Jumat, 15 Juni 2018

Kanon dalam kekristenan dan gereja

  KESADARAN PENTINGNYA KANON DALAM KEKRISTENAN DAN GEREJA 

PENDAHULUAN
Alkitab adalah tolak ukur bagi agama Kristen, dan yang menceritakan mengenai Allah dan Karya-Nya, akan tetapi ada banyak Injil yang juga menceritakan mengenai Allah dan karya-Nya, namun tidak bersesuaian. Oleh karena itu, dibutuhkan kanon (tolak ukur). Mempelajari kanon bukanlah hal yang sempit, karena terdapat proses yang cukup panjang dan rumit, lalu terbentuklah kanon Perjanjian Baru dan Perjanjian Baru. Inilah yang menjadi dasar bagi gereja. Maka dalam kesempatan ini, kita akan membahas mengenai kesadaran pentingya kanon dalam keKristenan dan gereja.

PEMBAHASAN
Pengertian Kanon
Kata kanon  berasal dari akar kata reed (dalam bahasa Inggris cane).  Kanon berasal dari bahasa Yunani yang berarti gelagah yang dipakai dalam arti ukuran.  Dalam bahasa Ibarni, yaitu Qaneh yang berarti gelagah atau buluh. Oleh karena gelagah itu panjang maka digunakan sebagai pengukur, sebab itu kata ini juga dipakai dalam arti Tongkat Pengukur (Yeh 40:3). Kemudian istilah itu diambil alih oleh kebudayaan Yunani/ Romawi dengan bentuk Kanon (Yunani) dan Canon (Romawi) yang berarti alat pengukur yang kemudian dalam arti kiasan sebagai pengukur. Jikalau sebuah tulisan memenuhi patokan sebagai ajaran yang resmi, tulisan itu akan diterima sebagai tulisan yang suci. Dan hal ini merupakan suatu kesaksian yang menyakinkan tentang bagaimana Yesus menghargai tulisan suci yang diwarisi-Nya dari bangsa Yahudi, karena tulisan-tulisan tersebut merupakan Kanon. 

Sejarah Kanon
Kanon Alkitab adalah kumpulan kitab yang diyakini memiliki otoritas sebagai Firman Allah dan layak menjadi tolak ukur bagi iman umat. Proses pengkanonan Alkitab atau yang biasa dikenal dengan istilah Kanonisasi merupakan sebuah proses yang berlangsung selama berabad-abad yang dimana melibatkan diskusi yang rumit mengenai kitab mana yang dianggap berwibawa dan yang mana tidak. Kitab-kitab yang berwibawa ini kemudian dikenal dengan isitilah Kanonisitas.
Kanon dalam Perjanjian Lama ialah wujud yang lengkap dan utuh dari tradisi lisan yang diceritakan generasi ke generasi berikutnya. Tradisi-tradisi lisan itu paling cepat mulai ditulis sesudah tahun 1000 SM. Proses penulisan itu terus berlangsung hingga abad ke-8 SM.  Kanon PL dilaksanakan pada Sidang (Sinode) Raya Jamnia ( ± 100 M).
Kanon dalam Perjanjian Baru ialah kumpulan kitab yang telah ditulis oleh para Rasul dengan pimpinan Allah dan tuntunan Roh Kudus yang oleh Gereja, pada abad ke- 4 M, kitab dikanonkan dan mampu untuk memberitakan serta merumuskan ajaran rasul yang cocok dalam kebaktian kepada Allah. Tepatnya, pada sinode Kartago pada tahun 397 M. 
Dan satu hal yang perlu dan harus kita ingat bahwa gereja tidak menciptakan kanon ataupun kitab-kitab yang termasuk dalam apa yang kitab sebut Kitab Suci. Seperti halnya dikatakan oleh Bruce Metzger, Gereja tidak menciptakan kanon. Melainkan mengakui, menerima, menyatakan dan menegaskan status dokumen-dokumen tertentu yang dikukuhkan oleh dirinya sendiri. Dokumen-dokumen ini membuat dirinya diakui dengan sendirinya oleh gereja. 

Tulisan atau Pemikiran yang Tidak Sesuai dengan Alkitab
Alkitab ialah kumpulan kitab kanonik atau yang resmi diterima oleh gereja. Dan telah dikanonkan (kanon PB) pada tahun 397 M pada sinode Kartago. Akan tetapi setelah itu, ada saja  yang menulis injil yang tidak sesuai dengan Alkitab, seperti:
Injil Masa Kanak-kanak Yesus yang berbahasa Arab yang ditulis pada abad kelima atau keenam, kita akan membaca tentang Yesus sebagai kanak-kanak yang nakal. Didalamnya terdapat cerita bagaimana Yesus mengubah teman-teman sepermainannya menjadi kambing lalu menjadi kanak-kanak kembali.
Pseudo-Matius, karya antara abad kedelapan dan sembilan, yang menggambarkan kanak-kanak Yesus sebagai anak yang berpikiran sudah matang dan melakukan mukjizat. 
Pada abad ke-18, kaum rasionalis meragukan apakah memang Yesus sebenarnya bangkit dari kematian-Nya  yang tertulis dalam Injil Sinoptik atau sebenarnya Ia hanya pingsan.  

Pentingnya Kanon dalam keKristenan dan Gereja
Gereja atau jemaat merupakan persekutuan Kristen didunia atau kumpulan orang yang berkumpul atas panggilan pembawa berita. Masyarakat menurut seorang ahli yang bernama Thomas H. Groome yaitu sekelompok orang yang tinggal bersama-sama, di lembagakan dan diatur secara terorganisasi yang memberikan keberadaan diri mereka untuk bersama-sama. Dan Alkitab ialah kumpulan kitab yang diakui sebagai kitab kanonik dan diakui sebagai Firman Allah oleh Gereja Kristen, gereja-gereja reformasi menyatakan hanya Alkitab satu-satunya instansi final dalam persoalan mengenai dogma dan hidup. Dan bagi pengertian Kristen, Alkitab adalah satu-satunya sumber ajaran tentang Allah, didalam Alkitab kita menemukan penyataan Allah tentang diri-nya sendiri. 
Dalam pemakaian Yunani, kanon (κανοη) diartikan sebagai tulisan-tulisan kudus, namun dalam bahasa Latin  menjadi sebutan bagi Alkitab itu sendiri. Origenes memakai kata “kanon untuk menunjukkan apa yang kita sebut “peraturan iman” yaitu standar yang kita pakai untuk mengukur dan mengevaluasi.... Dan dengan begitu, kanon sangatlah penting dalam kehidupan keKristenan dan Gereja, karena kanon :
Dipakai agar kita tahu tentang ibadah yang benar,
Sebagai pembimbing, pedoman, standard, atau tolak ukur yang dapat diandalkan mengenai apa yang harus dipercayai, dan bagaimana harus bertingkah laku dalam kehidupan. 
Kanon berfungsi untuk menggambarkan hubungan yang unik antara PL dan PB dan untuk menentukan ruang lingkup sejarah ini dengan membentuk proses gereja dan keKristenan. Ini memberikan suatu kualitas khusus untuk segmen tertentu sejarah yang dianggap normatif (peraturan) bagi semua generasi masa depan ini komunitas iman. 
Untuk berbicara tentang Alkitab sebagai kanon adalah untuk menekankan fungsinya sebagai firman Allah dalam konteks iman dari persekutuan umat percaya. 
Kanon berusaha untuk melestarikan kewenangan saksi keseluruhan (bukti-bukti dari PL dan PB) dan menolak semua upaya untuk menetapkan ketidaksetujuan dari  berbagai nilai teologis dari lapisan yang berbeda (menyimpang) dari Alkitab atas dasar sastra atau sejarah penilaian. 
Kanon menetapkan parameter sejarah yang unik yang memiliki baik awal dan akhir.
Kanon berfungsi sebagai jaminan bahwa bahan Alkitab ialah sebagai kata abadi Allah yang menjadi dasar bagi setiap generasi baru.
Kanon menetapkan landasan dari mana tafsir yang digunakan, bukan sebagai penghalang dimana pemikiran teologis yang kreatif terputus. 
Suara dari Allah terdapat di dalam Alkitab dan itu tidak terdapat di dalam buku-buku yang lainnya, karena kanon mempunyai sifat yaitu kerelevanan bagi semua orang yang mana Firman Tuhan tersebut ditujukan. 

Jadi, dapat dikatakan bahwa kanon berisikan kitab-kitab yang berstatus kanonis yang mengisyaratkan bahwa kanon adalah daftar kitab-kitab berotoritas, bukan daftar berotoritas dari kitab-kitab, karena nilai dan otensitas dari kitab-kitab sebagai saksi-saksi tentang Yesus Kristus bukan karena suatu konsili gereja menyatakan kitab-kitab itu berstatus kanonis.  Dengan adanya kanon menunjukkan bahwa Orang Kristen itu satu dengan memiliki satu standard mengenai Firman Tuhan atau sebagai benteng bagi gereja dan keKristenan. Dan dengan kesadaran akan pentingnya kanon, gereja  sepanjang zaman berani menolak kalau ada ajaran-ajaran yang datang, misal adanya adanya tulisan palsu mengenai kebangkitan Kristus, dengan begitu sebagai orang Kristen yang percaya kita memiliki tujuan yang  sangat jelas.



Refleksi Teologis 
Dari pemaparan diatas mengenai kesadaran pentingnya kanon dalam keKristenan dan gereja, kami dapat menarik refleksi teologis dari kitab 2 Timotius 3:14-15 yang berbunyi: Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini dengan mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memebri hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus.  Hendaklah kita sadar bahwa Alkitab ialah kitab yang telah dikanonkan yang ditulis oleh orang-orang yang diberi ilham oleh Allah dan tuntunan oleh Roh Kudus, jadi jangan pernah percaya akan kitab yang tidak sesuai dengan Alkitab.

Aksi 
Dalam dewasa ini, dengan era globalisasi, kemajuan dari teknologi dan tingkat intelektual yang sangat tinggi, ada banyak hal yang dapat membuat iman kita goyah. Dalam kehidupan kita ini, kita harus mampu untuk berpegang teguh pada Alkitab, jadikanlah Alkitab sebagai pedoman (tolak ukur) dalam kehidupan di dalam dunia yang fana ini. Biarlah kebenaran Allah tetap terpancar dalam diri kita.

KESIMPULAN
Kata kanon  berasal dari akar kata reed (dalam bahasa Inggris cane), kanon berasal dari bahasa Yunani yang berarti gelagah yang dipakai dalam arti ukuran, kemudian istilah itu diambil alih oleh kebudayaan Yunani/ Romawi dengan bentuk Kanon (Yunani) dan Canon (Romawi) yang berarti alat pengukur. Jikalau sebuah tulisan memenuhi patokan sebagai ajaran yang resmi, tulisan itu akan diterima sebagai tulisan yang suci. Kanon Alkitab adalah kumpulan kitab yang diyakini memiliki otoritas sebagai Firman Allah dan layak menjadi tolak ukur bagi iman umat. Proses pengkanonan Alkitab atau yang biasa dikenal dengan istilah Kanonisasi merupakan sebuah proses yang berlangsung selama berabad-abad yang dimana melibatkan diskusi yang rumit mengenai kitab mana yang dianggap berwibawa dan yang mana tidak. Alkitab adalah tolak ukur bagi agama Kristen, dan yang menceritakan mengenai Allah dan Karya-Nya dan Alkitab itu ialah kanon itu sendiri. Kanon sangatlah penting dalam kehidupan keKristenan dan Gereja, karena kanon ialah landasan dalam kehidupan keKristenan dan gereja.



DAFTAR PUSTAKA
Blommendaal, J., Pengantar kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2009
Bruce, F. F, The Canon of Scripture, Amerika: Intervasity Press, 1988
Childs, Brevard S., Interpretation of Prophetcy, Philadephia: Fortress Press, 1975
Duyverman, M. E., Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 2009
Erhman, Bart D., Misqouting Jesus, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005
Groome, Thoomas. H., Christian Religious Education, Jakarta: BPK-GM, 2010
Karman, Yonky, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2005 
Leiman, Z., The Canonization of Hebrew Scripture, Ensiklopedia Alkitab Alkitab Masa Kini jilid A-L, Jakarta: Bina Kasih, 2007 
Ludji, Barnabas, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama, Bandung: Bina Media Informasi, 2009
McDowell, Josh, Apolegetika, Malang: Gandum Mas, 2002 
Metzger, Bruce M., The Canon of The New Testament: Its Origin and Significance, Oxford: Calrendum, 1987
OFM, C. Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: KANISIUS, 1988 
Ramadhani, Deshi, Menguak  Injil-Injil Rahasia, Yogyakarta: KANISIUS, 2007 
Irma Farma Pasaribu, Kesadaran Pentingnya Kanon dalam keKristenan dan Gereja dalam rekaman kuliah oleh Pdt. Dr. Jonriahman Sipayung, Medan: STT Abdi Sabda, 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Renungan...

Dengarkan dan Lakukan Nats : “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” [ayat 28] Ada satu p...