Kontroversi Doktrin Sakramen Baptisan(Lutheranisme, Calvinis, Anabaptisme, Adventis, Bala Keselamatan, Saksi Jehova dan Mormonisme)
I. PENDAHULUAN
Baptisan adalah persoalan yang penting di dalam doktrin gereja, sampai zaman gereja pada saat ini baptisan masih menjadi kontroversi dan baptisan adalah doktrin yang penting dalam kehidupan bergereja dan perbedaan akan pemahaman baptisan inilah yang berakibat perpecahan didalam jemaat Allah itu sendiri. Perbedaan akan pemahaman mulai dari apa makna baptisan itu sendiri, bagaimana cara pelaksanaannya, siapa yang berhak untuk menerima baptisan, siapa yang berhak melayankan baptisan, siapa yang tokoh dari baptisan yang ada dan pertanyaan-pertanyaan seputar baptisan tersebut. Dan pada kesempatan ini, saya akan mencoba memaparkan mengenai kontroversi doktrin sakramen Baptisan di dalam gereja yang aliran Lutheranisme, Calvinis, Anabaptisme, Adventis, Bala Keselamatan, Saksi Jehova dan Mormonisme. Semoga sajian ini dapat berguna bagi kita semua dan dapat memperdalam wawasan kita yang berguna di dalam pelayanan kita.
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sakramen Baptisan
2.1.1 Pengertian Sakramen
Kata sakramen sendiri tidak diambil dari Alkitab melainkan dari tradisi Roma, yaitu dari kata sakramentum. Kata “sakramen” mempunyai 2 arti yaitu pertama, berhubungan dengan sumpah prajurit dan yang kedua, berhubungan dengan uang jaminan. Oleh karena itu, sakramen yang dijabarkan dari kata sacer yang artinya kudus. Mengandung arti segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat misterius (rahasia), yang kudus atau berhubungan dengan para dewa. Berhubungan dengan itu maka kata sakramen pun dipandang sebagai terjemahan dari kata Yunani mysterion. Di dalam gereja sendiri awalnya yang disebut dengan sakramen adalah segala rahasia yang bersangkut paut dengan Tuhan Allah serta penyertaan-Nya yaitu upacara-upacara kebaktian dan lain-lain. Oleh karena lama kelamaan pengertian sakramen itu bersangkut paut dengan hidup kekristennan, maka pada zaman pertengahan orang membatasi secara tegas pengertian antara sakramen dan sakramentalia.
2.1.2 Pengertian Baptisan
Baptisan berasal dari bahasa Yunani yaitu “βαπτισω” (baptiso) yang berarti membenamkan, mencuci ataupun membaptis. Bila kata βαπτις diikuti dengan proposisi εις maka baptisan itu mengindikasikan bahwa seorang yang dibaptis menjadi “milik kepunyaan Tuhan” (Mrk. 10:38). Dalam bahasa Yunani, kita temukan beberapa kata yang mengandung kata “baptis”:
1. βαπτω yang artinya to dip: mandi, masuk ke dalam air, berenang, mencedok air; βαπτισω yang artinya to dip, immerse, membenamkan, mencelupkan, to clean or to purify by washing: membersihkan atau memurnikan melalui pembasuhan;
2. βαπτισμα yang artinya immersion: pembaptisan, baptism: membaptiskan;
3. βαπτισμος yang artinya an act of dipping or immersion: pembenaman atau pencelupan, an ablution: pembersihan, pencucian;
4. βαπτιστης yang artinya one who baptizes: orang yang dibaptiskan.
Baptisan dalam sejarah kekristenan dapat juga diartikan sebagai sakramen yang dilakukan untuk menerima seseorang menjadi anggota gereja. Hal ini didasarkan pada perintah Yesus Kristus yang tertulis dalam Matius 28:19-20; Yohanes 3:5 dan Kisah Para Rasul 8:13, 10:33. Baptisan merupakan salah satu dogma gereja yang paling prinsipil, maka wajib diketahui, dipahami, dimengerti dan dihormati oleh setiap orang percaya. Baptisan adalah tanda dan bukti “keanggotaan” sebagai umat Kristen. Siapa yang masuk menjadi anggota gereja Kristen, ia menerima tanda baptisan itu dan ia menggabungkan diri ke dalam persekutuan gereja.
Baptisan adalah dogma atau ketentuan masing-masing denominasi gereja yang dirumuskan berdasarkan kepercayaan atau keyakinan imannya terhadap pernyataan Allah sebagaimana telah diilhamkan di dalam Alkitab. Oleh karena itu, maka setiap warga gereja yang percaya harus memegang teguh ajaran itu dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian, baptisan merupakan suatu upacara Kristen yang memasukkan seseorang kedalam persekutuan Kristus dan juga ke dalam persekutuan gereja.
2.2 Praktek Baptisan Dalam Alkitab
Baptisan pertama kali dalam Alkitab, dilakukan dengan air oleh Yohanes Pembaptis (lih. Mat 3:5-12; Yoh. 3:2). Baptisan ini dikuatkan dengan kepatuhan Kristus untuk memberi diri dibaptis. Kemudian oleh Yesus Kristus ditetapkan sebagai peraturan jemaat Kristen (Mat. 28:9-20; Mrk. 16:15-16). Harus dilakukan didalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat. 28:19). Yohanes Pembaptis digambarkan sebagai perintis jalan bagi Yesus. Ketika Yohanes dijebloskan ke dalam penjara, hal ini menjadi tanda bagi awal pelayanan Yesus di Galilea (Mrk. 1:14). Kemudian aktivitasnya membaptis merupakan titik permulaan bagi pemberitaan rasuli (Kis. 10:37; 13:24 dan Mrk. 11:1-4). Hal ini tidak terlepas dari peristiwa dimana Yesus Kristus juga meminta dirinya untuk dibaptis yang mana seperti yang disaksikan penulis kitab Injil, hal ini dilakukanNya demi menggenapkan kehendak Allah. Amanat agung yang dikatakan Yesus bahwa “Karena itu pergilah, jadikannlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” bermakna bahwa amanat Yesus untuk membaptis adalah agar menjadikan semua bangsa sebagai murid-murid-Nya. Dan Yesus mengamanatkan kepada murid-murid-Nya untuk menjadikan semua bangsa dengan cara membaptis dan mengajar mereka. Kemudian baptisan itu diikuti rumus Trinitas: dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus yang menggambarkan makna teologis dari arti sakramen ini yaitu bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus yang membaptis.
2.3 Kontroversi Mengenai Baptisan
2.3.1 Sakramen Baptisan Menurut Lutheranisme
2.3.1.1 Latar Belakang Gereja Aliran Lutheranisme
Lutheranisme adalah aliran yang berpegang pada ajaran-ajaran Luther. Tokohnya adalah Martin Luther yang lahir pada 10 November 1483 di Eisleben, Jerman dan meninggal dalam usianya ke-62 tahun pada tanggal 18 Februari 1546 di Eisleben. Ia adalah seorang tokoh reformator gereja di Jerman pada abad ke-16, yang mendasari timbulnya reformasi Martin Luther adalah perbedaan antara ajaran atau teori dengan praktek gereja Katolik Roma dengan Alkitab. Firman dan sakramen adalah kata-kata kunci dalam kehidupan gereja-gereja Lutheran dan memang merupakan pusat ajaran Luther. Penghargaan sakramen tertinggi terletak kepada Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus.
2.3.1.2 Baptisan Menurut Gereja Aliran Lutheranisme
Reformasi yang dilakukan Martin Luther tidak 100 % terlepas dari konsep sakramen Roma Katolik. Dari 7 (tujuh) sakramen yang terdapat di dalam GKR, dan Luther 2 (dua) sakramen, yaitu Baptisan dan Perjamuan Kudus. Luther menganggap air yang dipakai dalam baptisan adalah air yang telah menjadi air kehidupan, suatu pembasuhan kelahiran kembali melalui firman dengan kekuatan Ilahi didalamnya bukan hanya sebagai air biasa. Dan baptisan dilayankan oleh seorang pendeta.
Martin Luther menganggap bahwa baptisan adalah karya Allah, sehingga tidak ada alasan untuk mengulangnya. Seperti sebuah emas yang dipakai oleh seorang pelacur tetap saja menjadi emas sekalipun dipakai oleh pelacur dalam dosa dan aib. Dalam Katekismus Besar Martin Luther, baptisan menurutnya diadakan oleh karena Allah yang memerintahkannya (sabda-Nya) dan sebagaimana ia datang ke sakramen itu bukan karena iman sendiri. Semua kebenaran ini, bergantung kepada Firman dan perintah Allah. Baptisan dalam pemahaman Luther (Lutheranisme), berkaitan dengan perjanjian Allah maka siapa dibaptis akan mendapat bagian di dalam keselamatan (kesukaan besar), maksudnya di dalam kematian dan kebangkitan Kristus (baptisan) kita di bebaskan dari dosa, maut dan iblis, dan masuk ke dalam kerajaan Kristus dan hidup bersama Dia selama-lamanya. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Pengakuan Lutheran mengenai baptisan adalah perlu untuk keselamatan, sebab tanpa baptisan orang tidak mendapat bagian dalam keselamatan yang dijanjikan di dalamnya.
Menurut Martin Luther baptisan anak tidaklah salah, karena menurutnya bahwa tidak perlu orang mempunyai kematangan iman untuk menerima baptisan, sebab bukanlah iman yang menjadikan baptisan efektif tetapi janji Allah. Luther menyetujui baptisan anak dengan alasan teologis yaitu Roh Kudus melalui gereja-Nya telah memberikan keselamatan pada orang berdosa termasuk kepada bayi (anak). Lutheranisme menyetujui baptisan darurat dan baptisan di rumah pribadi, karena menganggap baptisan perlu untuk keselamatan. Menurut Lutheranisme baptisan adalah karya keselamatan dari Allah yang diberikan sebagai anugerah. Baptisan bukanlah perbuatan kita, melainkan suatu harta Allah berikan kepada kita.
2.3.2 Sakramen Baptisan Menurut Calvinis
2.3.2.1 Latar Belakang Gereja Aliran Calvinis
Ada seorang tokoh lagi yang berpengaruh pada Swis. Pemimpinnya yang termahsyur adalah Calvin. Yohanes Calvin lahir pada tanggal 10 Juli 1509 di kota Noyon dan pada tanggal 27 Mei 1564 ia meninggal. Calvin menjadi seorang reformator gereja karena ia diundang untuk ikut mereformasikan gereja di Jenewa, Swis, sebuah kota yang bebas. Ia adalah seorang pendeta disana pada tahun 1536-1538, ia menjalankan disiplin gereja yang keras, baik dalam ajaran dan kelakuan jemaat. Acuan dalam pengajarannya adalah Alkitab. Tahun 1535-1536 di Basel, Calvin menyelesaikan bukunya yang berjudul “Institutio” yaitu Pengajaran Agama Kristen. Namanya dikenang sepanjang sejarah gereja di seluruh dunia dengan terpatrinya gereja aliran Calvinis.
2.3.2.2 Baptisan Menurut Gereja Aliran Calvinis
Dalam ajaran tentang sakramen, Calvin menempuh jalan tengah antara Luther dan Zwingli. Baginya, sakramen adalah tanda lahiriah (symbolum) yang dipakai Allah untuk memateraikan dalam batin kita janji-janji akan kerelaan-Nya terhadap kita. Bagi Calvin, baptisan seperti sunat, adalah suatu perjanjian. Arti baptisan dalam buku Yohannes Calvin yang berjudul Institutio adalah tanda bahwa kita telah diterima masuk ke dalam persekutuan gereja. Dengan kata lain, Baptisan merupakan tanda pengampunan dan hidup baru, kita telah ikut serta dalam kematian dan kebangkitan Kristus dan kita telah menjadi satu dengan Dia. Baptisan bukanlah syarat untuk beroleh keselamatan melainkan materai yang menandakan seseorang telah memperoleh pengampunan dosa dan keselamatan pada salib Kristus. Baptisan dilayankan di dalam ibadah jemaat oleh pejabat gereja yang diberi wewenang oleh gereja, karena Kristus tidak memerintahkan sembarang orang untuk membaptis tetapi perintah itu diberi-Nya kepada mereka yang telah diangkat-Nya sebagai rasul. Pejabat gereja yang dimaksud adalah pendeta. Dan Calvin dengan tegas menolak “baptisan darurat”, yaitu pelayanan baptisan kepada anak yang terancam maut oleh siapa saja (bidan, warga gereja lainnya yang bukan pendeta), karena keselamatan anak yang meninggal sebelum dibaptis tidak perlu diragukan. Keselamatan terjamin karena janji Allah bahwa Ia menjadi Allah orang percaya dan keturunannya. Itulah dasar keselamatan, bukan dari air baptisan.
2.3.3 Sakramen Baptisan Menurut Anabaptisme
2.3.3.1 Latar Belakang Gereja Aliran Anabaptisme
Anabaptis yang berasal dari bahasa Yunani yaitu ana dan baptizo yang berarti membaptiskan kembali. Kata ini dipergunakan untuk menunjuk berbagai kelompok Kristen yang di Eropa pada abad ke-16 yang menolak anak-anaknya untuk dibaptiskan. Mereka menekankan baptisan dewasa. Nama ini merupakan nama sindiran yang diberikan kepada mereka oleh orang-orang karena mereka menolak baptisan anak sebagai baptisan yang benar. Anabaptis pertama kali muncul di sekitar Zurich yakni setelah reformasi Zwingli pada awal decade 1520-an. Gerakan ini berpusat pada sekelompok individu yang menyatakan bahwa Zwingli tidak setia pada reformasi sendiri. Kelompok ini tidak hanya menolak Gereja Katolik Roma tetapi juga kelompok-kelompok yang mengikut kebiasaan lama. Pada tanggal 21 Januari 1525, kelompok kecil yang dipimpin oleh Concrad Grebel berkumpul mengadakan penelaahan Alkitab. Dan ada seorang pesertanya yang benama George Cajacob meminta supaya Grebel melayankan baptisan yang benar atas dirinya yang sesuai dengan amanat Alkitab, Grebel pun membaptis. Peristiwa inilah yang dipahami sebagai hari lahir Anabaptisme.
2.3.3.2 Baptisan Menurut Gereja Aliran Anabaptisme
Anabaptis yang berasal dari bahasa Yunani yakni ανα dan βαπτισω yang berarti membaptis kembali. Mereka menegaskan bahwa jemaat Kristen hanya boleh berdiri sendiri dari orang-orang yang percaya saja. Mereka hanya menekankan kepada baptisan kepada orang percaya (dewasa) saja. Alkitab sangatlah mereka hargai (setidak-tidaknya PB). Seperti halnya yang tertulis dalam Markus 16:16 “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan”. Inilah dasar mereka, maka orang dewasa saja yang bisa dibaptis. Harus percaya dulu baru diselamatkan, karena bagi mereka hanya orang dewasa saja yang boleh mengakukan iman kepercayaan, sedangkan anak-anak belum dapat mengakukan iman kepercayaan tersebut dan mereka menolak penggunaan kekerasan. Bagi mereka iman Kristen itu bebas dianut atau kemauan sendiri, bukan dipaksakan. Pembenaran oleh iman berarti bahwa hanya pribadi yang cukup dewasa untuk memiliki iman yang sadar dan dapat mengambil keputusan bagi dirinyalah yang boleh dibaptis. Mereka yang hidupnya menampakkan buah-buah iman yang layak dihimpun ke dalam gereja.
Orang-orang dibaptis kembali dan menuju kepada aspek yang paling khas dimana kebiasaan Anabaptis memiliki pendirian bahwa orang yang melakukan pengakuan iman pribadi yang boleh dibaptis. Bahwa baptisan sebagai tanda yang memateraikan iman dan tanda keselamatan yang telah diberikan Allah kepada semua orang yang dipilih sebelum mereka lahir. Oleh karena itu, mereka menolak baptisan anak-anak, baptis itu bukan untuk anak-anak tetapi bagi mereka yang percaya saja. Baptisan itu adalah bukti kelahiran baru yang harus diperlihatkan dalam upaya yang sungguh-sungguh untuk hidup yang sudah mengikatkan diri sepenuhnya kepada Kristus sebagai Tuhan. untuk itu, pribadi-pribadi yang layak dibaptis yaitu orang yang mengaku Kristus dan mereka yang dapat ambil bagian di dalam gereja dan hal inilah yang secara kuat didukung dalam Perjanjian Baru.
Cara baptisan yang mereka yakini yaitu adalah baptisan selam, dalam pendapat mereka bahwa selam yang diikuti oleh munculnya kembali seseorang dari dalam air merupakan cara pembaptisan yang paling tepat. Cara seperti ini menurut mereka sebagai cara yang mutlak perlu dalam baptisan, sebab ritual ini dimaksudkan menjadi lambang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dan juga kematian dan kebangkitan orang yang dibaptiskan itu bersama Kristus. Orang baptis menekankan bahwa sesungguhnya Tuhan memerintahkan baptisan selam dan mereka yang melakukan baptisan selain dengan cara selam berarti tidak taat kepada otoritas Tuhan. Anabaptis menekankan beberapa hal tentang baptisan baptisan, yaitu:
1. Baptisan bukan untuk anak-anak, tetapi bagi mereka yang secara sadar memilih menjadi Kristen.
2. Orang percaya yang sudah dibaptis tetapi berbuat dosa lagi dan tidak mau mengoreksi diri akan dikucilkan dari persekutuan.
Dan yang berhak melayankan baptisan adalah pendeta. Gereja Anabaptis tidak mengenal baptisan darurat. Baptisan dalam gereja ini dapat terlihat dalam kutipan dari Pengakuan Iman Schleithem pada tahun 1527 yaitu mengenai baptisan. Dan gereja Anabaptis tidak menggunakan istilah sakramen, melainkan penetapan (ordinances) alasannya adalah sesuai dengan semboyan imamat am semua orang percaya bukah hanya pendeta yang berhak melayankan upacara-upacara gerejawi melainkan juga warga jemaat, dengan demikian mereka meniadakan sifat sakramental dari upacara-upacara gerejawi itu maupun dari petugas yang melayankannya. Yang menjadi upacara gerejawi adalah penetapan yang terdapat dalam Perjanjian Baru yang dilakukan Yesus dan para rasul.
2.3.4 Sakramen Baptisan Menurut Adventis
2.3.4.1 Latar Belakang Gereja Aliran Adventis
Gereja Advent pertama sekali lahir di benua Amerika, khususnya Amerika Serikat. Memasuki abad ke-19, kekristenan Amerika terutama bercorak Kristen Protestan dan sebelumnya (abad ke-18) mengalami kebangunan besar dan terdapat kemajemukan serta kebebasan beragama. Salah satu tokohnya adalah Willem Miller, yang menafsirkan kitab Daniel 8:14 dan 9:24 tentang penanggalan kedatangan Yesus kedua kalinya membuat ia sampai pada kesimpulan bahwa Kristus akan datang kembali pada tahun 1843 atau selambat-lambatnya tahun 1844. Lebih tepatnya antara 21 Maret 1843 dan 21 Maret 1844, kendati terdapat kekhilafan dan kesalahan dalam perhitungan, namun sejak saat itu ada golongan Adventis yang berpusat di Tahoma Park, Washington DC.
2.3.4.2 Baptisan Menurut Gereja Aliran Adventis
Berbicara mengenai Baptisan, mereka mengakui iman atas kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dan mempersaksikan kematian kita terhadap dosa dan niat kita menjalani hidup baru. Baptisan adalah lambang kesatuan dengan Kristus, pengampunan dosa dan penerimaan kita atas Roh Kudus. Itu dilakukan dengan menyelam di dalam air dan disatukan dengan pengikraran iman kepada Yesus dan merupakan bukti penyesalan atas dosa itu. Itu dilakukan setelah pengajaran Kitab Suci dan menerima ajaran-ajarannya. Baptisan adalah simbol kematian dan kebangkitan Kristus, lambang kematian terhadap dosa dan hidup untuk Allah, simbol untuk sebuah hubungan perjanjian, lambang pengabdian kepada pekerjaan Kristus dan tanda masuk ke dalam jemaat. Syarat untuk menerima baptisan adalah iman dan pertobatan. Hanya orang yang telah bertobat dan ingin mengakukan imannyalah yang bisa menerima baptisan. Itulah sebabnya gereja Advent tidak mengakui adanya baptisan anak karena anak-anak dianggap belum memiliki perubahan pengalaman dan tidak memenuhi syarat untuk baptisan.
2.3.5 Sakramen Baptisan Menurut Bala Keselamatan
2.3.5.1 Latar Belakang Aliran Bala Keselamatan
Pada zaman ratu Victoria di Inggris sekitar tahun 1837, sebagian besar penduduk Inggris yang bermukim di pedesaan yang pekerjaannya adalah bertani. Lahirnya revolusi industri di Inggris. Dalam keadaan seperti ini muncullah William Booth dengan Bala Keselamatan yang disingkat dengan BK (yang merupakan terjemahan dari Inggris, Salvation Army). Bala Keselamatan ini juga merupakan sebuah organisasi Kristen internasional yang bergerak dalam penginjilan dan pekerjaan sosial. Organisasi yang didirikan pada tahun 1865 di Inggris dengan pimpinan tertinggi yaitu jenderal. Mereka mudah dikenali melalui uniform (pakaian lengkap).
2.3.5.2 Baptisan Menurut Aliran Bala Keselamatan
Pertama yang perlu dicatat bahwa William Booth (bersama istri-Catherine) sebagai (mantan) pendeta di gereja Metodis pada mulanya mengakui dan melayankan kedua sakramen (Baptisan dan Perjamuan Kudus). Anak-anak mereka semua dibaptis. Para pengikutnya yang dulunya merupakan anggota gereja lain yang telah mengikuti dan menerima sakramen sehingga dianggap wajar. Namun sejak 1880-an, terutama sejak keputusan William Booth tanggal 2 Januari 1883, BK tidak lagi melayankan ataupun mengakui kedua sakramen itu. Dalam BK, sakramen dipandang sebagai simbol persekutuan dengan Allah, tidak perlu melalui upacara-upacara formal-ritual dan di dalam Alkitab tidak terdapat nats yang secara nyata memperlihatkan bahwa Tuhan Yesus menetapkan upacara-upacara tertentu sekalipun terdapat perintah-Nya untuk membaptis dan mengadakan Perjamuan Kudus, bagi BK itu bukanlah hal yang mutlak yang harus dilaksanakan oleh pengikut-Nya. Dan persekutuan dengan Allah dapat dilakukan melalui Roh Kudus yang memasuki hati.
2.3.6 Sakramen Baptisan Menurut Saksi Jehova
2.3.6.1 Latar Belakang Aliran Saksi Jehova
Menjelang pada abad ke-19 iklim keagamaan membawa kepada tingkat meningkatnya kewaspadaan Kristen. Salah satunya adalah Saksi Jehova yang merupakan suatu sekte dalam kekristenan yang bersifat milenaris (mengacu pada kerajaan seribu tahun) dan apokaliptik. Sekte didirikan oleh Charles Taze Russel. Dalam menyampaikan kabar sukacita Allah, ia tidak hanya berkhotbah keliling tetapi juga ia lakukan adalah menulis khotbahnya dalam sebuah majalah Watch Tower. Dan nama Saksi Jehova memiliki makna deskriptif, menunjuk bahwa mereka memberikan kesaksian tentang Yehuwa, keIlahian-Nya, dan maksud tujuan. Dan pada tanggal 26 Juli 1931, Rutherford yang merupakan presiden kedua Watch Tower berbicara suatu nama baru yaitu Saksi-Saksi Yehuwa berdasarkan kepada Yesaya 43:10 “ Kamulah saksi-saksi-Ku, demikian firman Yehuwa, dan Akulah Tuhan”. Mulai saat itulah nama mereka berubah dari siswa-siswa Alkitab jadi Saksi Yehuwa.
2.3.6.2 Baptisan Menurut Aliran Saksi Jehova
Baptisan tidak dilaksanakan digedung pertemuan atau ibadah, melainkan di sungai, danau, laut atau tempat mandi buatan, dimana seluruh tubuh yang dibaptiskan diselamkan. Sebelum tahun 1972, setiap orang yang merasa siap bisa segera dibaptis tetapi sejak tahun 1972, telah ada persiapan oleh penatua jemaat dan calon baptisan. Sejak tahun 1983, calon baptisan harus mengikuti katekisasi. Baptisan bukanlah pembasuhan dari dosa karena hal itu hanya terjadi melalui iman kepada Yesus Kristus. Jadi, baptisan adalah demonstrasi terbuka yang mempersaksikan bahwa seseorang telah menjalankan pengabdian yang khidmat kepada Allah dan sekarang sedang mempersembahkan dirinya kepada-Nya. Baptisan bukanlah hal sepele, sebelum seseorang menerima baptisan, ia harus mendengar firman, memeluknya dengan sepenuh hati, bertobat dari dosa dan mengakui perlunya keselamatan melalui Kristus. Baptisan adalah lambang bahwa seseorang mati berkenaan dengan jalan hidupnya dahulu dan hidup kembali untuk melakukan kehendak Allah. Hanya pejabat Saksi Jehova yang diberi wewenanglah yang boleh membaptis yaitu penatua jemaat. Dan setiap Saksi Jehova dibaptis di dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.
2.3.7 Sakramen Baptisan Menurut Mormonisme
2.3.7.1 Latar Belakang Gereja Aliran Mormonisme
Nama popular untuk Gereja Orang-orang Suci Zaman Akhir (The Church of Jesus Christ of the Latter-Day Saints). Gereja ini didirikan dan diprakarsai oleh pendiri dan nabi, Joseph Smith (1805-1844) di Manchester, New York pada 6 April 1830. J. Smith menyatakan bahwa ia telah menemukan Kitab Mormon lewat suatu wahyu dari Allah. Kitab ini menjadi kitab suci gereja ini di samping Alkitab. Pada tahun 1844, ia dibunuh komplotan dan diganti oleh Brigham Young (1801-1877). Young memindahkan kantor pusat ke Salt Lake City, Utah pada tahun 1847.
2.3.7.2 Baptisan Menurut Gereja Aliran Mormonisme
Menurut Mormonisme, kematian Yesus tidak dapat menyelamatkan orang lain, melainkan hanya Adam saja. Keselamatan yang sesungguhnya hanya diperoleh melalui ketaatan kepada peraturan-peraturan, sakramen-sakramen dari Mormon dan perbuatan baik. Baptisan ini dilakukan oleh orang yang mempunyai wewenang sebagai imam Mormon dapat menghapus dosa. Dengan kata lain, baptisan adalah syarat mutlak untuk mendapat keselamatan. Oleh karena itu, mereka menyakini tatkala dalam melakukan baptisan adalah orang sudah mampu untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka mulai pada usia 8 tahun. Menurut mereka, usia delapan tahun sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat dan telah mengerti akan perintah Tuhan. Mereka harus mempunyai iman dulu baru dibaptis. Mereka mempraktikkan baptisan selam.
Dan dalam ajaran Mormonisme juga terdapat baptisan orang mati. Joseph Smith sekali waktu berkata bahwa tanggung jawab terbesar di dunia ini yang diberikan Allah kepada kaum Mormon adalah mencari orang yang telah mati, agar mereka juga diselamatkan dengan acuan nats Alkitab Matius 16:18-19; 1 Kor. 1:29 dan Maleakhi 4:6. Ia katakan bahwa Baptisan dengan air, diselamkan kedalamnya untuk menampakkan keserupaan dengan orang mati, sehingga prinsipnya: diselamkan ke dalam air dan keluar dari dalamnya adalah serupa dengan kebangkitan orang mati tatkala keluar dari lubang kuburnya. Cara pembaptisan orang mati itu dilaksanakan: Pertama, ditentukanlah siapa diantara orang mati yang akan dibaptis, lalu dipihlah warga Mormon untuk mewakilinya. Wakil itu harus membersihkan diri lalu mengenakan pakaian putih. Baptisan ini dilakukan di Bait Suci, wakil diselamkan ke dalam bak yang bersandar di atas punggung patung 12 ekor lembu jantan, lalu kitab Injil dibacakan.
III. KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas, dapat terlihat adanya perbedaan mengenai sakramen Baptisan di dalam setiap aliran gereja, maka diambil kesimpulan:
Lutheranisme,
Tokoh dalam doktrin Baptisan adalah Marthin Luther. Penamaan adalah sakramen. Tempat Pelaksanaan adalah gereja. Teknik Pelaksanaan adalah percik. Luther menganggap air yang dipakai dalam baptisan adalah air yang telah menjadi air kehidupan, suatu pembasuhan kelahiran kembali melalui firman dengan kekuatan Ilahi didalamnya bukan hanya sebagai air biasa. Atau dengan kata lain, perubahan wujud dalam Baptisan adalah Konsubstansiasi (Yesus benar-benar hadir di dalam air itu). Dan baptisan dilayankan oleh seorang pendeta. Baptisan dalam pemahaman Luther (Lutheranisme), berkaitan baptisan adalah perlu untuk keselamatan, sebab tanpa baptisan orang tidak mendapat bagian dalam keselamatan yang dijanjikan di dalamnya. Menurut Martin Luther baptisan anak tidaklah salah, karena menurutnya bahwa tidak perlu orang mempunyai kematangan iman untuk menerima baptisan, sebab bukanlah iman yang menjadikan baptisan efektif tetapi janji Allah. Lutheranisme menyetujui baptisan darurat dan baptisan di rumah pribadi, karena menganggap baptisan perlu untuk keselamatan.
Calvinis,
Tokoh dalam doktrin Baptisan adalah Yohanes Calvin. Penamaan adalah sakramen. Kedudukan atau nilai dari firman adalah lebih rendah. Penerima Baptisan adalah anak (bayi). Tempat Pelaksanaan adalah gereja. Teknik Pelaksanaan adalah percik. Dalam ajaran tentang sakramen, sakramen adalah tanda lahiriah (symbolum) yang dipakai Allah untuk memateraikan dalam batin kita janji-janji akan kerelaan-Nya terhadap kita. Baptisan merupakan tanda pengampunan dan hidup baru, kita telah ikut serta dalam kematian dan kebangkitan Kristus dan kita telah menjadi satu dengan Dia. Baptisan dilayankan di dalam ibadah jemaat oleh pejabat gereja yang diberi wewenang oleh gereja, karena Kristus tidak memerintahkan sembarang orang untuk membaptis tetapi perintah itu diberi-Nya kepada mereka yang telah diangkat-Nya sebagai rasul. Pejabat gereja yang dimaksud adalah pendeta. Dan Calvin dengan tegas menolak “baptisan darurat”, yaitu pelayanan baptisan kepada anak yang terancam maut oleh siapa saja (bidan, warga gereja lainnya yang bukan pendeta), karena keselamatan anak yang meninggal sebelum dibaptis tidak perlu diragukan.
Anabaptisme,
Tokoh dalam doktrin Baptisan adalah Zwingli. Gereja Anabaptis tidak menggunakan istilah sakramen, melainkan penetapan (ordinances). Perubahan wujud dalam Baptisan adalah simbol. Cara kerja adalah sukacita. Kedudukan atau nilai dari firman adalah lebih rendah. Bahwa baptisan sebagai tanda yang memateraikan iman dan tanda keselamatan yang telah diberikan Allah kepada semua orang yang dipilih sebelum mereka lahir. Oleh karena itu, mereka menolak baptisan anak-anak, baptis itu bukan untuk anak-anak tetapi bagi mereka yang percaya saja. Cara baptisan yang mereka yakini yaitu adalah baptisan selam, dalam pendapat mereka bahwa selam yang diikuti oleh munculnya kembali seseorang dari dalam air merupakan cara pembaptisan yang paling tepat. Dan yang berhak melayankan baptisan adalah pendeta. Gereja Anabaptis tidak mengenal baptisan darurat.
Adventis,
Penamaan Baptisan adalah penetapan. Baptisan adalah simbol. Manfaat Baptisan adalah lambang kesatuan dengan Kristus, pengampunan dosa dan penerimaan kita atas Roh Kudus. Itu dilakukan dengan menyelam di dalam air dan disatukan dengan pengikraran iman kepada Yesus dan merupakan bukti penyesalan atas dosa itu. Itu dilakukan setelah pengajaran Kitab Suci dan menerima ajaran-ajarannya. Syarat untuk menerima baptisan adalah iman dan pertobatan. Hanya orang yang telah bertobat dan ingin mengakukan imannyalah yang bisa menerima baptisan. Itulah sebabnya gereja Advent tidak mengakui adanya baptisan anak karena anak-anak dianggap belum memiliki perubahan pengalaman dan tidak memenuhi syarat untuk baptisan. Pelaksana Baptisan adalah pendeta. Baptisan Darurat di dalam Adventis tidak ada.
Bala Keselamatan,
Sejak 1880-an, terutama sejak keputusan William Booth tanggal 2 Januari 1883, BK tidak lagi melayankan ataupun mengakui kedua sakramen itu. Dalam BK, sakramen dipandang sebagai simbol persekutuan dengan Allah, tidak perlu melalui upacara-upacara formal-ritual dan di dalam Alkitab tidak terdapat nats yang secara nyata memperlihatkan bahwa Tuhan Yesus menetapkan upacara-upacara tertentu sekalipun terdapat perintah-Nya untuk membaptis dan mengadakan Perjamuan Kudus, bagi BK itu bukanlah hal yang mutlak yang harus dilaksanakan oleh pengikut-Nya. Dan persekutuan dengan Allah dapat dilakukan melalui Roh Kudus yang memasuki hati.
Saksi Jehova,
Baptisan bukanlah pembasuhan dari dosa karena hal itu hanya terjadi melalui iman kepada Yesus Kristus. Jadi, baptisan adalah demonstrasi terbuka yang mempersaksikan bahwa seseorang telah menjalankan pengabdian yang khidmat kepada Allah dan sekarang sedang mempersembahkan dirinya kepada-Nya. Baptisan bukanlah hal sepele, sebelum seseorang menerima baptisan, ia harus mendengar firman, memeluknya dengan sepenuh hati, bertobat dari dosa dan mengakui perlunya keselamatan melalui Kristus. Baptisan tidak dilaksanakan digedung pertemuan atau ibadah, melainkan di sungai, danau, laut atau tempat mandi buatan, dimana seluruh tubuh yang dibaptiskan diselamkan. Baptisan adalah lambang bahwa seseorang mati berkenaan dengan jalan hidupnya dahulu dan hidup kembali untuk melakukan kehendak Allah. Hanya pejabat Saksi Jehova yang diberi wewenanglah yang boleh membaptis yaitu penatua jemaat. Dan setiap Saksi Jehova dibaptis di dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Mormonisme
Tokoh dari Baptisan adalah Joseph Smith. Baptisan dilakukan oleh orang yang mempunyai wewenang sebagai imam Mormon dapat menghapus dosa. Dengan kata lain, baptisan adalah syarat mutlak untuk mendapat keselamatan. Oleh karena itu, mereka menyakini tatkala dalam melakukan baptisan adalah orang sudah mampu untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka mulai pada usia 8 tahun. Menurut mereka, usia delapan tahun sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat dan telah mengerti akan perintah Tuhan. Mereka mempraktikkan baptisan selam. Dan dalam ajaran Mormonisme juga terdapat baptisan orang mati.
IV. DAFTAR PUSTAKA
….., Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan?, Jakarta: Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab, 2006
Aritonang, Jan Sihar, Berbagai Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2008
Berkhof, H. & I. H Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011
Berkhof, Louis, Teologi Sistematika, Jakarta:BPK-GM, 2007
Bruce, F. F dkk. “Yohanes Pembaptis” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid II (M-Z), Jakarta: YKBK/OMF, 2003
Calvin, Yohanes, Institutio, Jakarta: BPK-GM, 2011
Clinspisman, Ernest F., The New International Dictionary of The Christian Church, Michigan: Zondervan Publishing House, 1987
Curtis, A. Kenneth dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2006
Curtis, A. Kenneth dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2009
End, Th. van den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM, 2010
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 1986
Handoko, Yakub Tri, Kehidupan John Calvin, Medan. Ttp, 2008
Herlianto, Saksi-saksi Yehuwa, Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2004
Jonge, Christian de dan Jan Sihar Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja?, Jakarta: BPK-GM, 2003
Jonge, Christian de, Apa Itu Calvinisme?, Jakarta: BPK-GM, 2011
Jonge, Christian de, Gereja Mencari Jawab, Jakarta:BPK-GM, 2003
Jonge, Christian de, Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2006
Lane, Tony, Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani, Jakarta: BPK-GM, 2006
Lumbantobing, Darwin, Teologi di Pasar Bebas, Pematangsiantar: L-SAPA, 2007
McGrath, Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta: BPK-GM, 2006
Nadeak, Wilson, Apa yang Anda Perlu Ketahui Tentang…-27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah, Bandung: Indonesia Publishing House, 2006
Niftrik, G. C. Van dan B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK-GM, 2008
Pensilwally, Kamus: Yunani-Indonesia, Tarutung, 2005
Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab, Saksi-saksi Yehuwa-Pemberita Kerajaan Allah, (\Jakarta: Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab, 1993
Soedarmo, R., Kamus Istilah Teologi, Jakarta: BPK-GM, 2006
Souter, Alexander, A Pocket Lexicon To the Greek New Testament, Oxford: The Clarendom Press, 1965
Sutanto, Hasan, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru: Jilid II, Jakarta: LAI, 2003
Tappert, Theodore G., Buku Konkord: Konfesi Gereja Lutheran, Jakarta: BPK-GM, 2004
Torrey, R. A., Pedoman Pokok-Pokok Isi Alkitab, Chris J. Samuel, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, ttp
Urban, Linwood, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2009
Verkuyl, J., Aku Percaya, Jakarta:BPK-GM, 2001
Wellem F. D., Riwayat Hidup Singkat dan Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2003
Wellem F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011
Wellem, F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2009
Sumber Lain:
hhtp://danielroom.blogspot.com/2009/09/mormonisme.html, diakses tanggal 05 Oktober 2013
hhtp:www.fica.org/~ficalist/fica/cult/mormon, diakses pada tanggal 05 Oktober 2013