Jumat, 15 Juni 2018

Resensi buku Mendongkel Yesus dari Takhta-Nya

Nama : Irma Farma Pasaribu
Mata Kuliah : Antar Perjanjian dan Kanon
Dosen : Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung
Judul  Buku : Mendongkel Yesus Dari TakhtaNya
Pengarang : Darrel L. Bock dan Daniel B. Wallace
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2009

Pendahuluan
Kisah Tentang Dua Yesus : Kristianitas versus Yesusanitas

Terdapat perbedaan yang terjadi mengenai cara mengingat dan membicarakan Yesus. Sebagian prang mengatakan citra Yesus telah dibentuk sesuai keinginan orag-orang yang mengingat Dia. Sebagian lain berpendapat bahwa kehadiran dan ajaran Yesus begitu berkuasa sehingga diingat dengan baik oleh orang-orang yang terbiasa meneruskan ajaran secara lisan.  
Kristianitas berpusat pada iman bahwa Yesus adalah Dia yang Diurapi yang diutus dari Surga untukk mewakili Allah dan manusia dalam pemulihan relasi yang rusak antara Pencipta dan ciptaanNya. Yesus adalah satu-satunya jembatan antara Allah dan manusia, antara surge dan bumi.
Yesusanitas berpusat pada Yesus sebagai guru  agama atau nabi.yesus adalaah inspirasi bagi sesamaNya, tetapi tidak  ada takhta bagiNya. 
Di  dalam Kristianitas Yesus ialah Dia yang disembah, Dia diasosiakan dekat dengan Allah dan Dia adalah jalan menuju Allah. Sementara di dalam Yesusanitas Yesus adalah Dia yang hanya dihormati, Dia yang menunjuk kepada Allah dan Dia yang menunjukkan jalan kepada Allah.
Terdapat beberapa penyebab mengapa terdapat dua gambaran mengenai Yesus dan terbagi atas 4 kategori yaitu:
  1. Sikap skeptis terhadap sejarah
  2. Informasi baru
  3. Pengaruh budaya yang mengubah cara evaluasi kita
  4. Hasrat naluriah manusia untuk mencari, menghadapi, atau memahami hal-hal spiritual.


Dalam ke-4 kategori tersebut terdapat 12 faktor , yaitu:

  1. Sikap skeptis terhadap semua institusi agama
  2. Munculnya disiplin ilmu kritik yang lebih tinggi
  3. Penemuan-penemuan arkeologi terbaru
  4. Perubahan besar dalam cara kita memandang sejarah
  5. Penggunaan selektif bukti-bukti kuno
  6. Pengajaran Kristianitas dalm program-program studi agama di universitas
  7. Meningkatnya perhatian media
  8. Daya tarik novel-novel hasil kawin silang
  9. Tumbunhya minat terhadap pencarian perjalanan rohani
  10. Hasrat budaya untuk menerima keseragaman agama
  11. Meluasnya pengakuan bahwa agama ternyata benar-benar bisa memotivasi orang
  12. Fundamentalisme naïf dan rapuh


Kemudian terdapat empat perbedaan penting antara Kristianitas dan Yesusanitas yaitu:
  • Pemisahan antara Pencipta dan Ciptaan
  • Pemisahan antara Tuhan dan kemungkinan adanya Wahyu Allah untuk membuat kita bertanggung jawab
  • Pemisahan Yesus dan sejarah atau antara Yesus dan kesaksian pengikut-pengikutNya dalam sejarah
  • Pemisahan yang dihadapi Gereja Konservatif.


Buku ini membahas dua kisah dan menganalisis cerita mana yang membawa kita lebih dekat kepada Yesus Sejati, lebih dekat kepada Pencipta kita, dan sebagai hasilnya, lebih dekat pada diri sendiri.

  1. Klaim Pertama

Perjanjian Baru yang Asli Telah Sangat Dirusak oleh Para Penyalin sehingga Tak Terpulihkan Lagi
Misqouiting Jesus dapat dikatakan smerupakan buku versi populer dari karya Erhman pada tahun 1993. Bart Erhman ialah pakar Perjanjian Baru yang bonafide dan juga ahli kritik teks di Amerika Utara. Argumentasi Erhman dapat diringkas sebagai berikut:
Naskah Perjanjain Baru ditulis ulang jauh setelah naskah aslinya, sehingga menimbulkan keraguan mengenai apa sebenarnya isi naskah aslinya.
Begitu banyak perbedaan teks di antara naskah-naskah yang ditemukan, terutama manuskrip-manuskrip yang tertua, sehingga menimbulkan dugaan bahwa teks tersebut tidak disalin dengan sangat teliti.
Para penyalin “ortodoks” telah mengubah secara signifikan teks Perjanjain Baru, bahkan mengubah cerita intinya.  
Erhman menekankan betapa banyak perbedaan antar manuskrip bahkan lebih banyak daripada jumlah kata dalam Perjanjian Baru. Implikasinya, setiap kata dalam Perjanjian Baru memiliki kemungkinan 3 variasi, yaitu:
Kuantitas Variasi
Variasi kata antarmanuskrip adalah bahwa besarnya jumlah variasi disebabkan oleh besarnya jumlah manuskrip. 
Variasi teks adalah perbedaan kata di bagian mana pun dalam manuskrip, dan dapat berupa perbedaan susunan kata, pengutangan atau penambahan kata, bahkan perbedaan ejaan.
Kualitas Variasi
Variasi-variasi yang ditemukan dalam manuskrip dapat dibagi menjadi beberapa kategori berikut:
Perbedaan ejaan;
Perbedaan minor karena merupakan sinonim atau perbedaan kata yang tidak mempengaruhi terjemahan;
Perbedaan berarti tetapi tidak masuk akal kalau diikuti;
Perbedaan berarti dan masuk akal untuk diikuti.

Membedakan Teks Asli
Teori dasar yang digunakan oleh sebagian besar ahli kritik teks saat ini adalah reasoned eclecticsm (pencomotan sana sini dengan alasan kuat tertentu). Teori ini menganalisis masalah tekstual dengan mempertimbangkan bukti-bukti eksternal (manuskrip, kesaksian Bapa-bapa Gereja) dan bukti-bukti internal ( kebiasaan penyalin, konteks, praktek-praktek pengarang yang diketahui). Menurut Erhman, kurang dari 1 % dari seluruh variasi teks merupakan perbedaan yang berarti dan masuk akal atau “bisa jalan”, dan perbedaan yang “berarti” itu pun bukanlah perbedaan yang sangat signifikan, melainkan hampir selalu merupakan perbedaan arti teks yang minor.

Sekalipun didalam buku yang berisikan seorang yang karyanya sangat terpopuler dengan penulis yang merupakan ahli Perjanjian Baru dan seorang yang ahli teks, setelah membacanya, buku ini menambah wawasan saya, dan dalam klaim ini yang menyatakan kurang dari 1 % teks yang layak untuk diperdebatkan. Dan saya tidak membenarkan sikap skpetis terhadap Kitab Suci. Sekalipun begitu banyak manuskrip-manuskrip yang ditemukan, salinan-salinan yang sangat tua yang ditemukan akan tetapi, saya yakin dan percaya Perjanjian Baru masih selaras atau sesuai dengan Kristianitas yang berakar pada Yesus sejati.

2. Klaim Kedua
Injil-injil Rahasia Gnostik, seperti Injil Yudas, Membuktikan Eksistensi Kristianitas Alternatif Purba
Penemuan teks di Nag Hammadi tahun 1945 yang mencakup lebih dari 50 teks Kristen Kuno. Teks-teks ini mencakup tulisan yang kemudian sebagai injil rahasia, injil tersembunyi.
Injil Yudas ialah contoh injil pada abad ke dua. Injil Yudas  adalah teks kuno yang otentik yang ditemukan pada tahun 1978 di Al Minya, sebuah provinsi di Mesir Tengah sekitar 120 mil di selatan Kairo. Hasil penulisan manuskrip mengindikasikan masa penulisan pada akhir abad ketiga atau awal abad keempat atau pada abad kedua, karena Irenaeus menguti pada tahun 180 M. Manuskrip ini terdiri dari 33 lembar atau 66 halaman, berbahsa Sahidik Koptik.  Teks ini juga memberikan gambaran kepada kita mengenai ajaran Gnostik. Gnostik adalah aliran yang mengajarkan bahwa sebagian orang percaya memiliki pengetahuan rahasia tentang iman. 
Di dalam Injil Yudas terdaapat ciri-ciri dari injil-injil Gnostik, yaitu:
Yesus tertawa. Didalam Injil Yudas , Yesus menjelaskan bahwa yeng tertawa adalah Yesus yang disorga ketika melihat penggantiNya sedang disalibkan 
Penekanan mengenai wahyu rahasia terhadap orang tertentu saja. Di dalam Injil Yudas Yesus hanya mengatakan kepada Yudas mengenai beberapa rahasia kerajaan.
Trasendensi Allah yang unik dan sama sekali tak tersentuh merupakan pemikiran yang umum dalam teks-teks Gnostik. Didalam (Apokrifa Yohanes 11:24) yang berisikan tentang satu Roh Agung Yang Tak Terlihat.
 Teks-teks Gnostik penuh dengan kisah penciptaan makhluk-makhluk bercahaya seperti Apokrifa Yohanes (II:7-8) .
Ajaran mengenai dua realita, yaitu diatas dan di bawah. Di dalam Injil Yudas yang membahas tentang bumi yang dipahami sebagai tiruan model surga.
Akar Gnostik adalah gnostik yang artinya ialah pengetahuan. Isi pengetahuan utama ialah cahaya ilahi yang tinggal di dalam diri kita dan hanya yang rohani yang hidup.
Ajaran Gnostik yang terdapat di dalam Injil Yudas ialah Yesus yang berasal dari atas tinggal dalam tubuh milki orang lain. Tidak ada inkarnasi; hanya ada roh dari atas yang dipinjamkan kepada tubuh duniawi. Penyaliban pada Yesus tidak terjadi melainkan ada orang lain yang mati di kayu salib.   
Erhman menyatakan bahwa dalam Injil Yudas menunjukkan adanya sudut pandang yang dianut dengan sungguh-sungguh orang – orang yang menyebut dirinya Kristen dan adanya pergumulan besar mengenai bentuk kepercayaan dan praktik di kalangan Gereja Kristen Purba. 
Injil Yudas memang merupakan ekspresi Kristianitas alternatif akan tetapi pemikiran mengenai penciptaan dalam Injil Yudas sama sekali tidak dekat dengan pemahaman Kitab Suci Yahudi yang diterima oleh Kristianitas purba. Artinya, memang Injil Yudas tidak menceritakan apapun tentang Kristianitas purba.  Cara Injil Yudas menggambarkan Allah dan penciptaan saja sudah cukup untuk menempatkan teks ini ke dalam teks-teks yang dikategorikan “di luar kanon” atau “non-Alkitabiah”. Injil Yudas bukanlah kebenaran Injil.
Injil Yudas adalah bukti eksistensi aliran alternatif pada abad kedua tetapi ajarannya sangatlah berbeda dengan Kristianitas pertama. Ia tidak pernah dianggap sebagai tulisan rasul. Bagi saya, Injil Yudas merupakan salah satu kitab Apokrifa. Apa pun yang diajarkan Yesus dan Kristianitas, tidak akan kita temukan didalam Injil Yudas sebab Injil Yudas hanya membawa kita kepada persimpangan yang jauh dari Injil. Dan klaim ini, semakin menguatkan iman saya bahwa hanya Alkitab yang patut untuk dipercayai dan bahwasanya Alkitab ditulis oleh orang – orang percaya yang di penuhi dengan Kuasa Allah 

3. Klaim Ketiga
Injil Tomas Menjungkirbalikkan Pemahaman Kita tentang Yesus Sejati

Pada bulan Desember 1945, beberapa pekerja suku Bedouin sedang menggali dekat sebuah tebing bebarapa ratus kilometer ke arah selatan Kairo dan mereka menemukan sebuah tampayan. Manuskrip-manuskrip yang berada dalam tempayan itu berupa kodeks, yaitu buku persegi panjang yang dijilid di sisi kiri agar halaman-halamannya dapat dibalik. Dan kodeks memberikan gambaran jelas mengenai sekte Kristen pada abad ke-2 yaitu Gnostik. Dan salah satu yang termasuk di dalamnya ialah Injil Tomas yang ditulis pada antara tahun 120 dan 140 M.
Injil Tomas tidak terbentuk narasi seprti empat Injil dalam kanon, melainkan hampir semua terdiri dari atas sejumlah perkataan yang dicatat sebagai dikatakan oleh Yesus, semuanya ada 114 perkataan. 
Ada beberapa kesejajaran yang mengagumkan antara Injil Tomas dan Perjanjian Baru dalam hal penggunaan kata-kata yang sama ialah :
Kesamaan dengan Q, yaitu sumber yang mungkin digunakan oleh Lukas dan Matius.
Kesamaan yang tampak dengan surat Paulus kepada umat di Roma, 
Kesamaan yang luar biasa antara Injil Tomas (Tomas 17) dan 1 Korintus 2:9.
Mungkin saja banyak perkataan Yesus dalam Injil Tomas yang otentik oleh karena sebagian besar tersebut memiliki kesamaan dengan injil-injil kanon. Akan tetapi yang perlu diperhatikan ialah Injil Tomas tidak disusun menurut tema dengan struktur yang mencerminkan struktur narasi, dan ini merupakan ciri dari dokumen Gnostik. Dan hal yang terpenting ialah didalam Injil Tomas tidak tahu atau tidak peduli akan Yesus bahwa Yesus disalibkan. 
Terdapat 3 hal penting mengenai Injil Tomas, yaitu:
Injil ini adalah perkataan rahasia.
Bagian pendahuluan injil ini mencatat bahwa Yesus mengucapkan perkataan rahasia kepada Tomas, dan perkataan – perkataan tersebut akan memberikan hidup kekal jika dipahami dengan benar (perkataan 13).
Keselamatan hanya diperoleh dari pengetahuan (melalui perkataan, bukan dari iman).
Keselamatan dalam Injil Tomas berfokus pada apa yang ada dalam dir seorang, bukan melalui percaya kepada seorang Juruselamat(perkataan 70). Dan kerajaan Allah ada jika kita di kenal dengan begitu disebut sebagai anak-anak Bapa yang hidup (perkataan 3)
Tomas si kembar di anggap saudara kembar Yesus.  
Tomas diberi posisi yang lebih tinggi dari murid-murid yang lain karena pengetahuan yang khusus dan apa yang diketahui Tomas tidak boleh diberitahukan kepada orang lain (perkataan 13).
 Didalam Injil Tomas , Yesus ialah:
Yesus tidak melakukan mukjizat, tidak memenuhi nubuat apa pun, tidak menubuatkan tentang kerajaan yang akan datang, dan mati tidak untuk siapa pun.
Yesus yang menyangkal kabsahan nubuat-nubuat nabi-nabi Perjanjian Lama.
Yesus yang memberikan pencerahan melalui mata air hikmat.
Yesus yang menawarkan keselamatan melalui perkataan-perkatan “Yesus yang hidup” 
Yesus yang tidak menawarkan penghiburan bagi perbedaan gender, wanita harus menjadi pria agar dapat masuk kerajaan Allah.
Injil Tomas bertolak belakang dengan pandangan Yahudi-Kristen yang terdapat dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Injil Tomas bukan hanya memiliki perspektif yang sangat berbeda dengan Perjanjian Baru, melainkan juga teologinya tidak dapat diselaraskan dengan ajaran Perjanjiian Baru, alasannnya ialah:
Injil Tomas menekankan pengetahuan sehingga mengabaikan iman, sedangkan Perjanjian Baru sangat menekankan iman dan berfokus pada Yesus sebagai objek iman.
Yesus dalam sejarah menerima Perjanjain Lama, jadi potret Yesus dalam Injil Tomas tidak sesuai dengan Kristen purba.
Pernyataan eksplisit dari Tomas sebagai penulis teks ini tidak seperti injil-injil kanon yang hampir selal u anonim ketika ditulis.
Injil Tomas  tidak memiliki apa yang disebut sebagai “perspektif inkarnasi”. Dalam perspektif inkarnasi ini penulis-penulis Perjanjian Baru memandang Yesus sebagai inkarnasi Allah dan karena itu kelahiran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi di dalam sejarah. Kepercayaan Yahudi-Kristen dalam Alkitab mengakar pada narasi yang memiliki sejarah.

Dengan membaca klaim ini, menyatakan bahwa Injil Tomas menyatakan bahwa Tomas ialah orang yang dipercayai Yesus, dan keselamatan berdasarkan kepada pengetahuan, dan bagaimana sosok Yesus di gambarkan dalam injil ini. Akan tetapi, menurut saya, injil-injil kanon yang terdapat di dalam Alkitab ialah informasi yang dapat di analisa, dapat di selidiki dengan analisis sejarah, dan informasi mengenai Yesus bukanlah sesuatu yang dirahasiakan melainkan memori tentang Yesus sebagai Mesias, yang melakukan mukjizat, yang datang umtuk menggenapi Taurat bukan untuk meniadakannya sebagaimana diingat oleh komunitas Kristen purba.

4. Klaim Keempat 
Ajaran Yesus Pada Dasarnya Bersifat Politik dan Sosial

Globalisasi dan pengaruh agama dalam berbagai kebudayaan tidak membiarkan suara etika atau agama tersingkir dari wilayah publik. Semakin erat hubungan dan semakin besar bahaya dalam dunia modern menuntut kita untuk lebih saling memahami, jadi siapa pun yang memiliki sudut pandang Kristen, apa pun versi cerita yang dianutnya, perlu memahami apa yang menjadi motivasi bagi mereka yang menjunjung tinggi agama dalam hidup mereka (nilai yang terkandung di dalamnya). Yesus mengajarkan tentang nilai-nilai dan membingkainya dalam konteks yang menmbus hati dan jiwa manusia, itu jelas terlihat dalam ajaran-Nya mengenai kerajaan Allah. Akhir dari ajaran-Nya digambarkan paling jelas dalam penyaliban Yesus, yang melambangkan penolakan kekuasaan sosial politik pada zaman Yesus. 
Terdapat pemisahan yang cukup jauh antara “Yesus dalam Alkitab dan kesaksian Gereja Purba” dari “Yesus sejarah”. Terdapat dua metode dalam hal ini, yaitu ‘pecah-pecah dan taklukan’ dan ‘teologi yang berbeda’.  Inilah memungkinkan penganut Yesusanitas untuk menyusun ulang isi Injil dan memilih Yesus yang sesuai dengan selera mereka. Pribadi dan karya Yesus mebuka jalan baru bagi pemenuhan janji-janji Allah yang dibuat pada masa Perjanjian Lama (Yesaya 31: 31-33).
Pemahaman umum Kristianitas jauh melampaui apa yang dikatakan oleh Perjanjian Baru mengenai penyaliban Yesus, yaitu sebagai kekalahan kuasa-kuasa yang memerintah dunia dengan menelanjangi kebejatan moral mereka, sebagai wahyu jalan transformasi, dan sebagai ungkapan kedalaman kasih Allah bagi kita. Kristus yang disalibkan ialah “kuasa dan hikmat Allah”, suatu “batu sandungan” bagi orang Yahudi, dan “kebodohan” bagi orang Yahudi. Kematian Yesus menunjukkan “kasih Allah kepada kita”, dan sebagai “jalan menuju perubahan pribadi karena kematian dan kebangkitan merupakan inti hidup Kristen”. Yesus mengaku sebagai Yesus Kristus dan Mesias-Raja karena Ia  mengajarkan hal ini melalui perkataan dan perbuatan, gerakan ini disebut Kristianitas. Sementara Yesusanitas lahir dari pemikiran yang menyimpulkan bahwa Kristus turun dari takhta, menjadi “Anak Manusia” yang artinya Anak dari Manusia. Artinya Yesus adalah Anak dari Manusia.
Dalam Kristianitas, penyucian dosa memungkinkan Roh Kudus memasuki jiwa yang sudah diperbaharui. Yesus tidak hanya menyediakan jalan menuju etika murni. Karya Yesus membuka jalan bagi Roh Kudus untuk masuk ke dalam diri seseorang dan berkarya mengatasi masalah kasih-keadilan “dan” dosa dalam dirinya. Setelah hati disucikan dan diubah, manusia dapat memulai Tuhan, baik secara pribadi maupun publik. Yesus memberikan hidupnya sebagai tebusan bagi banyak orang, dan Ia melakukan itu untuk menyelamatkan manusia dari diri sendiri agar mereka dapat menjadi terang menuju keselamatan bagi sesama dalam seluruh aspek kehidupan.
Gereja purba sangat menghargai komunitas dan hubungan-hubungan, baik dalam hubungan komunitas orang percaya maupun di luarnya (1 Petrus 1:22-2:17). Salah satu harapan Gereja purba adalah agar kita hidup dalam komunitas dengan cara hidup yang mencerminkan perbedaan dengan dunia luar. Gereja juga berharap cara komunitas ini dapat menjadi kesaksian akan Allah (Mat 5:14-16).
 Yesus hidup, Ia terhitung diantara yang hidup bukan yang mati, Ia adalah tokoh saat ini bukan hanya masa lalu. Yesus adalah kunci bagi transformasi, Ia menyatakan diri sebagai pemberi anugerah Allah yang menyelesaikan masalah dalam diri manusia.
Panggilan kerajaan Allah menjangkau lebih jauh daripada isu-isu globalisasi dan perdebatan-perdebatan politik masa kini. Yesus hidup dalam kehidupan setiap orang, yang tujuanNya ialah untuk meberikan kasih sayang dan keadilan, memcari kebenaran dan membuang dosa, melayani dan menantang, menunjukkan belarasa dan memikul tanggung jawab, memberi dan berkorban, mengejar kebenaran dalam dunia yang penuh perdebatan.
AjaranNya tentang pengampunan dan cara masuk ke dalam kerajaan Allah tidaklah otomatis. Ia membuat suatu pandangan mengenai Roma dengan maksud agar  terbentuk satu komunitas Kristen yang mampu hidup  berfungsi sebagai “tolok ukur” bagi masyarakat dengan cara mampu memuliakan Allah dari hati baru, jiwa yang diperbaharui oleh Roh Kudus.

Setelah membaca klaim ini, menurut saya memang benar dunia memang semakin fana akan hal-hal yang dapat atau menawarkan yang dapat menggoyahkan iman. Akan tetapi, stelah membaca klaim ini, saya dapat menyimpulkan bahwa Tuhan menginginkan agar kita dapat hidup “berbeda”, kita dapat menjadi terang dunia yang semaakin gelap ini, Kristus menyediakan jalan (Yoh 14:6), akan tetapi kita terlebih dajulu memberi didir kita untuk diperbaharui (Kristianitas adalah hidup baru), hidup yang diubahkan dan duhubungkan oleh Allah dari dalam diri dan karya Yesus. Ia mau dan rela berkorban “mati di kayu salib” untuk memberikan kepada kita kalau kita meminta apa yang telah disediakan-Nya.
  
5. Klaim Kelima
Paulus Mengubah Misi Semula Yesus dan Yakobus, dari Reformasi Bangsa Yahudi Menjadi Gerakan yang Meninggikan Yesus dan Merangkul Bangsa-bangsa Bukan Yahudi

Mungkin yang paling mengherankan di antara serangkaian buku tentang Yesus yang baru-baru di publikasikan adalah The Jesus Dynasty, karangan James Tabor, seorang profesor di University Of North  Carolina. The Jesus Dynasty adalah kombinasi tulisan sejarah dan arkeologi. Pada klaim ini, akan menyajikan argumentasi Tabor: Yesus dan Yakobus hanya melakukan reformasi Yudaisme, sedangkan Paulus mengubah gerakan reformasi itu menjadi Kristianitas menurut pengalamannya sendiri. 
Ada 4 hal yang di nyatakan oleh Tabor di dalam The Jesus Dynasty ialah:
Tabor benar mengenai akar Yahudi Yesus dan kemungkinan Yesus mengenal dan berinteraksi dengan Yohanes Pembaptis. Menurutnya, Yesus adalah pengikut Yohanes Pembaptis, Yohanes ialah perintis gerakan mesianik. Yesus dan Yohanes ialah Mesias kembar yang satu ialah raja, dan yang satu lagi ialah imam. Namun, dalam Gulungan-gulungan Laut Mati tidak ada tercantum hal ini dan didalam Yesaya 40:3-5, menggambarkan Yohanes sebagai seorang yang mempersiapkan jalan.
Pendapat Tabor bahwa Yakobus memegang peranan yang lebih tinggi dari Petrus dan Yohanes tampaknya salah arah. Menurutnya, Yakobus memimpin gereja di Yerusalem karena Petrus dan Yohanes melakukan perjalanan ke luar Yerusalem dan mereka tak dapat sekaligus mengawasi gereja di Yerusalem, karena itu Yakobus memimpin dan mewakili jemaat Kristen Yahudi yang menjangkau sesama Yahudi di wilayah Israel. Akan tetapi, di dalam Kisah Para Rasul 2 dan sumber paling kuno dan tulisan-tulisan para rasul dengan konsisten menyebutkan nama Petrus sebagai yang pertama di antara para rasul dan menyebutnya pemimpin di berbagai upaya awal gereja.
Aspek paling bermasalah dari teori Tabor adalah pendapatnya bahwa Yakobus, Q, dan Didache mewakili penekanan teologi yang berbeda dalam Gereja purba. Argumentasi Tabor, Yakobus tidak menempatkan diri sebagai bagian dari sekelompok pengikut yang berada di bawah Allah dan Tuhan Yesus Kristus. Tabor mengklaim bahwa Kristianitas Yahudi yang didirikan Yesus hanya memiliki satu berita dan berita itu tidak berfokus pada Yesus. Akan tetapi, faktanya sumber-sumber justru berfokus pada Allah dan Ia adalah tokoh yang memiliki relasi yang unik dengan Allah.
Tabor membagun “tembok Yahudi” yang memisahkan antara Paulus dan pemimpin-pemimpin lain. Paulus yang seluruh injilnya didasarkan pada wahyu yang ia terima dari Yesus dan tidak berkaitan dengan pemimpin-pemimpin lain. Akan tetapi, di dalam 1 Korintus 15:3-5, Paulus mengatakan bahwa injil yang ia khotbahkan adalah sesuatu yang ia terima sama seperti yang diterima oleh jemaat di Korintus.

The Jesus Dinasty yang merupakan karya Tabor lebih mengarah ke Yesusanitas yang hanya menunjukkan jalan, dan lebih cenderung untuk menghormati Yesus dan mempertanyakan esensinya. Dan argumentasi Tabor yang menyudutkan Paulus, yang membuang kontribusi Paulus. Akan tetapi, menurut saya The Jesus Dynasty ialah salah satu buku yang mengarahkan kepada perpecahan atau semacam pemikiran yang “lari” dari semua sumber yang dianggap layak oleh ahli sejarah yang menyatakan bahwa Yesus ialah sosok unik yang di muliakan, sebagai Anak Allah. Buku populer yang tidak valid untuk menggoyahkan iman saya kepada Yesus yang unik dan luar biasa.

6. Klaim Keenam
Makam Yesus Telah Ditemukan, Kebangkitan dan Kenaikan-Nya Tidak Terjadi Secara Fisik

Klaim laris terbaru muncul pada bulan Februari dan Maret 2007, yaitu  sebuah film dokumenter tentang penemuan makam keluarga Yesus. Klaim utama dalam film ini adalah bahwa makam keluarga Yesus-termasuk osuari (kotak tempat tulang) Yesus sendiri telah ditemukan. Banyak arkeolog memperkirakan praktek pemakaman dalam osuari ini terjadi pada tahun 20 SM sampai dengan tahun 70 M. Ini tentu mencakup masa hidup Yesus di dunia. Jadi, menurut tradisi Yahudi, tulang-tulang Yesus telah hancur setahun setelah kematian-Nya, dan meskuipun osuari tidak lagi berisi tulang, masih ada fakta biologis yang dapat diuji.
Makam ini ditemukan di Talpiot, sebuah daerah pemukiman di selatan Yerusalem, pada tahun 1980 ketika sedang dilakukan penggalian untuk pembangunan sebuah apartemen. Makam ini kemungkinan besar ialah makam keluarga Yesus, karena nama-nama dalam makam tersebut begitu mirip dengan nama-nama yang terkait  dengan Yesus dari Nazaret. 
Terdapat 3 hal dalam evaluasi mengenai film “Makam Yesus” ini, yaitu :
Masalah budaya-sejarah termasuk masalah praktek penguburan
Masalah uji DNA, dan
Masalah statistik.
Dalam perspektif teologi, elemen paling sulit dalam hipotesis makam Yesus adalah penjelasan yang naif mengebai kebangkitan. Kebangkitan tubuh Yesus dan kenaikannya secara fisik ke surga merupakan inti iman Kristen. Kredo iman menyatakan Yesus duduk di sebelah kanan Allah. Aspek kebangkitan tubuh Yesus sangat penting karena kepercayaan Yahudi mengenai kebangkitan adalah kebangkitan tubuh secara penuh di ciptakan Tuhan (Roma 8: 18-30). Iman kebangkitan berakar pada peran Allah sebagai Pencipta. Ia yang menciptakan, Ia juga yang memperbaharui kehidupan. Allah Pencipta adalah inti ajaran Yahudi-Kristen mengenai Allah yang tunggal. Kebangkitan tubuh adalah juga pengharapan yang dimiliki oleh iman. Paulus adalah saksi bagi pengharapan kebangkitan tubuh ini yang termaktub dalam 1 Korintus 15:1-58. 2 hal yang dikatakannya 
Tubuh duniawi bisa binasa. Kita dapat sakit, tulang kita dapat patah, kita perlu obat, vitamin, akhirnya tubuh yang fana mati- sebagai dunia yang berdosa. Namun, dalam kebangkitan tubuh kita di bangkitkan dalam keadaan yang “tak dapat binasa”, artinya tubuh kebangkitan sepenuhnya menjadi tempat tinggal Roh Allah dan hanya merupakan Roh Kudus, tubuh yang tidak dapat rusak.
Penampilan Yesus sendiri dalam tubuh yang dapat makan, dapat dilihat dan disentuh, menunjukkan bahwa Kristen mula berpegang pada pengharapan kebangkitan. Teladan kita adalah Yesus, yang pertama bangkit dari antara orang mati (Kolose 1:15-20). Faktanya, ajaran Injil yang jelas ini memerlukan kebangkitan fisik.
Dua hal yang di tulis Paulus ialah merupakan Kristianitas yang secara eksplisit menolak pandangan roh (non-fisik), pandangan yang dipegang oleh Yesusanitas.
Di dalam klaim ini, hal yang cukup tak masuk logika ketika ada pandangan dan dituangkan dalam sebuah film documenter, yaitu makam Yesus telah ditemukan dan bahwa kebangkitan Yesus dan kebangkitan-Nya tidak terjadi secara fisik. Hal yang sungguh tidak bisa diterima dan argumentasi ini adalah salah bentuk usaha untuk menurunkan Yesus dari Takhta-Nya.

Kesimpulan 
Membahas Beberapa Klaim Populer Tentang Yesus

Yesus amat terpopuler sekarang. Ia dibicarakan dalam hampir setiap sudut pandang masyarakat. Dan pada akhirnya, terdapat dua versi cerita Yesus yang di bawa ke arena publik. 
Cerita pertama telah diasosiasikan dengan kepercayaan Kristen selama lebih dari 20 abad. Cerita ini dikenal sebagai Kristianitas ini mengenal Yesus sebagai wakil otentik dan gambar wujud dari Allah yang hidup. Yesus adalah tokoh utama dalam rencana Ilahi yang mengungkapkan kebutuhan inti umat manusia untuk kembali kepada Allah dan memulihkan relasi dengan Allah berdasarkan jalan yang telah disediakan Allah melalui Yesus Kristus. Sejarah Institusi Kristen memang tidak mulus, tetapi komunitasnya beriman kepada pengakuan bahwa Yesus adalah Kristus, Dia yang menjadi jalan bagi manusia untuk berdamai dengan Allah.
Cerita kedua adalah tentang seorang tokoh agama yang agung dan sejajar dengan para tokoh agung di dunia, tetapi hanya berperan sebagai instruktur dan penentang, bukan Juruselamat dan perantara keselamatan. Ia mengatakan “ Yesus diturunkan dari takhta.” Tidak ada peran unik Yesus dalam keselamatan seperti yang diberitakan Gereja Kristen. Pandangan ini dinamakan Yesusanitas. Cerita ini muncul pada abad ke-18 dan dibangkitkan oleh karena banyaknya buku, tulisan dan acara televisi yang mengisahkan bahwa pada awalnya ada banyak bentuk iman Kristen yang saling berkompetisi satu dengan yang lain, bukan hanya paham Kristen versi ajaran rasul.
Di dalam buku ini, mencoba untuk membahas mengenai dua cerita tersebut, terkhusus mengenai Yesusanitas dan tujuan buku ini adalah menganalisis bagaimana Yesus digambarkan kepada masyarakat, dan melihat apakah kita mengenal Dia atau tidak. Dan terdapat enam klaim mengenai Yesusanitas. Dan hal ini diperhatikan di sini adalah jika enam ini salah, maka struktur yang mendukung struktur Yesusanitas sebagai elemen kunci dalam masa awal Gereja Purba juga diragukan.

Tanggapan

Membicarakan kenangan tentang Yesus berarti pada saat yang sama berbicara tentang Yesus dan tentang mereka yang mengenang Dia serta meneruskan kenangan itu kepada orang-orang lain, yang kemudian merangkumnya dalam bentuk tulisan. Buku ini adalah tentang kenangan itu dan membahas apakah kenangan itu membawa kita pada Yesus Sejati. Buku ini membahas mengenai Yesusanitas Vs Kristianitas. Jikalau di ibaratkan dengan “lomba lari”, saya yakin pemenangnya ialah Kristianitas, bagaimana dalam pandangannya, Yesus adalah sosok yang Disembah, Pribadi yang unik dan Ia lah yang merupakan jalan kepada Allah. Dalam Kristianitas, Yesus adalah akar dan Yesus yang ditinggikan sebagai Raja, bukan yang diturunkan dari takhtaNya oleh Yesusanitas. Pemahaman Kristianitas sangat membantu kita dalam pengenalan Allah dan diri kita sendiri. Dan saya memandang Yesusanitas hanya berpatokan pada sumber-sumber, seperti Injil Tomas dan  Injil Yudas yang merupakan kitab “non-kanonik” atau “di luar Alkitab”, yang merupakan kitab Tersembunyi (Apokrifa) dan memang benar, di dalam hal ini terdapat sifat peduli, teliti dalam mengkritisi hal-hal mengenai Yesus, akan tetapi hal yang perlu di ingat kita juga jangan mengandalkan ratio kita saja, dan hal yang tampak (fakta), akan tetapi Alkitab dan sumber-sumber mengenai Alkitab itu juga perlu kita pertimbangkan karena terdapat sumber yang menguatkan pemikiran Kristianitas.
Buku ini cukuplah sebagai penambah wawasan saya mengenai Yesus. Dengan begitu, iman saya semakin dikuatkan, tidak tergoyahkan akan hal-hal yang ingin mendongkel Yesus dari takhtaNya.

YESUS BUKANLAH NABI ATAU GURU AGAMA, IA ADALAH JURUSELAMAT KITA !!

1 komentar:

Renungan...

Dengarkan dan Lakukan Nats : “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” [ayat 28] Ada satu p...