka. Apakah itu yang kalian mau?

17). Semua sifat-sifat jelek  sambil tertunduk : Ampun… tidak… jangan… kami tidak mau dipanggang dalam api neraka. Katakanlah apa yang harus kami perbuat  agar selamat.

18). Kasih : Benarkah kalian mau? Aku sangat senang mendengarnya. Bertobatlah, kembali kepada Tuhan. Percayalah bahwa ampunan Tuhan pasti selalu ada.

Berserahlah kepadaNya, karena Dia yang telah lahir dikandang domba, disalibkan dan mati, yang telah bangkit dan naik ke sorga selalu menantikan anak-anakNya kembali. Tanggalkanlah sifat burukmu dan mulailah hidup baru. (Sifat-sifat jelekpun menggoyangkan selempang sifat yang ada pada mereka).

19). Sukacita : Hore… dunia akan tetap indah, senyum akan terasa kembali karena kedamaian diam di antara kita, maka aku mau hidup seribu tahun lagi. Terima kasih Tuhan Yesus.

Sambil bergandengan tangan menyanyikan lagu: Kasih itu lemah lembut, kasih itu memaafkan, kasih itu murah hati, kasihMu sungguh tiada taranya. Ajarilah kami ini saling mengasihi, ajarilah kami ini saling mengampuni, ajarilah kami ini kasihMu ya Tuhan, kasihMu sungguh tiada taranya.

Sermon 5 Musa 16

Bahan Sermon
Nats :  5 Musa 16:18-20
PARLOBEINI
Ase urah hita mangarusi teks Epistel ta on, ulakonta ma lobei bani kondisi ni bangsa Israel panorang isuratkon buku 5 Musa on. Israel utara domma madabuh, masyarakatni pe domma bois tarbuang! Israel Selatan (atak sering isobut Juda) ibagas kondisi na krisis iman, krisis identitas maupun krisis secara ekonomi halani Raja Manasye berkomplot pakon bangsa na legan. Kondisi na songon on, gabe ancaman kekafiran pakon penyembahan berhala. Keadaan na songon on, mambahen panurat buku 5 Musa on bergumul laho mampartahankon kelestarian umat Israel songon bangsa na kudus/khusus (kekhususan Israel lambin terkikis). Intini kondisi umat ni Naibata; Israel utara domma ibagas kehancuran, tading ma Juda na maningon ipartahankon. Panurat buku 5 Musa berpikir porlu adong reformasi ampakon pembaharuan hidup, na ija kekhususan ni bangsa Israel maningon totap terpelihara, manurut panurat porlu pataridahkon identitasni bangsa Israel songon bangsa na pinilih ni Naibata (Umat Allah). Tujuan utamani aima; pitah hubani Naibata ma setia, halani aido ibagas hasil karya ni panurat 5 Musa on, marulak-ulak taridah peringatan bani bahaya anggo bangsa Israel “gabe sarupa songon bangsa na legan ai”. Haganupan peraturan ai tangkas taridah ibagas na maragam-ragam jenis peraturan; teguran (5 Musa 5-11), peraturan perjanjian (5 Musa 12-26), ampakon kutukan/uhum & pasu-pasu (5 Musa 28). Secara khusus bahagian evangeliumnta on masuk ma hubagas peraturan perjanjian, peraturan penting hubani; hakim, raja, imam ampakon nabi (bindu 16-18). Peraturan mencakup keseluruhan aturan ibagas pargoluhan ni Israel.  Sonari, ididah hita ma aha do hubunganni Juda ampakon pidato ni Musa (paima marujung goluh ia) na bani teksta on? lambin roh urah do arusan anggo ipungkah hita humbani theologia perjanjian pakon theologia pemilihan janah na itorih hita sebagai sentral aima theofani i sinai! Bahagian on porlu mengingat tekanan “keadilan” aima kelangsungan umat perjanjian songon tanda kelangsungan perjanjian ni Naibata pakon umat-Ni. Janji amapakon pemilihan adalah otoritas ni Naibata hubani Israel, halani ai Naibata tetap setia!  Haganupan ai ma sebagai bukti kelangsungan kesetiaan ni Naibata halani Naibata setia bani janji-Ni. Naibata tetap setia, yang menjadi masalah bagaimana dengan kesetiaan umat? Panurat 5 Musa maningon mulak hubani peristiwa i Sinai untuk memulihkan keadaan Israel yang dipimpin Manasye secara umum 5 Musa isuratkon songon catatan tertulis taringat hubani idopni uhur ni Naibata (Anugrah Allah), sebagai jawaban iman bangsa Israel kepada tanggung jawab perjanjian itu! TUHAN telah mengulurkan tangan Anugrah-Nya, Israel perlu membalas dengan setia dan iman. Ibagas ruang lingkup on ma ase tangkas maknani keadilan ai itongoah-tongah ni panguhum! Lambin takkas ase toruskon hita bani hatoranganni.
HATORANGAN
Ayat 18. Bani perikop on subjek na mambere perintah aima Musa. Penggunaan gorani ni Musa porlu tumang i tongah-tongah ni bangsa Israel, halani otoritas Musa totap do ihaporsayai sidea sebagai nenek moyang pemimpin na mamboan luar hun tanoh Masir. Na porlu itambahkon ijon aima bahasa na ihatahon Musa ai, aima na jinalo ni humbani Naibata. Hal on bertujuan ase totap ma ibahen pemimpin hun tongah-tongah ni bangsa Israel (sa marga) songon panggomgomi. Lang terbatas hubani piga-piga suku tapi ganupan suku-suku na adong i Israel. Sebagai panggomgomi aima tugas na mulia sekaligus berat, halani ai maningon i horjahon ibagas hasintongan. Manggomgomi mambere pengertian melindungi masyarakat sedo laho mambahen masalah i tongah-tongah ni masyarakat!  Ayat 19. Isi pidatoni Musa on aima ase panggomgomi aima na so paeol uhum (adil), lang pilih kasih (pandang bulu), sedo sijalo sisip (suap). Pidato ni Musa on sengaja i perluas panuratni humbani peraturan-peraturan na parlobei ai (na humbani buku 2 Musa pakon 3 Musa). Bani perikop on, lambin ipertegas/ditekankan na gabe tantangan bani panggomgomi/pemimpin. Secara tidak langsung sasintongni panurat buku on laho patuduhkon aksi protesni hubani Raja Manasye na lang manghajongjongkon jabatan ni sebagai panggomgomi. Keadaan Juda domma Krisis, tapi pangurupionni aima humbani bangsa na legan. Hal on mempengaruhi hukum na adong i tongah-tongah ni Juda. Pemberlakuan hukum domma ipengaruhi bangsa na legan! Hal on taridah humbani penekanan-penakanan uhum na taridah bani bindu 12-16. Halani ai perikop on menekankan secara tegas “pemimpin itu harus seperti ini” adong patokan, adong ukuran. Keadilan maningon ijunjung tinggi. On do hagogohon ni sada bangsa! Selanjutni penekanan atas keadilan bermakna penuh dalam rangka pengenalan TUHAN yang adil! TUHAN Naibatani Israel aima TUHAN na adil, halani ai itongah-tongah ni bangsa-Ni pe maningon adong keadilan! Keadilan ni Naibata aima sebagai program pembebasan, sebagai dimensi dari perjanjian dan pemilihan. Keadilan sihol pataridahkon 1) kuasa/jabatan bukan satu-satunya otoritas ni jolma laho manontuhon rosuhni, agepe menjadi pemimpin merupakan suatu panggilan tapi sedo ai dalan laho menguasai (5 Musa 17:16). 2) keadilan bagi bangsa Isarael merupakan cerminan dari keadilan ni Naibata. Halani ai, songon sahalak panggomgomi maningon totap patuduhkon keadilan. 3) Musuh/tantangan utama hubani panggomgomi aima sisip, gabe geduk do dalan anggo manjalo sisip ma panggomgomi, gabe maseda ma uhum anggo anggo ijalo panggomgomi ma sisip. Ayat 20. pitah hapintoron do parayakonmu, ase manggoluh ham anjaha teanonmu tanoh, na sihol bereon ni Jahowa Naibatamu bamu. Gabe targadei do dobni na na adong bani panggomgomi anggo lang pintor ia. On ma mungkin na masa itongah-tongah ni harajaon ni Juda. Gabe ipasingat ma bahasa pardalanan ni bangsa Israel das hu tanoh parpadanan maningon ibobai panggomgomi na pintor. Tergantung hubani pemimpin do ase das bangsa ai hinan hu tanoh kanaan. Hata singat-singat on, pataridahkon hubani Raja Manasye ampakon bangsa Juda ase totap sidea panean bani tanoh na iberehon Naibata ai. Kuncini pitah sada do hansa aima hapintoron (semata-mata keadilan). Tanah perjanjian hanya ada bagi orang-orang yang adil!
III. HAHONAAN
Dob honsi imasuki anjaha i coba hita mangarusi perikop on,  bahan renungan na boi ibuat hita aima; 
Bahasa pusat perjalanan sejarah ni hajolmaon aima sejarah perjanjian pakon pemilihan TUHAN hubani umat-Ni, Israel. Halani ai ase ijelaskon hita ma kaitanni ampakon dirinta, bahasa hita sedo bangsa Israel, tapi umat na dihut tarpilih. Keterpilihanta terjadi ibagas Jesus Kristus, songon pengaktual ampakon penggenap haganupan janji ni Naibata janah perantara (par-hitei-an=jembatan) masuk dalam persekutuan dengan Allah. 
Sarupa songon hubani Israel, sonai do homa pidatoni  Musa na adong bani 5 Musa 16:18-20, aktual do homa hubanta. Keadilan aima gabe hagoluhanta ase tanda hita anak haliharon; on ma sebagai tanda na pinaluah ni Naibata hita humbani parjabolonan dosa marhitei Anak-Ni Jesus Kristus, Tuhanta! Sarupa songon bangsa Israel jumpahan bani tanoh parpadanan ai, sonai ma homa hita das hubani ujungni pardalananta aima hagoluhan si sadokah ni dokahni na dob pinarsir-sir ni Naibata.
Sarupa songon parentah mangkorjahon hapintoron merupakan krisis bani halak Israel, sonai do homa krisis na masa hubanta sonari; itongah-tongah ni negaranta on. Halani ai pokok-pokok renungan/ambilan on maningon bermuara/iakhiri hubani kesiapan umat na tarpilih (=Kristen), apakah masih yakin bahwa TUHAN itu adil dalam memelihara umat-Nya dalam konteks kehidupan masa kini? Yakinkah kita bahwa Allah memelihara umat-Nya di dalam keadilan? Yakinkah kita bahwa perintah Allah untuk melakukan keadilan masih aktual? Jikalau TUHAN adalah Raja manusia, dan segala yang ada, bukankah dia juga Raja atas segala usaha dan pekerjaan manusia? Kalaulah begitu, bukankah Allah juga mampu memerintahkan berkat-Nya  yang melimpah turun  atas orang yang taat, setia dan tunduk pada perintahnya di dalam keadilan?

Rabu, 17 Oktober 2018

Kebaktian Pembukaan “Bible Camp”
 Pemuda GKPS Sapangambei Sirpang Tolu

1. Panggilan Beribadah 
P : Horas, bagi kita semua! Saudara-saudara marilah senantiasa bersyukur kepada  Tuhan. Sebab apa yang kita rasakan dan nikmati saat inilah adalah anugerah-Nya. Dia memberi waku dan tempat bagi kita. Dia juga memberi kesehatan sehingga kita boleh bertemu satu sama lain dalam rasa persaudaraan. Kiranya damai sejahtera Allah menyertai persekutuan ini dengan kasih dan sukacita. Mari muliakan Tuhan dan nyanyikan keselamatan yang telah diberikan-Nya bagi kita. Kita bernyanyi!

2. Bernyanyi “Segala Puji Syukur”
Segala puji syukur hanya bagi-Mu Tuhan 
Sebab kaulah yang layak dipuja. Kami mau bersorak, tinggikan nama-Mu Tuhan.
Haleluyaaa. Soraklah haleluya, soraklah haleluya. Haleluya. (2x) 

3. Votum-Introitus-Doa
P : Di dalam nama Allah Bapa yang menciptakan langit dan bumi, dan dalam Nama Yesus Kristus yang telah menebus dosa kita, dan di dalam Nama Roh Kudus yang senantiasa menyertai hidup kita. Amin. 
Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hatiku dan aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib.
J : Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulai nama-Mu di seluruh bumi ! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dan dinyanyikan seluruh umat-Mu. Haleluya.
P : Marilah kita berdoa. Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, kami memohon kepada-Mu ya Bapa yang Mahamulia. Kami bersyukur atas segala pemberian-Mu yang baik dalam hidup kami. Kami datang untuk menyatukan hati melalui persekutuan ini, sudilah kiranya Engkau Tuhan menerima keberadaan kami dan kuduskanlah kami masing-masing agar hati, pikiran dan perbuatan seturut kehendak-Mu. Dengan segala kerendahan hati kami meminta kepada-Mu, berilah hikmat kepada kami, sehingga persekutuan ini menjadi berkat bagi kami ditengah-tengah seksi Pemuda GKPS Sapangambei, ditengah-tengah keluarga dan orang-orang sekitar kami. Dalam Kristus kami berdoa. Amin.

4. Bernyanyi “Dengan Apa Kan Ku Balas”
Kau Allah yang setia, Bapa yang mulia. Kasih-Mu besar Tuhan, Kau pulihkan hidupku.
Kaulah harapanku, hidupku dalam-Mu.
Terima kasih Tuhan, Kau selamatkan hidupku.
Reff: Dengan apa kan ku balas segala kebaikan-Mu
   Segenap hatiku menyembah-Mu Yesus. Ku berykur pada-Mu. Selamanya

5. Renungan

6. Bernyanyi “Ondos Ganupan Bani Tuhan”
Anggo seng Jahowa na pauli rumah soya-soya do sipanukangni in
Anggo seng Jahowa na manramotkon huta soya-soya do halak na manjaga
Girah pe puho lang ondos bani Tuhan soya-soya do na ipukkahni in
Ge dokah pe modom lang ibagas Tuhan soya-soya do na ihorjahon in
Ondos ganupan bai sagala horjamu. Ondos bai Tuhan ganup pingkiranmin
Ai bani Tuhan torsa do ganupan sai marondos ma hita ganup.

7. Doa Syafaat

8. Bernyanyi “Jadikan Kami Satu”
Kami rendahkan di hadapan-Mu membawa hancur hati saat bersemu
Agar kami saling melengkapi tubuh-Mu , sperti Kau dan Yesus adalah satu
Jadikan kami satu sprti kerinduan-Mu agar dunia tahu bukti nyata dari kasih-Mu
Sebelum kami pergi membritakan kasih-Mu mulailah dari kami lebih dulu
Jadikan kami satu.

9. Doa Penutup + Berkat
P : Marilah kita berdiri tegak, rapatkan barisan, satukan semangat, satukan asa, satukan langkah dan tekad dengan pasti dan selalu ingat serta mengandalkan Tuhan dalam setiap kegiatan agar persekutuan “Bible Camp” dapat menjadi berkat bagi kita. Terimalah berkat Tuhan : “Damai sejahtera Allah yang melebihi segala akal budi, mengawali kegiatan “Bible Camp” ini samap dengan akhirnya dan begitu juga dengan kehidupan kita. ” Amin.
P+J : Bernyanyi “Bapa Terima Kasih”
Bapa t’rimakasih, Bapa terimakasih. Bapa di dalam surga, puji t’rimakasih.
Amin.

Rabu, 19 September 2018

Psalmen 118: 22-29

Sermon
Ambilan: Psalmen 118: 22-29
Doding : Hal. 347: 1 + 3 - 4

         Anggo kitab Pentateukh ( 1 Musa – 5Musa ) isobut anjaha iarusi bangsa Israel sebagai buku ni Naibata naipadas hubani sidea, roh hubani Naibata na marisi hata ni Naibata na maningon ihorjahon bangsa ai, maka Psalmen on ipahami sebagai buku ni jolma in hubani Naibata, sifatni dari bawah keatas, hasaksianni halak na porsaya, aima bangsa Israel  hubani Naibata bani haganupan kuasa ni Naibata na totap marhorja bani goluhni jolma. Hasaksian na marupa doding atap tonggo. Psalmen (Ibr. Mizmor) aima doding na idodingkon na iiringi ragam ni alat music. Psalmen igubah berbagai pujangga bani panorang na ganjang mamungkah hunbani zaman ni si Musi das hubani zaman na dob luar hunbani habuangan Babel. Doding pakon tonggo na bani Psalmen, ipatuppu janah on ma na ipakei bani kebaktianni Israel.  
       Sada gambaran: seorang pelajar pasti sihol uhurni ase gabe juara kelas marhiteihonni nilai-nilai na jenges, sahalak pahorja na martugas ikantor pasti mangkasiholhon ase dapotan upah atap promosi jabatan na tinggi, sahalak parjuma-juma pasti martonggo ase suan-suananni berhasil janah lang gagal panen. Hal-hal baik apapun yang diinginkan terjadi dalam kehidupan manusia. Tontu, haganupan ai lang boi terealisasi anggo lang adong campur tangan ni Naibata bani haganupan sura-sura ni jolma, porlu pangurupion ampa gogoh na humbani Naibata. Parpsalmen bani ambilan on mangungkapkon malas ni uhurni bani ganupan idop ni uhur-Ni pakon pambahenan-Ni na luar biasa domu hubani pengalaman ni goluhni. Pangurupion ampa haluahon na humbani Jahowa, ihaporsayai si parpsalmen do marhitei hagogohon ni kuasa ni Naibata in do mambahen ia marmalas ni uhur halani ai do ia mansobut puji ma Jahowa, tongon ronsi sadokah ni dokahni ni do idop ni uhur-Ni.  Buei na masa na iahapkon, na ididah parpsalmen pambahenanni Naibata na luar biasa bani goluhni na iakuhonni gabe sibahen hadearon pakon malas ni uhur ampa na paluahkonsi. “Batu na iambukkon ni tuhang, ai do gabe palas parsuhi”, on ma pengakuan kegembiraan si parpsalmen paboa Naibata na dob mangurupisi mangimbang munsuhni, cara Allah meninggikannya ke tempat tertinggi mengatasi musuhnya. 
       “Batu na iambukkon, gabe palas parsuhi” artini ai dasar bani sada bangunan, gabe batu parsuhi, batu utama atap batu na marharga marimbang batu-batu na leganni ai.  Mase sonai? Adong proses na domma irancang Naibata ase boi gabe batu parsuhi. Parpsalmen na bani pardalanan ni goluhni maningon mandompakhon buei ampa bageini paruntolon mangakuhon Naibata paridop ni uhur na mambuka labah hapintoron bani halak parpintor na sihol masuk hujin, tarlobih anggo iakuhon parpsalmen pasal batu parsuhi onma martuduh-tuduh hubani Jesus na itolak dunia on, na itangkap, iadili, iparsilangkon songon parjahat age lang adong hajahaton ihorjahon-Ni. Hape Ia do ibahen Naibata parhiteian na mamintori hita, ase boi masuk hita hu horbangan marayak Jahowa (bnd.Mat. 21:42; Mrk. 12: 10-11; Lah. 4:11; Ep. 2:20; 1 Kor. 3:11). Pambahenan ni Naibata na ipatalar itongah-tongah halongangan do ai bani matanta,  aido ase iakuhon parpsalmen “marhitei Jahowa do masa ai”, Naibata na timbul in na manogu halak na porsaya bani mardalan ibagas hasintongan, iajarhon dalan-Ni bani na masombuh, ipatuduh do dalan na pintor bani pardosa, ipaluah do na porsaya bani humbani parmaraan, munsuh, siding ni sibolis, pakon gomgoman ni hamatean. 
       Parpsalmen na mangakuhon “ari on do na jinadihon ni Jahowa, marolob-olob anjaha marmalas ni uhur ma hita”.  Songon pengakuan ni parpsalmen bani ambilanta on ma naming pengakuanta selaku halak na porsaya, marolob ampa marmalas ni uhur hita bani goluhta on. Pengakuan ibagas na totap mangindo ampa marpangarapan hubani Tuhan ase Ia totap manatang goluhta, mangurupi ampa manumpak bani goluhta on.  Semangat ni parpsalmen na ideklarasihon marhitei haporsayaonni Naibata do na manondangi ia jadi maningon ipuji anjaha ipasangap sadokah ia manggoluh. Totap do mangkawah hubani Naibata anggo siparpsalmen.
Songon goran ni Minggu sadarion aima Okuli na berarti Sai mangkawah do matangku dompak Jahowa, laho mambobai hita ase haporsayaonta ai terletak atap iidasari bani Jesus Kristus na ibahen hita gabe Palas Parsuhi, Naibata paridop ni uhur na tarsulur na totap manramotkon pargoluhanta. Tongon, gulmit ni pargoluhanta idunia on pasti ongga do terombang ambing, taruyun hita, atap ongga iahapkon hita anggo hita do sidorunan, sisombuhan, sietekan, roh parnaboritan, bahkan buei na legan na mambahen 100 alasan hita boi tartangis, ternyata haganupan ai seng sadiha anggo ibandingkon bani idop ni uhur-Ni na totap in na mambahen hita 1000 alasan tersenyum, marmalas ni uhur. Renungkon hita ma pambahenan ni Naibata bani goluh on na dob padihuthon hita maluah humbani dousata, ase berkomitmen hita “Naibatangku do Ham, Ham do sipujionku, Ham Naibatangku, Ham do sipatimbulonku”, marhitei mambaritahon pambahenan-Ni, puji goran-Ni, horjahon rosuh-Ni.

Senin, 17 September 2018

Penafsiran Kontekstual


PENAFSIRAN KONTEKSTUAL

I.  Pendahuluan
Menafsir adalah kegiatan yang kita lakukan disaat kita mendengar pernyataan baik secara lisan maupun ketika kita membaca pernyataan tertulis dan kita berusaha untuk memahaminya, kita tengah mencoba melakukan penafsiran. Didalam Alkitab banyak hal yang kita mencoba untuk melakukan suatau peninjauan atau penfasiran yang dapat memberikan makna atau pesan yang sesungguhnya dari teksnya. Untuk itu dalam menafsir diperlukan suatu metode penafsiran untuk menafsirkan isi teks dalam Alkitab. Untuk itu dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai metode penafsiran khususnya metode penafsiran kontekstual. Semoga sajian kali ini dapat menambah wawasan kita mengenai metode penafsiran, tekhususnya dalam Perjanjian Lama.

II. Pembahasan 

2.1 Pengertian Kontekstual

  Di dalam KBBI, kontekstual adalah suatu terjemahan yang didapatkan dengan menterjemahkan ungkapan yang sesuai dengan konteks tertentu, dan bukan semua keadaan (konteks) .  Kata konteks berasal dari bahasa Latin yaitu kata “con” dan “textus” yang berarti “bersama-sama menjadi satu kesatuan” dan “tersusun atau terjalin”. 
  Jadi, secara Etimologi kontekstual adalah “yang terjalin atau tersusun menjadi satu kesatuan”. Maka konteks dapat diartikan sebagai keterkaitan suatu bagian teks dalam kesatuan atau keseluruhan teks. Dan juga, sebagaimana dipahami dalam ilmu menafsir Alkitab, konteks berarti keadaan atau situasi kemanusiaan dan kesejarahaan yang empiris diluar teks dan yang turut melatarbelakangi terbentuknya suatu teks serta ikut memperngaruhi maksud dari teks tersebut. 

2.2 Latar Belakang Penafsiran Kontekstual
    Pertama sekali muncul kata “kontekstualisasi” pada terbitan TEF yaitu Theological Education Fund (Dana Pendidikan Teologi) tahun 1972. TEF dimulai oleh International Missionary Council pada persidangannya di Ghana pada tahun 1957-1958 dan mendapat mandat pertama –“majulah!”-. Lalu pasa tahun1961 International Missionary Council bergabung dengan DGD (Dewan Gereja se-Dunia). Hasil gabungan itu terbentuklah Division of World Mission and Evangelism dari DGD, yang pada tahun 1965-1970 diberi mandat kedua –“memikirkan kembali”- dan tahun 1969 diberi mandat ketiga adalah -“memperbarui”-. 
   Tugas dari mandat ini untuk menolong jemaat-jemaat memperbarui pendidikan calon-calon pelayan Kristen dengan memberikan bantuan khusus sementara dan pelayan-pelayan konsultasi kepada lembaga-lembaga pendidikan teologi, dan yang menjadi tujuan utama dari TEF ini ialah agar Injil diungkapkan dan pelayanan dilakukan sebagai tanggapan dari:
1.Krisis iman yang meluas,
2.Masalah-masalah keadilan sosial dan pembangunan manusia, 
3.Ketegangan antara situasi budaya dan agama setempat dan perabadan teknologis yang universal,
4.Suasana masyarakat bersifat anti wibawa, orang pun tidak lagi menerima Alkitab mempunyai kewibawaan,
5.Melalui kritik sejarah terdapat kontradiksi Alkitab yang menyebabkan orang sulit memutuskan pernyataan Alkitab yang berwibawa dan tidak, dan
6.Jarak antara teks kuno dan konteks modern yang menyebabkan orang mempertanyakan relevansi Alkitab.
 Dengan sejarah yang telah disebutkan membuktikan bahwa kontekstualisasi berakar pada ketidakpuasan terhadap model-model pendidikan teologis yang tradisional. Kontekstualisasi mencakup segala sesuatu yang mencakup dunia ini, yang bersifat dinamis (fleksibel), mengakui adanya perubahan yang terjadi secara continu (terus menerus) dari setiap situasi kondisi manusia yang dapat membuka jalan bagi masa depan. Jadi, kontekstualisasi adalah refleksi yang tepat bagi setiap pribadi Kristen dalam menganggapi Injil yang sesungguhnyadi dalam kerangka berbagai konteks kehidupan, baik dalam konteks sosial, ekonomi, budaya, maupun agama. Sehingga untuk dapat memahami nats Alkitab yang berakar dalam kehidupan manusia, maka perlu diadakan penelusuran untuk hal itu yang dapat memberi informasi atau sumbangan mengenai aspek-aspek tertentu dalam Alkitab ecara lebih baik. Dari hal inilah maka muncul pendekatan-pendekatan dari aspek sosial, ekonomi, budaya, dan agama. Semua aspek pendekatan sangat berhubungan erat, maka semua yang hendak mengadakan pendekatan terhadap Perjanjian Lama dengan suatu pandangan realitas, haruslah mengkaji terlebih dahulu situasi sosial, ekonomi, budaya dan agama dimana dan waktu teks diangkatkan itu terjadi kemudian membandingkannya dengan konteks masa sekarang ini.

2.3 Langkah-langkah Penafsiran Kontekstual
Dalam penafsiran kontekstual terdapat langkah-langkah sebagai berikut.
Kita harus mengenal bagan dan susunan dari kitab yang akan kita tafsir.
Kita baca dengan teliti ayat atau ayat-ayat yang akan ditafsir.
Kita harus mengetahui konteks-konteks yang terjadi saat ayat atau ayat-ayat tersebut ditulis.
Temukan makna atau pesan Ilahi dalam ayat atau ayat-ayat tersebut.
Hubungkan makna atau pesan Ilahi dengan keadaan masa kini. 

2.4 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
1. Kita perlu memahami konteks Perjanjian Lama agar kita mengerti kerugma atau pesan Ilahi.
2. Kita perlu memerhatikan pesan Ilahi dalam konteks aslinya, sebab teks-teks Alkitab itu tidak bisa diterapkan begitu saja ke konteks kehidupan kita sekarang.
3. Penafsir harus mempertimbangkan dan memperhatikan konteks teks (ayat-ayat) agar tafsiran yang akan disampaikan tidak berubah menjadi penyampaian pribadi.
4. Konteks menjadi tempat Firman Tuhan diberitakan tidak terbatas pada bidang-bidang kehidupan tertentu saja, misal agama atau kebudayaan saja akan tetapi, konteks mencakup seluruh bidang kehidupan manusia, yaitu agama, budaya, sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya.

2.5 Model-model Penafsiran Kontekstual
Penafsiran kontekstual dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
2.5.1 Analisa Konteks Dekat
Analisa ini menunjuk bagian yang persis sebelum atau setelah ayat-ayat yang ingin ditafsir, yang dapat membantu penafsir menemukan tujuan dan maksud ayat atau ayat-ayat yang ingin ditafsir.

2.5.2 Analisa Konteks Jauh
Analisa Konteks Jauh menyelidiki konteks yang lebih jauh atau lebih luas dibandingkan konteks dekat. Analisis ini berperanan menemukan alur pemikiran, tujuan dan maksud ayat yang ingin ditafsir, bahkan isi seluruh kitab itu.
Kelebihan dan Kekurangan
Penafsiran memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu sebagai berikut.
Kelebihan
Mampu memahami teks dari konteks Alkitab dalam situasi aslinya dan berusaha untuk menerapkannya ke dalam situasi dan kondisi pada masa sekarang.
Penafsiran ini di bungkus oleh kenyataan sejarah seperti sosial, politik, budaya dan agama dari setiap konteks sejarah.
Penafsiran ini memiliki selfdetermation yaitu sikap menetapkan sendiri pandangan teologi tanpa dipengaruhi oleh refleksi teoologi atau budaya asing yang bertolak kepada kebenaran Firman Allah. 

Kekurangan 
Kami tidak menemukan dimana kekurangan penafsiran kontekstual ini dari buku yang telah kami baca. 
Contoh Penafsiran Kontekstual
Ulangan 25: 1-3 yang mengenai hukuman cambuk. Hukum cambuk pada waktu itu adalah salah satu cara penegakan keadilan, yang intinya adalah penegakan keadilan dan sangat mengahargai kemanusiaan, hal ini sangat nyata dalam ayat 3, “Empat puluh kali harus orang itu dipukuli, jangan lebih, supaya jangan saudaramu menjadi rendah di matamu, apabila ia dipukuli lebih banyak lagi.” Hukum cambuk pada waktu itu jelas merupakan kebudayaan pada waktu itu untuk menegakkan keadilan. Mungkin dalam budaya pada waktu itu, hukuman itu melebihi empat puluh kali. Peraturan Ulangan membatasi jumlah pukulan supaya seseorang jangan merasa rendah di mata sesamanya. Kasih Allah terwujud dalam bentuk penegakan keadilan yang manusiawi. Itulah pesan teks ini, bukan hukuman cambuk tersebut yang berita utama melainkan kasih Allah di dalam penegakan keadilan tersebut. 
Tokoh Penafsiran Kontekstual
Penafsir pada penafsiran konteksualisasi ialah penafsir yang mearuh perhatian kepada ajaran Alkitab tentang memenuhi kebutuhan dunia ini atau tentang perjuangan masa kini. Yang dijadikan contoh disini adalah Teologi Pembebasan, Teologi Hitam.

Teologi Pembebasan
Teologi pembebasan yang dibahas disini berasal dari Amerika Latin. Pendirinya mungkin Hugo Assaman atau Gustavo Gutierrez Moreno. Seorang tokoh dalam teologi pembebasan ini ialah Juan Luis Segundo (1925-1996) yang memiliki pendapat bahwa interpretasi Alkitab harus terus berubah karena situasi manusia terus berubah agar penafsiran tersebut mampu melihat pergumulan orang-orang tertindas. Teologi Pembebasan melihat kejahatan kapitalis yang terletak pada kuasa dan kekayaan.  
Teologi Hitam
James H. Cone (1938-), pelopor Teologi Hitam, menaruh perhatian atas penderitaan orang kulit hitam, dan penindasan orang kulit putih atas kulit hitam. Mesias datang dengan tujuan menanggung segala penderitaan semua orang, termasuk orang kulit hitam. Jikalau ada seseorang tidak mengakui penderitaan orang kulit hitam, ini berarti dia tidak mengakui Kristus. 

III. Kesimpulan
     Kata konteks berasal dari bahasa Latin yaitu kata “con” dan “textus” yang berarti “bersama-sama menjadi satu kesatuan” dan “tersusun atau terjalin”. Jadi, secara Etimologi kontekstual adalah “yang terjalin atau tersusun menjadi satu kesatuan”. Maka konteks dapat diartikan sebagai keterkaitan suatu bagian teks dalam kesatuan atau keseluruhan teks. Dan juga, sebagaimana dipahami dalam ilmu menafsir Alkitab, konteks berarti keadaan atau situasi kemanusiaan dan kesejarahaan yang empiris diluar teks dan yang turut melatarbelakangi terbentuknya suatu teks serta ikut memperngaruhi maksud dari teks tersebut. Dalam Penafsiran Kontekstual terdapat langkah-langkah, hal-hal yang perlu diperhatikan, model-model, kelebihan dan kekurangan, contoh, dan contoh tokoh dalam penafsiran Kontekstual.

IV.  Daftar Pustaka
....., KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 1988
Mawene, Marthinus Theodorus, Perjanjian Lama dan Teologi Kontekstual, Jakarta: BPK-GM, 2008 
David J. Hesselgrave dan Edward Rommen, Kontekstualisasi Makana, Metode dan Model, Jakarta: BPK-GM, 2004 
Tomala, Y., Teologi Kontekstual, Malang: Gandum Mas, 2001 
Sanjaya, Indra, Penafsiran Alkitab dalam Gereja, Yogyakarta: KANISIUS, 2003
A. A. Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2009
Ludji, Barnabas, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama, Bandung: Bina Media Informasi, 2009 
Sutanto, Hasan, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, Malang: LITERATUR SAAT, 2007

Renungan...

Dengarkan dan Lakukan Nats : “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” [ayat 28] Ada satu p...