Sabtu, 21 April 2018

Doktrin Baptisan

Kontroversi Doktrin Sakramen Baptisan
(Lutheranisme, Calvinis, Anabaptisme, Adventis, Bala Keselamatan, Saksi Jehova dan Mormonisme)
I. PENDAHULUAN
Baptisan adalah persoalan yang penting di dalam doktrin gereja, sampai zaman gereja pada saat ini baptisan masih menjadi kontroversi dan baptisan adalah doktrin yang penting dalam kehidupan bergereja dan perbedaan akan pemahaman baptisan inilah yang berakibat perpecahan didalam jemaat Allah itu sendiri. Perbedaan akan pemahaman mulai dari apa makna baptisan itu sendiri, bagaimana cara pelaksanaannya, siapa yang berhak untuk menerima baptisan, siapa yang berhak melayankan baptisan, siapa yang tokoh dari baptisan yang ada dan pertanyaan-pertanyaan seputar baptisan tersebut. Dan pada kesempatan ini, saya akan mencoba memaparkan mengenai kontroversi doktrin sakramen Baptisan di dalam gereja yang aliran Lutheranisme, Calvinis, Anabaptisme, Adventis, Bala Keselamatan, Saksi Jehova dan Mormonisme. Semoga sajian ini dapat berguna bagi kita semua dan  dapat memperdalam wawasan kita yang berguna di dalam pelayanan kita.

II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sakramen Baptisan
2.1.1 Pengertian Sakramen
Kata sakramen sendiri tidak diambil dari Alkitab melainkan dari tradisi Roma, yaitu dari kata sakramentum. Kata “sakramen” mempunyai 2 arti yaitu pertama, berhubungan dengan sumpah prajurit dan yang kedua, berhubungan dengan uang jaminan. Oleh karena itu, sakramen yang dijabarkan dari kata sacer yang artinya kudus. Mengandung arti segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat misterius (rahasia), yang kudus atau berhubungan dengan para dewa. Berhubungan dengan itu maka kata sakramen pun dipandang sebagai terjemahan dari kata Yunani mysterion. Di dalam gereja sendiri awalnya yang disebut dengan sakramen adalah segala rahasia yang bersangkut paut dengan Tuhan Allah serta penyertaan-Nya yaitu upacara-upacara kebaktian dan lain-lain. Oleh karena lama kelamaan pengertian sakramen itu bersangkut paut dengan hidup kekristennan, maka pada zaman pertengahan orang membatasi secara tegas pengertian antara sakramen dan sakramentalia.  
2.1.2 Pengertian Baptisan
Baptisan berasal dari bahasa Yunani yaitu “βαπτισω” (baptiso) yang berarti membenamkan, mencuci ataupun membaptis.  Bila kata βαπτις diikuti dengan proposisi εις maka baptisan itu mengindikasikan bahwa seorang yang dibaptis menjadi “milik kepunyaan Tuhan” (Mrk. 10:38).  Dalam bahasa Yunani, kita temukan beberapa kata yang mengandung kata “baptis”:
1. βαπτω yang artinya to dip: mandi, masuk ke dalam air, berenang, mencedok air; βαπτισω yang artinya to dip, immerse, membenamkan, mencelupkan, to clean or to purify by washing: membersihkan atau memurnikan melalui pembasuhan;
2. βαπτισμα yang artinya immersion: pembaptisan, baptism: membaptiskan;
3. βαπτισμος yang artinya an act of dipping or immersion: pembenaman atau pencelupan, an ablution: pembersihan, pencucian;
4. βαπτιστης yang artinya one who baptizes: orang yang dibaptiskan. 
Baptisan dalam sejarah kekristenan dapat juga diartikan sebagai sakramen yang dilakukan untuk menerima seseorang menjadi anggota gereja. Hal ini didasarkan pada perintah Yesus Kristus yang tertulis dalam Matius 28:19-20; Yohanes 3:5 dan Kisah Para Rasul 8:13, 10:33. Baptisan merupakan salah satu dogma gereja yang paling prinsipil, maka wajib diketahui, dipahami, dimengerti dan dihormati oleh setiap orang percaya. Baptisan adalah tanda dan bukti “keanggotaan” sebagai umat Kristen. Siapa yang masuk menjadi anggota gereja Kristen, ia menerima tanda baptisan itu dan ia menggabungkan diri ke dalam persekutuan gereja. 
Baptisan adalah dogma atau ketentuan masing-masing denominasi gereja yang dirumuskan berdasarkan kepercayaan atau keyakinan imannya terhadap pernyataan Allah sebagaimana telah diilhamkan di dalam Alkitab. Oleh karena itu, maka setiap warga gereja yang percaya harus memegang teguh ajaran itu dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian, baptisan merupakan suatu upacara Kristen yang memasukkan seseorang kedalam persekutuan Kristus dan juga ke dalam persekutuan gereja. 

2.2 Praktek Baptisan Dalam Alkitab
Baptisan pertama kali dalam Alkitab, dilakukan dengan air oleh Yohanes Pembaptis (lih. Mat 3:5-12; Yoh. 3:2). Baptisan ini dikuatkan dengan kepatuhan Kristus untuk memberi diri dibaptis. Kemudian oleh Yesus Kristus ditetapkan sebagai peraturan jemaat Kristen (Mat. 28:9-20; Mrk. 16:15-16). Harus dilakukan didalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat. 28:19).  Yohanes Pembaptis digambarkan sebagai perintis jalan bagi Yesus. Ketika Yohanes dijebloskan ke dalam penjara, hal ini menjadi tanda bagi awal pelayanan Yesus di Galilea (Mrk. 1:14). Kemudian aktivitasnya membaptis merupakan titik permulaan bagi pemberitaan rasuli (Kis. 10:37; 13:24 dan Mrk. 11:1-4).  Hal ini tidak terlepas dari peristiwa dimana Yesus Kristus juga meminta dirinya untuk dibaptis yang mana seperti yang disaksikan penulis kitab Injil, hal ini dilakukanNya demi menggenapkan kehendak Allah.  Amanat agung yang dikatakan Yesus bahwa “Karena itu pergilah, jadikannlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” bermakna bahwa amanat Yesus untuk membaptis adalah agar menjadikan semua bangsa sebagai murid-murid-Nya. Dan Yesus mengamanatkan kepada murid-murid-Nya untuk menjadikan semua bangsa dengan cara membaptis dan mengajar mereka. Kemudian baptisan itu diikuti rumus Trinitas: dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus yang menggambarkan makna teologis dari arti sakramen ini yaitu bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus yang membaptis.

2.3 Kontroversi Mengenai Baptisan
2.3.1 Sakramen Baptisan Menurut Lutheranisme
2.3.1.1 Latar Belakang Gereja Aliran Lutheranisme
Lutheranisme adalah aliran yang berpegang pada ajaran-ajaran Luther. Tokohnya adalah Martin Luther yang lahir pada 10 November 1483 di Eisleben, Jerman dan meninggal dalam usianya ke-62 tahun pada tanggal 18 Februari 1546 di Eisleben.  Ia adalah seorang tokoh reformator gereja di Jerman pada abad ke-16, yang mendasari timbulnya reformasi Martin Luther adalah perbedaan antara ajaran atau teori dengan praktek gereja Katolik Roma dengan Alkitab.  Firman dan sakramen adalah kata-kata kunci dalam kehidupan gereja-gereja Lutheran dan memang merupakan pusat ajaran Luther.  Penghargaan sakramen tertinggi terletak kepada Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. 
2.3.1.2 Baptisan Menurut Gereja Aliran Lutheranisme
Reformasi yang dilakukan Martin Luther tidak 100 % terlepas dari konsep sakramen Roma Katolik. Dari 7 (tujuh) sakramen yang terdapat di dalam GKR, dan Luther 2 (dua) sakramen, yaitu Baptisan dan Perjamuan Kudus. Luther menganggap air yang dipakai dalam baptisan adalah air yang telah menjadi air kehidupan, suatu pembasuhan kelahiran kembali melalui firman dengan kekuatan Ilahi didalamnya bukan hanya sebagai air biasa.  Dan baptisan dilayankan oleh seorang pendeta. 
Martin Luther menganggap bahwa baptisan adalah karya Allah, sehingga tidak ada alasan untuk mengulangnya. Seperti sebuah emas yang dipakai oleh seorang pelacur tetap saja menjadi emas sekalipun dipakai oleh pelacur dalam dosa dan aib. Dalam Katekismus Besar Martin Luther, baptisan menurutnya diadakan oleh karena Allah yang memerintahkannya (sabda-Nya) dan sebagaimana ia datang ke sakramen itu bukan karena iman sendiri. Semua kebenaran ini, bergantung kepada Firman dan perintah Allah.  Baptisan dalam pemahaman Luther (Lutheranisme), berkaitan dengan perjanjian Allah maka siapa dibaptis akan mendapat bagian di dalam keselamatan (kesukaan besar), maksudnya di dalam kematian dan kebangkitan Kristus (baptisan) kita di bebaskan dari dosa, maut dan iblis, dan masuk ke dalam kerajaan Kristus dan hidup bersama Dia selama-lamanya.  Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Pengakuan Lutheran mengenai baptisan adalah perlu untuk keselamatan, sebab tanpa baptisan orang tidak mendapat bagian dalam keselamatan yang dijanjikan di dalamnya.   
Menurut Martin Luther baptisan anak tidaklah salah, karena menurutnya bahwa tidak perlu orang mempunyai kematangan iman untuk menerima baptisan,  sebab bukanlah iman yang menjadikan baptisan efektif tetapi janji Allah.  Luther menyetujui baptisan anak dengan alasan teologis yaitu Roh Kudus melalui gereja-Nya telah memberikan keselamatan pada orang berdosa termasuk kepada bayi (anak).  Lutheranisme menyetujui baptisan darurat dan baptisan di rumah pribadi, karena menganggap baptisan perlu untuk keselamatan.  Menurut Lutheranisme baptisan adalah karya keselamatan dari Allah yang diberikan sebagai anugerah. Baptisan bukanlah perbuatan kita, melainkan suatu harta Allah berikan kepada kita.
2.3.2 Sakramen Baptisan Menurut Calvinis
2.3.2.1 Latar Belakang Gereja Aliran Calvinis
Ada seorang tokoh lagi yang berpengaruh pada Swis. Pemimpinnya yang termahsyur adalah Calvin.  Yohanes Calvin lahir pada tanggal 10 Juli 1509 di kota Noyon dan pada tanggal 27 Mei 1564 ia meninggal.  Calvin menjadi seorang reformator gereja karena ia diundang untuk ikut mereformasikan gereja di Jenewa, Swis, sebuah kota yang bebas.  Ia adalah seorang pendeta disana pada tahun 1536-1538, ia menjalankan disiplin gereja yang keras, baik dalam ajaran dan kelakuan jemaat. Acuan dalam pengajarannya adalah Alkitab. Tahun 1535-1536 di Basel, Calvin menyelesaikan bukunya yang berjudul “Institutio” yaitu Pengajaran Agama Kristen. Namanya dikenang sepanjang sejarah gereja di seluruh dunia dengan terpatrinya gereja aliran Calvinis.  
2.3.2.2 Baptisan Menurut Gereja Aliran Calvinis
Dalam ajaran tentang sakramen, Calvin menempuh jalan tengah antara Luther dan Zwingli.  Baginya, sakramen adalah tanda lahiriah (symbolum) yang dipakai Allah untuk memateraikan dalam batin kita janji-janji akan kerelaan-Nya terhadap kita.   Bagi Calvin, baptisan seperti sunat, adalah suatu perjanjian.  Arti baptisan dalam buku Yohannes Calvin yang berjudul Institutio adalah tanda bahwa kita telah diterima masuk ke dalam persekutuan gereja.  Dengan kata lain, Baptisan merupakan tanda pengampunan dan hidup baru, kita telah ikut serta dalam kematian dan kebangkitan Kristus dan kita telah menjadi satu dengan Dia. Baptisan bukanlah syarat untuk beroleh keselamatan melainkan materai yang menandakan seseorang telah memperoleh pengampunan dosa dan keselamatan pada salib Kristus.  Baptisan dilayankan di dalam ibadah jemaat oleh pejabat gereja yang diberi wewenang oleh gereja, karena Kristus tidak memerintahkan sembarang orang untuk membaptis tetapi perintah itu diberi-Nya kepada mereka yang telah diangkat-Nya sebagai rasul.  Pejabat gereja yang dimaksud adalah pendeta. Dan Calvin dengan tegas menolak “baptisan darurat”, yaitu pelayanan baptisan kepada anak yang terancam maut oleh siapa saja (bidan, warga gereja lainnya yang bukan pendeta), karena keselamatan anak yang meninggal sebelum dibaptis tidak perlu diragukan. Keselamatan terjamin karena janji Allah bahwa Ia menjadi Allah orang percaya dan keturunannya. Itulah dasar keselamatan, bukan dari air baptisan. 
2.3.3 Sakramen Baptisan Menurut Anabaptisme
2.3.3.1 Latar Belakang Gereja Aliran Anabaptisme
Anabaptis yang berasal dari bahasa Yunani yaitu ana dan baptizo yang berarti membaptiskan kembali. Kata ini dipergunakan untuk menunjuk berbagai kelompok Kristen yang di Eropa pada abad ke-16 yang menolak anak-anaknya untuk dibaptiskan. Mereka menekankan baptisan dewasa.  Nama  ini merupakan nama sindiran yang diberikan kepada mereka oleh orang-orang karena mereka menolak baptisan anak sebagai baptisan yang benar.  Anabaptis pertama kali muncul di sekitar Zurich yakni setelah reformasi Zwingli pada awal decade 1520-an. Gerakan ini berpusat pada sekelompok individu yang menyatakan bahwa Zwingli tidak setia pada reformasi sendiri.  Kelompok ini tidak hanya menolak Gereja Katolik Roma tetapi juga kelompok-kelompok yang mengikut kebiasaan lama.  Pada tanggal 21 Januari 1525, kelompok kecil yang dipimpin oleh Concrad Grebel berkumpul mengadakan penelaahan Alkitab.  Dan ada seorang pesertanya yang benama George Cajacob meminta supaya Grebel melayankan baptisan yang benar atas dirinya yang sesuai dengan amanat Alkitab, Grebel pun membaptis. Peristiwa inilah yang dipahami sebagai hari lahir Anabaptisme. 
2.3.3.2 Baptisan Menurut Gereja Aliran Anabaptisme
Anabaptis yang berasal dari bahasa Yunani yakni ανα dan βαπτισω yang berarti membaptis kembali. Mereka menegaskan bahwa jemaat Kristen hanya boleh berdiri sendiri dari orang-orang yang percaya saja. Mereka hanya menekankan kepada baptisan kepada orang percaya (dewasa) saja. Alkitab sangatlah mereka hargai (setidak-tidaknya PB). Seperti halnya yang tertulis dalam Markus 16:16 “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan”. Inilah dasar mereka, maka orang dewasa saja yang bisa dibaptis. Harus percaya dulu baru diselamatkan, karena bagi mereka hanya orang dewasa saja yang boleh mengakukan iman kepercayaan, sedangkan anak-anak belum dapat mengakukan iman kepercayaan tersebut dan mereka menolak penggunaan kekerasan.  Bagi mereka iman Kristen itu bebas dianut atau kemauan sendiri, bukan dipaksakan.  Pembenaran oleh iman berarti bahwa hanya pribadi yang cukup dewasa untuk memiliki iman yang sadar dan dapat mengambil keputusan bagi dirinyalah yang boleh dibaptis. Mereka yang hidupnya menampakkan buah-buah iman yang layak dihimpun ke dalam gereja. 
Orang-orang dibaptis kembali dan menuju kepada aspek yang paling khas dimana kebiasaan Anabaptis memiliki pendirian  bahwa orang yang melakukan pengakuan iman  pribadi yang boleh dibaptis.  Bahwa baptisan sebagai tanda yang memateraikan iman dan tanda keselamatan yang telah diberikan Allah kepada semua orang yang dipilih sebelum mereka lahir. Oleh karena itu, mereka menolak baptisan anak-anak, baptis itu bukan untuk anak-anak tetapi bagi mereka yang percaya saja. Baptisan itu adalah bukti kelahiran baru yang harus diperlihatkan dalam upaya yang sungguh-sungguh untuk hidup yang sudah mengikatkan diri sepenuhnya kepada Kristus sebagai Tuhan. untuk itu, pribadi-pribadi yang layak dibaptis yaitu orang yang mengaku Kristus dan mereka yang dapat ambil bagian di dalam gereja dan hal inilah yang secara kuat didukung dalam Perjanjian Baru.  
Cara baptisan yang mereka yakini yaitu adalah baptisan selam, dalam pendapat mereka bahwa selam yang diikuti oleh munculnya kembali seseorang dari dalam air merupakan cara pembaptisan yang paling tepat. Cara seperti ini menurut mereka sebagai cara yang mutlak perlu dalam baptisan, sebab ritual ini dimaksudkan menjadi lambang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dan juga kematian dan kebangkitan orang yang dibaptiskan itu bersama Kristus.  Orang baptis menekankan bahwa sesungguhnya Tuhan memerintahkan baptisan selam dan mereka yang melakukan baptisan selain dengan cara selam berarti tidak taat kepada otoritas Tuhan. Anabaptis menekankan beberapa hal tentang baptisan baptisan, yaitu:
1. Baptisan bukan untuk anak-anak, tetapi bagi mereka yang secara sadar memilih menjadi Kristen.
2. Orang percaya yang sudah dibaptis tetapi berbuat dosa lagi dan tidak mau mengoreksi diri akan dikucilkan dari persekutuan. 
Dan yang berhak melayankan baptisan adalah pendeta. Gereja Anabaptis tidak mengenal baptisan darurat. Baptisan dalam gereja ini dapat terlihat dalam kutipan dari Pengakuan Iman Schleithem pada tahun 1527 yaitu mengenai baptisan.  Dan gereja Anabaptis tidak menggunakan istilah sakramen, melainkan penetapan (ordinances) alasannya adalah sesuai dengan semboyan imamat am semua orang percaya bukah hanya pendeta yang berhak melayankan upacara-upacara gerejawi melainkan juga warga jemaat, dengan demikian mereka meniadakan sifat sakramental dari upacara-upacara gerejawi itu maupun dari petugas yang melayankannya. Yang menjadi upacara gerejawi adalah penetapan yang terdapat dalam Perjanjian Baru yang dilakukan Yesus dan para rasul.  
2.3.4 Sakramen Baptisan Menurut Adventis
2.3.4.1 Latar Belakang Gereja Aliran Adventis
Gereja Advent pertama sekali lahir di benua Amerika, khususnya Amerika Serikat. Memasuki abad ke-19, kekristenan Amerika terutama bercorak Kristen Protestan dan sebelumnya (abad ke-18) mengalami kebangunan besar dan terdapat kemajemukan serta kebebasan beragama.  Salah satu tokohnya adalah Willem Miller, yang menafsirkan kitab Daniel 8:14 dan 9:24 tentang penanggalan kedatangan Yesus kedua kalinya  membuat ia sampai pada kesimpulan bahwa Kristus akan datang kembali pada tahun 1843 atau selambat-lambatnya tahun 1844.  Lebih tepatnya antara 21 Maret 1843 dan 21 Maret 1844, kendati terdapat kekhilafan dan kesalahan dalam perhitungan, namun sejak saat itu ada golongan Adventis yang berpusat di Tahoma Park, Washington DC.    
2.3.4.2 Baptisan Menurut Gereja Aliran Adventis
Berbicara mengenai Baptisan, mereka mengakui iman atas kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dan mempersaksikan kematian kita terhadap dosa dan niat kita menjalani hidup baru. Baptisan adalah lambang kesatuan dengan Kristus, pengampunan dosa dan penerimaan kita atas Roh Kudus. Itu dilakukan dengan menyelam di dalam air dan disatukan dengan pengikraran iman kepada Yesus dan merupakan bukti penyesalan atas dosa itu. Itu dilakukan setelah pengajaran Kitab Suci dan menerima ajaran-ajarannya.  Baptisan adalah simbol kematian dan kebangkitan Kristus, lambang kematian terhadap dosa dan hidup untuk Allah, simbol untuk sebuah hubungan perjanjian, lambang pengabdian kepada pekerjaan Kristus dan tanda masuk ke dalam jemaat. Syarat untuk menerima baptisan adalah iman dan pertobatan. Hanya orang yang telah bertobat dan ingin mengakukan imannyalah yang bisa menerima baptisan. Itulah sebabnya gereja Advent tidak mengakui adanya baptisan anak karena anak-anak dianggap belum memiliki perubahan pengalaman dan tidak memenuhi syarat untuk baptisan. 
2.3.5 Sakramen Baptisan Menurut Bala Keselamatan
2.3.5.1 Latar Belakang Aliran Bala Keselamatan
Pada zaman ratu Victoria di Inggris sekitar tahun 1837, sebagian besar penduduk Inggris yang bermukim di pedesaan yang pekerjaannya adalah bertani. Lahirnya revolusi industri di Inggris.  Dalam keadaan seperti ini muncullah William Booth dengan Bala Keselamatan yang disingkat dengan BK (yang merupakan terjemahan dari Inggris, Salvation Army).  Bala Keselamatan ini juga merupakan sebuah organisasi Kristen internasional yang bergerak dalam penginjilan dan pekerjaan sosial. Organisasi yang didirikan pada tahun 1865 di Inggris dengan pimpinan tertinggi yaitu jenderal.  Mereka mudah dikenali melalui uniform (pakaian lengkap). 
2.3.5.2 Baptisan Menurut Aliran Bala Keselamatan
Pertama yang perlu dicatat bahwa William Booth (bersama istri-Catherine) sebagai (mantan) pendeta di gereja Metodis pada mulanya mengakui dan melayankan kedua sakramen (Baptisan dan Perjamuan Kudus). Anak-anak mereka semua dibaptis. Para pengikutnya yang dulunya merupakan anggota gereja lain yang telah mengikuti dan menerima sakramen sehingga dianggap wajar. Namun sejak 1880-an, terutama sejak keputusan William Booth tanggal 2 Januari 1883, BK tidak lagi melayankan ataupun mengakui kedua sakramen itu.  Dalam BK, sakramen dipandang sebagai simbol persekutuan dengan Allah, tidak perlu melalui upacara-upacara formal-ritual dan di dalam Alkitab tidak terdapat nats yang secara nyata memperlihatkan bahwa Tuhan Yesus menetapkan upacara-upacara tertentu sekalipun terdapat perintah-Nya untuk membaptis dan mengadakan Perjamuan Kudus, bagi BK itu bukanlah hal yang mutlak yang harus dilaksanakan oleh pengikut-Nya. Dan persekutuan dengan Allah dapat dilakukan melalui Roh Kudus yang memasuki hati. 
2.3.6 Sakramen Baptisan Menurut Saksi Jehova
2.3.6.1 Latar Belakang  Aliran Saksi Jehova
Menjelang pada abad ke-19 iklim keagamaan membawa kepada tingkat meningkatnya kewaspadaan Kristen.  Salah satunya adalah Saksi Jehova yang merupakan suatu sekte dalam kekristenan yang bersifat milenaris (mengacu pada kerajaan seribu tahun) dan apokaliptik. Sekte didirikan oleh Charles Taze Russel.  Dalam menyampaikan kabar sukacita Allah, ia tidak hanya berkhotbah keliling tetapi juga ia lakukan adalah menulis khotbahnya dalam sebuah majalah Watch Tower. Dan nama Saksi Jehova memiliki makna deskriptif, menunjuk bahwa mereka memberikan kesaksian tentang Yehuwa, keIlahian-Nya, dan maksud tujuan.  Dan pada tanggal 26 Juli 1931, Rutherford yang merupakan presiden kedua Watch Tower berbicara suatu nama baru yaitu Saksi-Saksi Yehuwa berdasarkan kepada Yesaya 43:10 “ Kamulah saksi-saksi-Ku, demikian firman Yehuwa, dan Akulah Tuhan”. Mulai saat itulah nama mereka berubah dari siswa-siswa Alkitab jadi Saksi Yehuwa.   
2.3.6.2 Baptisan Menurut  Aliran Saksi Jehova
Baptisan tidak dilaksanakan digedung pertemuan atau ibadah, melainkan di sungai, danau, laut atau tempat mandi buatan, dimana seluruh tubuh yang dibaptiskan diselamkan. Sebelum tahun 1972, setiap orang yang merasa siap bisa segera dibaptis tetapi sejak tahun 1972, telah ada  persiapan oleh penatua jemaat dan calon baptisan. Sejak tahun 1983, calon baptisan harus mengikuti katekisasi. Baptisan bukanlah pembasuhan dari dosa karena hal itu hanya terjadi melalui iman kepada Yesus Kristus. Jadi, baptisan adalah demonstrasi terbuka yang mempersaksikan bahwa seseorang telah menjalankan pengabdian yang khidmat kepada Allah dan sekarang sedang mempersembahkan dirinya kepada-Nya. Baptisan bukanlah hal sepele, sebelum seseorang menerima baptisan, ia harus mendengar firman, memeluknya dengan sepenuh hati, bertobat dari dosa dan mengakui perlunya keselamatan melalui Kristus.   Baptisan adalah lambang bahwa seseorang mati berkenaan dengan jalan hidupnya dahulu dan hidup kembali untuk melakukan kehendak Allah.  Hanya pejabat Saksi Jehova yang diberi wewenanglah yang boleh membaptis yaitu penatua jemaat. Dan setiap Saksi Jehova dibaptis di dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. 
2.3.7 Sakramen Baptisan Menurut Mormonisme
2.3.7.1 Latar Belakang Gereja Aliran Mormonisme
Nama popular untuk Gereja Orang-orang Suci Zaman Akhir (The Church of Jesus Christ of the Latter-Day Saints). Gereja ini didirikan dan diprakarsai oleh pendiri dan nabi, Joseph Smith (1805-1844)  di Manchester, New York pada 6 April 1830.  J. Smith menyatakan bahwa ia telah menemukan Kitab Mormon lewat suatu wahyu dari Allah. Kitab ini menjadi kitab suci gereja ini di samping Alkitab. Pada tahun 1844, ia dibunuh komplotan dan diganti oleh Brigham Young (1801-1877). Young memindahkan kantor pusat ke Salt Lake City, Utah pada tahun 1847. 
2.3.7.2 Baptisan Menurut Gereja Aliran Mormonisme
Menurut Mormonisme, kematian Yesus tidak dapat menyelamatkan orang lain, melainkan hanya Adam saja. Keselamatan yang sesungguhnya hanya diperoleh melalui ketaatan kepada peraturan-peraturan, sakramen-sakramen dari Mormon dan perbuatan baik. Baptisan ini dilakukan oleh orang yang mempunyai wewenang sebagai imam Mormon dapat menghapus dosa. Dengan kata lain, baptisan adalah syarat mutlak untuk mendapat keselamatan.  Oleh karena itu, mereka menyakini tatkala dalam melakukan baptisan adalah orang sudah mampu untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka mulai pada usia 8 tahun. Menurut mereka, usia delapan tahun sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat dan telah mengerti akan perintah Tuhan. Mereka harus mempunyai iman dulu baru dibaptis.  Mereka mempraktikkan baptisan selam.  
Dan dalam  ajaran Mormonisme juga terdapat baptisan orang mati. Joseph Smith sekali waktu berkata bahwa tanggung jawab terbesar di dunia ini yang diberikan Allah kepada kaum Mormon adalah mencari orang yang telah mati, agar mereka juga diselamatkan dengan acuan nats Alkitab Matius 16:18-19; 1 Kor. 1:29 dan Maleakhi 4:6. Ia katakan bahwa Baptisan dengan air, diselamkan kedalamnya untuk menampakkan keserupaan dengan orang mati, sehingga prinsipnya: diselamkan ke dalam air dan keluar dari dalamnya adalah serupa dengan kebangkitan orang mati tatkala keluar dari lubang kuburnya. Cara pembaptisan orang mati itu dilaksanakan: Pertama, ditentukanlah siapa diantara orang mati yang akan dibaptis, lalu dipihlah warga Mormon untuk mewakilinya. Wakil itu harus membersihkan diri lalu mengenakan pakaian putih. Baptisan ini dilakukan di Bait Suci, wakil diselamkan ke dalam bak yang bersandar di atas punggung patung 12 ekor lembu jantan, lalu kitab Injil dibacakan. 

III. KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas, dapat terlihat adanya perbedaan mengenai sakramen Baptisan di dalam setiap aliran gereja, maka diambil kesimpulan:
Lutheranisme, 
Tokoh dalam doktrin Baptisan adalah Marthin Luther. Penamaan adalah sakramen. Tempat Pelaksanaan adalah gereja. Teknik Pelaksanaan adalah percik. Luther menganggap air yang dipakai dalam baptisan adalah air yang telah menjadi air kehidupan, suatu pembasuhan kelahiran kembali melalui firman dengan kekuatan Ilahi didalamnya bukan hanya sebagai air biasa. Atau dengan kata lain, perubahan wujud dalam Baptisan adalah Konsubstansiasi (Yesus benar-benar hadir di dalam air itu). Dan baptisan dilayankan oleh seorang pendeta. Baptisan dalam pemahaman Luther (Lutheranisme), berkaitan baptisan adalah perlu untuk keselamatan, sebab tanpa baptisan orang tidak mendapat bagian dalam keselamatan yang dijanjikan di dalamnya. Menurut Martin Luther baptisan anak tidaklah salah, karena menurutnya bahwa tidak perlu orang mempunyai kematangan iman untuk menerima baptisan, sebab bukanlah iman yang menjadikan baptisan efektif tetapi janji Allah. Lutheranisme menyetujui baptisan darurat dan baptisan di rumah pribadi, karena menganggap baptisan perlu untuk keselamatan. 
Calvinis,
Tokoh dalam doktrin Baptisan adalah Yohanes Calvin. Penamaan adalah sakramen. Kedudukan atau nilai dari firman adalah lebih rendah. Penerima Baptisan adalah anak (bayi). Tempat Pelaksanaan adalah gereja. Teknik Pelaksanaan adalah percik. Dalam ajaran tentang sakramen, sakramen adalah tanda lahiriah (symbolum) yang dipakai Allah untuk memateraikan dalam batin kita janji-janji akan kerelaan-Nya terhadap kita. Baptisan merupakan tanda pengampunan dan hidup baru, kita telah ikut serta dalam kematian dan kebangkitan Kristus dan kita telah menjadi satu dengan Dia. Baptisan dilayankan di dalam ibadah jemaat oleh pejabat gereja yang diberi wewenang oleh gereja, karena Kristus tidak memerintahkan sembarang orang untuk membaptis tetapi perintah itu diberi-Nya kepada mereka yang telah diangkat-Nya sebagai rasul. Pejabat gereja yang dimaksud adalah pendeta. Dan Calvin dengan tegas menolak “baptisan darurat”, yaitu pelayanan baptisan kepada anak yang terancam maut oleh siapa saja (bidan, warga gereja lainnya yang bukan pendeta), karena keselamatan anak yang meninggal sebelum dibaptis tidak perlu diragukan. 
Anabaptisme, 
Tokoh dalam doktrin Baptisan adalah Zwingli. Gereja Anabaptis tidak menggunakan istilah sakramen, melainkan penetapan (ordinances). Perubahan wujud dalam Baptisan adalah simbol. Cara kerja adalah sukacita.  Kedudukan atau nilai dari firman adalah lebih rendah. Bahwa baptisan sebagai tanda yang memateraikan iman dan tanda keselamatan yang telah diberikan Allah kepada semua orang yang dipilih sebelum mereka lahir. Oleh karena itu, mereka menolak baptisan anak-anak, baptis itu bukan untuk anak-anak tetapi bagi mereka yang percaya saja. Cara baptisan yang mereka yakini yaitu adalah baptisan selam, dalam pendapat mereka bahwa selam yang diikuti oleh munculnya kembali seseorang dari dalam air merupakan cara pembaptisan yang paling tepat. Dan yang berhak melayankan baptisan adalah pendeta. Gereja Anabaptis tidak mengenal baptisan darurat.
Adventis,
Penamaan Baptisan adalah penetapan. Baptisan adalah simbol. Manfaat Baptisan adalah lambang kesatuan dengan Kristus, pengampunan dosa dan penerimaan kita atas Roh Kudus. Itu dilakukan dengan menyelam di dalam air dan disatukan dengan pengikraran iman kepada Yesus dan merupakan bukti penyesalan atas dosa itu. Itu dilakukan setelah pengajaran Kitab Suci dan menerima ajaran-ajarannya. Syarat untuk menerima baptisan adalah iman dan pertobatan. Hanya orang yang telah bertobat dan ingin mengakukan imannyalah yang bisa menerima baptisan. Itulah sebabnya gereja Advent tidak mengakui adanya baptisan anak karena anak-anak dianggap belum memiliki perubahan pengalaman dan tidak memenuhi syarat untuk baptisan. Pelaksana Baptisan adalah pendeta. Baptisan Darurat di dalam Adventis tidak ada.
Bala Keselamatan,
Sejak 1880-an, terutama sejak keputusan William Booth tanggal 2 Januari 1883, BK tidak lagi melayankan ataupun mengakui kedua sakramen itu. Dalam BK, sakramen dipandang sebagai simbol persekutuan dengan Allah, tidak perlu melalui upacara-upacara formal-ritual dan di dalam Alkitab tidak terdapat nats yang secara nyata memperlihatkan bahwa Tuhan Yesus menetapkan upacara-upacara tertentu sekalipun terdapat perintah-Nya untuk membaptis dan mengadakan Perjamuan Kudus, bagi BK itu bukanlah hal yang mutlak yang harus dilaksanakan oleh pengikut-Nya. Dan persekutuan dengan Allah dapat dilakukan melalui Roh Kudus yang memasuki hati.
Saksi Jehova, 
Baptisan bukanlah pembasuhan dari dosa karena hal itu hanya terjadi melalui iman kepada Yesus Kristus. Jadi, baptisan adalah demonstrasi terbuka yang mempersaksikan bahwa seseorang telah menjalankan pengabdian yang khidmat kepada Allah dan sekarang sedang mempersembahkan dirinya kepada-Nya. Baptisan bukanlah hal sepele, sebelum seseorang menerima baptisan, ia harus mendengar firman, memeluknya dengan sepenuh hati, bertobat dari dosa dan mengakui perlunya keselamatan melalui Kristus. Baptisan tidak dilaksanakan digedung pertemuan atau ibadah, melainkan di sungai, danau, laut atau tempat mandi buatan, dimana seluruh tubuh yang dibaptiskan diselamkan. Baptisan adalah lambang bahwa seseorang mati berkenaan dengan jalan hidupnya dahulu dan hidup kembali untuk melakukan kehendak Allah. Hanya pejabat Saksi Jehova yang diberi wewenanglah yang boleh membaptis yaitu penatua jemaat. Dan setiap Saksi Jehova dibaptis di dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Mormonisme
Tokoh dari Baptisan adalah Joseph Smith. Baptisan dilakukan oleh orang yang mempunyai wewenang sebagai imam Mormon dapat menghapus dosa. Dengan kata lain, baptisan adalah syarat mutlak untuk mendapat keselamatan. Oleh karena itu, mereka menyakini tatkala dalam melakukan baptisan adalah orang sudah mampu untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka mulai pada usia 8 tahun. Menurut mereka, usia delapan tahun sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat dan telah mengerti akan perintah Tuhan. Mereka mempraktikkan baptisan selam. Dan dalam  ajaran Mormonisme juga terdapat baptisan orang mati. 

IV. DAFTAR PUSTAKA
….., Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan?, Jakarta: Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab, 2006 
Aritonang, Jan Sihar, Berbagai Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2008
Berkhof, H. & I. H Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011 
Berkhof, Louis, Teologi Sistematika, Jakarta:BPK-GM, 2007
Bruce, F. F dkk. “Yohanes Pembaptis” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid II (M-Z), Jakarta: YKBK/OMF, 2003 
Calvin, Yohanes, Institutio, Jakarta: BPK-GM, 2011 
Clinspisman, Ernest F., The New International Dictionary of The Christian Church, Michigan: Zondervan Publishing House, 1987 
Curtis, A. Kenneth dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2006 
Curtis, A. Kenneth dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2009
End, Th. van den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM, 2010
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 1986 
Handoko, Yakub Tri, Kehidupan John Calvin, Medan. Ttp, 2008 
Herlianto, Saksi-saksi Yehuwa, Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2004 
Jonge, Christian de dan Jan Sihar Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja?, Jakarta: BPK-GM, 2003 
Jonge, Christian de, Apa Itu Calvinisme?, Jakarta: BPK-GM, 2011
Jonge, Christian de, Gereja Mencari Jawab, Jakarta:BPK-GM, 2003
Jonge, Christian de, Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2006
Lane, Tony, Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani, Jakarta: BPK-GM, 2006
Lumbantobing, Darwin, Teologi di Pasar Bebas, Pematangsiantar: L-SAPA, 2007
 McGrath, Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta: BPK-GM, 2006
Nadeak, Wilson, Apa yang Anda Perlu Ketahui Tentang…-27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah, Bandung: Indonesia Publishing House, 2006
Niftrik, G. C. Van dan B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK-GM, 2008 
Pensilwally, Kamus: Yunani-Indonesia, Tarutung, 2005 
Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab, Saksi-saksi Yehuwa-Pemberita Kerajaan Allah, (\Jakarta: Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab, 1993
Soedarmo, R., Kamus Istilah Teologi, Jakarta: BPK-GM, 2006 
Souter, Alexander, A Pocket Lexicon To the Greek New Testament, Oxford: The Clarendom Press, 1965 
Sutanto, Hasan, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru: Jilid II, Jakarta: LAI, 2003 
Tappert, Theodore G., Buku Konkord: Konfesi Gereja Lutheran, Jakarta: BPK-GM, 2004
Torrey, R. A., Pedoman Pokok-Pokok Isi Alkitab, Chris J. Samuel, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, ttp 
Urban, Linwood, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2009
Verkuyl, J., Aku Percaya, Jakarta:BPK-GM, 2001
Wellem F. D., Riwayat Hidup Singkat dan Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2003
Wellem F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011 
Wellem, F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2009 

Sumber Lain:
hhtp://danielroom.blogspot.com/2009/09/mormonisme.html, diakses tanggal 05 Oktober 2013
hhtp:www.fica.org/~ficalist/fica/cult/mormon, diakses pada tanggal 05 Oktober 2013



Minggu, 15 April 2018

Misi Kristen


Resensi Buku
Judul Buku : Misi Kristen Menjangkau                                            Jiwa  Menyelamatkan Dunia
Pengarang : Dr. Bambang Eko Putranto,                                        M. Th
Penerbit : Andi (Penerbit Buku dan                                            Majalah Rohani)
Tahun Penerbitan: 2007
Jumlah Halaman : viii  + 328 halaman

I. Pendahuluan
Dalam kehidupan ini kebanyakan orang-orang berpikir bahwa misi itu hanyalah berupa langkah, cara dan metode yang harus ditempuh untuk mendapatkan visi. Jadi ada kalanya di saat-saat tertentu orang-orang tidak mau  untuk bermisi ketika mereka tidak memiliki visi. Tetapi bukan misi yang seperti itu yang dimaksud dalam buku “Misi Kristen Menjangkau Jiwa Menyelamatkan Dunia” yang ditulis oleh Dr. Bambang Eko Putaranto yang mempunyai latar belakang pendidikan di Korea. Berikut ini akan disuguhkan beberapa ide yang dimuat di dalam buku bapaj Bambang Eko Putaranto tersebut. 
II. Pembahasan
2.1. Pengertian Misi Kristen
Beberapa misiolog dalam pengenalannya terhadap istilah misi ini memiliki cara yang berbeda namun mengungkapkan pengertian yang sama, antara lain:
1. Pekerjaan Allah dalam mendamaikan dosa manusia pada diri-Nya sendiri.
2. Tugas di mana Tuhan mengirimkan hamba-hamba-Nya ke dunia (ladang misi). Misi mencakup penginjilan dan mandat budaya.
Secara etimologis, istilah misi berasal dari kata mission (Latin) dan dalam bahasa Yunani berasal dari kata dasar evangelion atau biasa disebut juga Injil yang berarti kabar baik. Kemudia dari kata itu muncul kata evangelos yang berarti pemberita Inji. Kata evangelos ini merupakan sebutan bagi para rasul atau, dalam dunia misi modern disebut misionaris. Jadi secara etimologi, misi adalah pengiriman Kabar baik. Dan arti dari kabar baik itu sendiri adalah kabar atau berita yan telah ditunggu-tunggu manusia tentang datangnya mesias untuk menyelamatkan manusia dari kuasa-kuasa iblis.
Ada beberapa hal  kesulitan dalam mendefiniskan misi itu sendiri karena istilah misi tidak dapat didefinisikan secara baku atau normativ. Kesulitan tersebut antara lain:
- Secara historis, pengertian misi dapat berubah dari suatu masa ke masa lainnya,  istilah misi itu sendiri dalam pengertiannya berkembang dan berubah sesuai dengan keadaan.
- Secara teologis, pengertian misi dapat berbeda dari satu denominasi dengan denominasi yang lainnya. 
- Secara sosial, pengertian misi mendapat tekanan yang berbeda antara suatu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya.
Dan jika pengertian misi “dipaksa” untuk didefinisikan. Akibatnya akan terjadi:
1. Hanya berlaku pada suatu masa/ saat tetentu saja
2. Hanya berlaku pada suatu denominasi tertentu saja
3. Hanya dibutuhkan oleh suatu budaya tertentu saja.
Sehingga kita dapat mengatakan bahwa sekalipun dalam membuat defenisi misi itu kita mendapatkan kesulitan kita dapat kembali ke dalam pengertian awal dari etimologi misi itu sendiri. Misi adalah pengiriman kabar baik atau pengutusan injil. Pemberitaan injil adalah bagian dari  misi namun misi Kristen masih memiliki banyak tujuan antara lain di bidang sosial, pendidikan, ekonomi, gerejawi dll. Ada empat hal yang membuat panggilan dan tanggung jawab orang-orang percaya terlibat dalam misi, antara lain:
a. Humanisme (kemanusiaan)
b. Eskatologis (Masa depan)
c. Motivasi Roh Kudus
d. Amanat Agung
Dan selain itu kita juga dapat mendaftarkan beberapa motif keliru yang menghambat misi:
1. Motif imperialisme
2. Motif kebudayaan
3. Motif komersial
4. Motif kolonialisme ekklesiastikal  
2.2 Asal Mula Misi Kristen
2.2.1 Asal Mula Missio Dei
Misi Allah disebut Missio Dei (mission; mengirim, dei; Allah bhs. Latin). Missio Dei berarti pengutusan yang dilakukan langsung oleh Allah. Sturuktur Missio Dei terdiri dari 3 unsur yaitu:
- Unsur yang mengutus: Allah Bapa. Bapa begitu mengasihi manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Oleh karena itu Bapa Surgawi mengulurkan pertolongan-Nya dengan menyelamatkan manusia melalui pengorbanan dan kematian Yesus Kristus di kayu salib.
- Unsur yang diutus: Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah peribadi yang Allah utus untuk datang ke dunia untuk menebus dosa manusia. (Flp. 2:6-8).
- Unsur yang menerima atau mempersiapkan utusan. Allah telah mempersiapkan dan menerima Utusan Agung seperti orang-orang yang dipilih oleh Allah seperti Maria, Yusuf, gembala-gembala di padang gurun. 
2.2.2 Perkembangan Missio Ekklesia
Keberasilan Missio Dei menghasilkan “kumpula orang yang terpanggil untuk percaya”. Dalam bahasa Yunani disebut ekklesia yang kemudian diterjemahkan menjadi gereja. Keselamatan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus dilanjutkan dan dikembangkan oleh gereja-Nya. Struktur ekklesia terdiri dari 3 unsur, yaitu 1) unsur yang mengutus, yaitu gereja, 2) unsur yang diutus, yaitu para rasul, 3) unsur yang menerima yakni orang-orang yang sudah percaya.
2.2.3 Perkembangan di Zaman Modern- Misi Modern
Misi dimulai lagi pada zaman modern. Pada abad ke-16 disponsori gereja Katolik. Sedangkan kaum protestan memulai misi pada abad ke-18 dipelopori oleh Jonathan Edwards di Amerika Serikat dan William Carrey di Inggris dalam kebangunan rohani. Jonathan dikenal dengan The Great Awakening ia memulai dengan pergumulannya dalam misi tampil dengan khotbah yang menantang kekristenan di Amerika dan dengan hal yang menggemparkan yakni dengan doa untuk misi sedunia. Begitu juga dengan William Carey yang menggerakkan Eropa dengan semangat misi dan keteladanannya.
2.2.4 Pengertian Misionaris
Misionaris adalah semua orang yang terlibat dalam misi baik sebagai pihak yang mengutus, pihak yang diutus maupun pihak yang menerima utusan. Dalam misi Modern misionaris adalah 1) semua orang yang terlibat langsung pada badan misi, 2) semua orang yang diutus langsung oleh badan misi untuk menyampaikan Injil, 3) semua orang yang bekerja sama langsung untuk menyiapkan kedatangan dan pekerjaan orang yang diutus.
Banyak kesalahpahaman diantara umat Kristen di Indonesia dalam memahami misi sehingga hal tersebut menjadi penghalang antara lain; 1) Memandang misi sebagai urusan negara-negara barat, 2) Misionaris datang untuk berbagi uang, 3) Bangsa Barat pengutus, bangsa Indonesia penerima, 4) Manifest destiny (adanya pandagan bangsa Barat sebagai bangsa yang terpilih untuk memberitakan Injil). 
2.3 Unsur-Unsur Misi
Ada tiga unsur dalam misi, yaitu 1) unsur yang mengutus atau Badan Misi (BM), 2) unsur yang diutus  atau urusan badan misi (UBM), 3) unsur yang menerima utusan di ladang misi (LM). Tugas utama BM sebagai pengutus antara lain 1) mengorganisir suatu proyek misi, 2) membuat proposal suatu proyek misi, 3) mengumpulkan dana, 4) mengadakan survey dan riset misi, 5) merekrut calon-calom UBM yang akan diutus, 6) melatih calon-calon tersebut, 7) mengadakan kontak dengan orang-orang di ladang misi, 8) melengkapi utusan dengan administrasi dll, 9) mengutus UBM, 10) memantau keadaan dan pelayanan UBM, 11) selalu memberikan nasihat kepada UBM, 12) mengevaluasi hasil misi dari UBM, 13) me-recall atau meneruskan pemberian tugas kepada utusan, 14) member laporan pada donator dll. 
Tugas utama UBM adalah 1) menjadikan diri sebagai bagian dari masyarakat setempat, 2) memperlengkapi diri dengan perizinan setempat, 3) melaksanakan program-program misi dari BM, 4)bekerja sama dengan para penerima di LM, 5) memberi laporan atau pertangungjawaban pada BM, 6) memerhatikan atau berkonsultasi dengan BM lain.
Tugas utama LM adalah 1) menerima dan membantu UBM dalam pengurusan surat-surat,  perizinan, keimigrasian, tempat tinggal dll. 2) bekerja sama dan bermitra dengan UBM, 3) mengolah dan memfollow up hasil dan UBM dll.
Berdasarkan arah tujuan misi dan ke mana hasilnya akan dibawa, misi dapat kita bagi dalam 2 bagian yaitu:
1.Misi Intern
Misi intern artinya misi yang dilakukan jemaat lokal yang ditujukan untuk pertumbuhan jemaat lokal dan hasilnya pertumbuhan jemaat setempat baik secara kuantitas maupun kualitas. 
2.Misi Ekstern
Misi ekstern artinya misi yagn ditujukan untuk pertumbuhan jemaat lokal di tempat lain dan berusaha menumbuhkan jemaat itu berkembang sesuai dengan kondisi jemaat di temoat tersebut.
2.4 Dasar Alkitabiah Misi
2.4.1. Dasar misi dari konteks  dan tema-tema
Tema utama seluruh Alkitab adalah misi Allah, yaiu rencana dan tindakan Allah untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa melalui pengorbanan Yesus Krstus Anak-Nya.   
2.4.2. Dasar misi dari rencana Allah
Rencana Bapa bagi manusia adalah hidup kudus, berbakti dan taat, mulia dan bahagia selamanya, dianugerahi kehendak bebas, memiliki hidup mengagumkan. Semua rencana-Nya dilakukan secara beraturan. Bahkan rencana itu telah dipersiapkan-Nya jauh sebelum manusia diciptakan seperti bumi yang belum berbentuk dan kosong diubahnya menjadi bumiyang berbentuk dan beisi untuk didiami manusia. 
2.4.3. Dasar misi dari karya Yesus Kristus
Misi kedatangan-Nya ke dunia sebagai manusia adalah menyelamatkan manusia dari kuasa dosa (Kol. 1:22). Bapa mengutus Tuha Yesus, kemudian Tuhan Yesus mengutus kita(Yoh. 20:21). Dia telah memberikan kita suatu model peleyanan tentang kedatangan-Nya kepada kita baik secara perorangan maupun secara lembaga (gereja).
2.4.4. Dasar misi dari penyertaan Roh Kudus
Roh Kudus adalah misionaris yang besar. Dia adalah misionaris yang diutus oleh Kristus. Dia berperan dalam memberi kuasa bagi gereja-gereja untuk melakukan misi, khususnya bersaksi tentang Kristus. Dia melayani sebagai pribadi yang menyinari kehidupan kita. Dia menggunakan firman baik lisan maupun tulisan sebagai pedang-Nya (Ibr. 4:12, Ef. 6:17).
2.5 Misiologia Penulis Perjanjian Baru
Konsep misi yang didasarkan pada beberapa penulis Perjanjian Baru, secara garis besar, para penulis buku membagi konsep ini dalam tiga kelompok, yaitu misiologia Matius, misiologia Lukas, misiologia Paulus. Ketiga konsep misi dalam penulisan PB secara umum dapat mewakili seluruh konsep misi dalam tulisan-tulisan PB. Namun bukan berarti penulis-penulis lainnya tidak menulis tentang misi karena penulis PB menulis dengan tujuan mengajak pembacanya untuk terlibat dalam misi. Maka dengan demikian kita dapat menjelaskan tentang misiologia penulis PB sebagai berikut:
Misiologia Matius
Misi Matius memiliki dua target utama pada kaum Yahudi dalam puncak misinya, yaitu:
- Memberi pemahaman 
Kepada para muridnya di suatu komunitas umat Kristen Yahudi yang dipimpin Matius, rupanya pada tahap pertama Matius berkonsentrasi untuk memberi pemahaman tentang panggilan keselamatan terhadap setiap orang percaya.
- Mengajak segenap komunitas persekutuan itu untuk bersaksi
Setelah tahap pertama Matius berhasil, Matius melakukan tahap kedua yaitu mengajak segenap anggota persekutuan itu untuk bersaksi memberitakan Injil kepada masyarakat di luar komunitas tersebut.
Misiologia Lukas
Konsep misi Lukas dan Kisah Para Rasul menurut David J. Bosch pada umumnya adalah mempraktikkan pengampunan dan solidaritas pada kaum miskin. Artinya Lukas memiliki dua target utama dalam puncak misinya, yaitu:
- Mempraktikkan pengampunan dosa yang telah diterima melalu anugeah Kristus Yesus.
Cara yang dilontarkan Lukas adalah tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi dengan kebaikan. Latar belakang historis pada masa itu dikenal sebuah motto Romawi, (siapa yang ingin damai bersiaplah untuk berperang). Motto ini menunjukkan konsep kekerasan, pemaksaan, keadilan, perdamaian dan kesejahteraan diproleh dengan cara “kejahatan harus dibasmi dengan kejahatan, sehingga mata ganti mata juga berlaku dalam konteks pada saat itu”. Lukas menolak tegas filsafat tersebut. Sesuai dengan konsepnya yang beradasarkan ajaran Yesus Kristus, ia mengajar hal yang sebaliknya, yaitu tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
- Memberi rasa solidaritas kepada kaum miskin, tertindas, tersisihkan dalam bentuk tanggung jawab sosial.
Lukas sangat menekankan pengampunan dalam misinya, yaitu pengampunan dosa dari Bapa melalui pengurbanan Yesus Kristus, Anak-Nya. Pengampunan ini dipraktikkan oleh Lukas dalam misinya melalui solidaritas sosial.


Misiologia Paulus
Menurut David J. Bosch konsep misi Paulus pada umumnya adalah undangan untuk bergabung dengan komunitas eskhatologis, yaitu perhimpunan orang-orang percaya dalam kekekelan di Surga pada masa yang akan datang. Artinya Rasul Paulus mempunyai dua target utama yaitu, 1)memberitakan Injil, dengan meyakinkan secara pribadi di dalam Yesus Kristus, untuk memproleh keselamatan yang sempurna yang akan dinikmati secara penuh di masa yang akan datang di surge. 2) keselamatan itu memancarkan cahayanya dengan penuh kuasa ke masa kini pada setiap orang kudus yang terpanggil baik orang Yahudi maupun orang non Yahudi untuk menjadi hamba kebenaran yang dibenarkan Allah, yang dipersatukan Allah pada saat ini di dalam gereja.
Puncak dari konsep misi Paulus adalah memanggil orang-orang yang belum percaya, terutama orang non-Yahudi, untuk bergabung dengan orang Yahudi yang sudah percaya sehingga saat ini untuk sementara waktu dipersatukan di dalam gereja dan masa yang akan datang dipersatukan secara kekal di surge (Rm. 15:15-21).
2.6 Konsep-Konsep Misi
Lee Kwang Soon menyatakan bahwa bedasarkan sejarah misi hingga era modern secara umum pandangan misi dapat dibagi dalam tiga pandangan besar. Pandangan tersebut antara lain adalah:
Konsep misi fundamental
Isilah fundamental sebenarnya menunjukkan suatu golongan atau aliran dalam bermisi. Istilah fundamental ini sendiri mungkin tidak disukai oleh gereja-gereja lokal tertentu yang ada sebenarnya memang beraliran fundamental.
Konsep misi fundamental dapat dipandang:
1. Dasi segi aktifitasnya
Secara sederhan. Konsep misi fundamental adalah usaha misi yang menekankan pada keselamatan pribadi. Bagi kaum fundamental,misi adalah memberitakan injil Kristus. Memberitakan injil Kristus berarti menyampaikan berita keselamatan dari Yesus Kristus dan mengajak pendengarnya untuk percaya dan menerima. Selain penyampaian injil keselamatan, semua tindakan lainnya itu dipandang bukan misi.
2. Dari segi teologinya
a. Percaya penuh akan otoritas Alkitab dalam iman dan kehidupan karena Alkitab yang ada sekarang sebagai wahyu Allah tanpa salah sehingga Allah tanpa salah sehingga harus diterima dan ditafsirkan secara harafiah adanya.
b. Percaya penuh akan penebusan dosa dalam darahYesus. Oleh karena itu masallah iman dan pertobatan merupakan hal terpenting  dalam hidup manusia.
c. Percaya penuh bahwa di luar Kristus dunia akan binasa. Oleh sebab itu pemberitaan Injil adlah panggilan Allah yang harus dilaksanakan setiap orang percaya.
d. Perjuangan utama adalah membebaskan diri manusia dari kuasa dosa dan kuasa-kuasa kegelapan berdasarkan karunia Roh Kudus sehingga setiap orang dapat menikmati anugerah surgawi. 
Konsep misi liberal
Istilah “liberal” hanya akan kita pakai dalam konteks misi yang maksudnya untuk menunjukkan suatu golongan atau aliran dalam usaha misi. Istilah ini menunjukkan suatu golongan atau aliran dalam usaha misi. Istilah ini mungkin tidak disukai juga oleh gereja-gereja tertentu yang sebenarnya memang beraliran liberal.
1. Dari segi Aktivitasnya
Dari segi aktivitasnya secara sederhana konsep misi liberal adalah suatu usaha misi yang menekankan pada tanggungjawab sosial. Dalam konteks ini, tanggungjawab sosial semula adalah reaksi terhadap misi yang hanya sekedar menutamakan keselamatan pribadi dari kaum fundamental. Menurut konsep misi ini, gerakan misi haruslah bermamfaat untuk masyarakat tanpa memandang agama atau orang-orang yang telah menjadi Kristen. Konsep misi Liberal muncul sebagai reaksi terhadap kaum fundamental yang hanya menekankan bidang rohani saja dengan konsep personal salvation tetapi mengabaikan kebutuhan-kebutuhan sosial manusia.  
2. Dari segi Teologinya
Istilah Liberal dalam hal teologi dipakai untuk menandai sikap atau pemikiran suatu teologi yang menolak segala kemutlakan dan kepastian, termasuk kemutlakan dan kepastian berita Alkitab dan keselamatan dalam Tuhan Yesus. Dari segi teologinya, jika dibandingkan dengan teologi Fundamental, ciri khas teologi Liberal adalah :
a. Alkitab adalah sebagian otoritas dalam kehidupan. Otoritas yang paling utama dalam kehidupan manusia adalah kebebasan individu dalam iman dan kehidupan.
b. Penebusan dosa dalam Kristus Yesus, termasuk aplikasinya seperti pengampunan dosa, pertobatan, kelahiran baru, kehidupan dalam roh adalah simbol-simbol moral.
c. Percaya bahwa di dalam Kristus ada keselamatan tetapi di luar Kristus ada juga keselamatan karena wahyu Allah tidak hanya melalui Alkitab saja tetapi ada jalur lain.
d. Perjuangan utama adalah membebaskan diri dari berbagai bentuk keterikatan karena keterikatan termasuk keterikatan berpikir, keterikatan dalam kebodohan, keterikatan dalam beraspirasi, dsb. 
Konsep misi evangelical atau holistic
Konsep misi Evangelikal pada hakikatnya adalah suatu konsep misi yang menggabungkan keselamatan pribadi dan tanggung jawab sosial. Pada hakekatnya pandangan ini melihat bahwa kebutuhan manusia bersifat menyeluruh (holistic), yaitu  kebutuhan jasmani dan rohani. Keselamatan pribadi dapa memenuhi kebutuhan rohani dan tanggung jawab sosial dapat memenuhi kebutuan jasmani. Istilah Evangelikal maksudnya untuk menunjukkan suatu golongan atau aliran dalam usaha misi. 

Konsep misi ini dapat dipandang dari:
1 . Dari Segi Aktivitasnya
Secara sederhana konseo misi injili adalah suatu usaha yang menggabungkan antara konsep  fundamental dan liberal atau menggabungkan keselamatan pribadi dengan tanggungjawab sosial. Hasilnya ialah misi yang bersifat holistik, yaitu mengarahkan dan melayani kebutuhan manusia secara lengkap yang meliputi kebutuhan roh, jiwa dan tubuh.Kebutuhan roh dipenuhi dengan memberi pelayana untuk keselamatan pribadi melalui Yesus Kristus. Kebutuhan jasmani dan tubuh dipenuhi dengan memberikan pelayanan tanggungjawab sosial.
Misi kaum injili memandang bahwa kebutuhan roh, jiwa dan tubuh manusia bersifat seimbang dan tidak terpisahkan. Oleh karena itu misi yang dilakukan harus menjangkau seluruh aspek roh, tubuh, dan jiwa, yang disebut holistik. Misalnya pendirian rumah sakit, sekolah-sekolah sekuler dll.
Beberapa hal aktivitas yang telah dilakuka oleh gerakan misi injili adalah; a) siaran radio, b) siaran melalui pemberitaan film, c) penerjemahan Alkitab, d) pemberitaan melalui kaset, e) gerakan di bidang pendidikan , f) gerakan di bidang kesehatan dll, Di Indonesia beberapa hal juga yang telah dilakukan antara lain; a) gerakan penginjilan perorangan, b) gerakan kelompok doa, c) gerakan pecan penyegaran rohani (retreat), d) gerakan yang beraliran pentakosta, e) gerakan pertumbuhan gereja.  
2 . Dari Segi Teologinya
Dari segi teologinya, jika dibandingkan dengan teologi fundamental dan liberal, ciri khas teologi injili adalah:
a. Percaya penuh pada otoritas Alkitab dalam iman dan kehidupan. Alkitab yang asli sebagai wahyu Allah tanpa kesalahan harus ditafsirkan berdasarkan gramatika (bahasa) dan latar belakang sejarahnya.
b. Percaya penuh akan penebusan dosa. Tentunya ada pertobatan atas dosa tersbut. Itulah sebabnya salah satu asas penting bagi kaum Injili adalah keyakinan dari suatu pertobatan. Pertobatan yang dimaksud adalah 1) perpalingandari dosa (dari perbuatan-perbuatan yang jahat menjadi perbutan baik 2) perpalingan iman kepada Yesus Kristus (dari penyembahan pda ilah-ilah lain menjadi penyembahan pada Kristus).
c. Percaya penuh bahwa di luar Kristus dunia akan binasa. Oleh sebab itu pemberitaan injil adalah panggilan Allah yang harus dilaksanakan. Iman injili menyatakan bahwa di luar Kristus dunia, termasuk manusia akan binasa. Pemberitaan injil menjadi sesuatu yang utama sehingga amanat untuk melaksanakan misi amanat agung Kristus merupakan sikap mutlak.
d. Perjuangan utama adalah kesetiaan pada kebenaran Wahyu Allah yang disingkapkan melalui Alkitab. Perjuangan utama adalah mempertahankan dan mengembangkan kesetiaan pada wahyu Allah sehinga setiap orang dapat masuk ke dalam kebenaran firman yang semakin mendalam. Aplikasinya adalah usaha-usaha misi yang bersifat holistic, yaitu bersifat menyeluruh (roh, jiwa dan tubuh). 
2.7 Strategi Misi Alkitabiah
Alron Clark Scanlon member enam alasan tentang sebab-sebab strategi diperlukan:
a. Luasnya tujuan misi kita. Tujuan misi kita adalah seluruh dunia. Tujuannya adalah manusia dapat mengenal, percaya dan dapat menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka. Jelas usaha misi ini bertujuan luas. Untuk itu diperlukan strategi agar efektif.
b. Status minoritas kita. Sejak Tuhan Yesus meproklamirkan injil di dunia hingga sekarang orang Kristen sejati merupakan kelompok yang minoritas. Kelompok yang mayoritas adalah para penyembah berhala yang mempunyai semua kekuasaan dengan seumber keuangan, kedudukan, kekuasaan politik.
c. Sumber-sumber kita yang terbatas di dalam dunia ini. Program-program misi memerlukan biaya yang besar. Untuk menyelamatkan 1 jiwa, biaya yang dipelukan bisa sebanyak biaya untuk mendirikan 7 gedung gereja.
d. Karya Tuhan dalam sejarah. Sebenarnya, sebelum injil diberitakan atau misi dilaksanakan, Tuhan berkarya dalam sejarah dan menyiapkan dunia untuk diinjili.
e. Kebutuhan kita untuk mengikat diri pada rencana dan karya Tuhan. Tuhan mempunyai rencana bagi setiap hamba-Nya. 
f. Roh Kudus membimbing pengikut-pengikutnya dalam tugas misi. Sebenarnya Roh Kudus membimbing hamba-hamba-Nya untuk menjalankan strategi dalam melaksanakan misi. Roh kudus tidak pernah membiarkan kita bekerja sendiri dan tidak akan membiarkan kita melangkah sendiri.
g. Pengajaran Tuhan Yesus. Penulis sering Roh kudus akan menyatakan apa-apa yang harus kita lakukan melalui strategi yag telah kita persiapkan. Strategi adalah suatu wadah untuk Roh Kudus berkarya di dalam pelayanan kita.
2.7.1. Strategi Misi Tuhan Yesus
Strategi misi Tuhan Yesus adalah basis bagi seluruh murid-Nya untuk melaksanakan misi Amanat Agung. Dua garis besar strategi misi Tuhan Yesus, yaitu strategi dalam Baptisan dan strategi dalam Perjamuan Kudus. Baptisan dan Perjamuan Kudus adalah dua upacara gerejawi yang sakral. Strategi Baptisan adalah bagian dari Amanat Agung. Menurut George A Perters strategi ini mengandung 4 garis besar pernyataan, yaitu: 1) kuasa dari sang Raja, 2) perintah dari Sang Raja, 3) pelaksanaanya “pergilah..baptislah..ajarkanlah..”., 4) penyertaan dari Sang Raja. Strategi misi Tuhan Yesus  dalam Perjamuan Kudus adalah: 1) Ia menyatakan para murid dalam Eklesia, 2) Ia mengingatkan para murid akan pengorbanan Kristus, 3) Ia mengajar murid memahami ajaran Yesus Kristus melalui Eklesia., 4) Ia mengamankan untuk meyampaikan injil melalui Eklesia.
2.7.2. Strategi Misi Gereja Mula-Mula
Ada beberapa hal dalam strategi misi gereja mula-mula yang dapat kita simpulkan berdasarkan background antara lain:
1.Melibatkan pribadi Tuhan Yesus. Artinya jemaat mula-mula membawa pribadi Tuha Yesus di dalam setiap kegerakan, keseriusan iman mereka, membuat ada suatu hubungan pribadi yang intim antara mereka dengan Tuhan Yesus.
2. Berani melakukan yag bersifat menentang arus dan revolusioner. Keberanian jemaat mula-mula atas dasar iman yang luar biasa dan keyakinan akan penyertaan Tuhan Yesus membuat mereka berani menentang arus seperti menentang sistem keagamaan, sosial, politik, budaya dll.
3. Membuat hubungan-hubungan baru dalam komunitas. Ajaran Kristen tidak membuat jurang pembatas karena hal-hal pemisahan antara si kaya dan si miskin. Mereka semua bersatu hati dalam persekutuan Kristen.
4. Mengungkapkan suatu pengharapan yang kuat. Mereka selalu mengungkapkan iman dan pengharapan mereka dengan semboyan maranatha (datanglah Tuhan).
5. Mengindetifikasikan Tuhan Yesus melalui penderitaan. Penderitaan karena beriman dan menjadi murid Tuhan Yesus merupakan  kemulian untuk menerima mahkota yang kekal.        
2.8 Perkembangan Strategi Misi di Era Modern
Perkembangan misi di Era modern ini dapat kita perhatikan berdasar atas strategi dari beberapa tokoh yang sangat berperan penting. Strategi dari beberapa tokoh tersebut adalah William Carey dan Rollan Allen.
A. Strategi Misi William Carey
William Carey adalah seorang misionaris Inggris, seorang hamba Tuhan dari gereja Baptis yang terkenal sebagai father of modern missions. Adapun yang menjadi strategi dari William Carey adalah: 
- Menggerakkan orang untuk bermisi dengan menulis buku
- Membentuk badan misi (Baptis Missionary Society)
- Menyerahkan dirinya beserta keluarga sebagai UBM
- Mmenerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa daerah di London misi
B. Strategi Misi Rolland Allen
Pada awal abad ke-20 strategi misi Allen mengejutkan dunia misi Barat karna sangat kontradiktif dengan strategi-strategi misi sebelumnya. Adapun beberapa hal yang menjadi strategi misi menurut Rolan Allen adalah:
- Semua ajaran yang merupakan asas kepercayaan harus jelas dan sanggup dipahami dan dimengerti sehingga mereka yang pernah menerimanya dapat menguasainya, menggunkanannya dan meneruskannya.
- Semua susunan organisasi harus mempunyai bentuk dan struktur yang sederhana sehingga dapat dimengerti dan dipelihara.
- Semua aturan keuangan yang dibuat untuk kehidupan dan keberadaan sehari-hari sebuah gereja sebaiknya diawasi dan dikelola oleh mereka sendiri terlepas dari bantuan asing manapun juga.
- Rasa dan tanggung jawab bersama orang-orang Kristen antara sesamanya sendiri sebaiknya diajarkan dan dijalankan dengan seksama.
- Kuasa atau hak untuk melaksanakan karunia-karunia rohani sebaiknya diberikan kepada jemaat dengan bebas dan dengan segera.
2.9 Misi Pemberitaan Injil
2.9.1. Berita Injil
Tugas penginjil adalah menyampaikan berita injil. Ikhtisar tujuh intisari Injil adalah 1) berita tentang Allah yang benar, 2) berita tentang keadaan manusia, 3) berita tentang Yesus Kristus, 4) berita tentang saib Kristus, 5) berita tentang Roh Kudus, 6) berita tentang keselamatan, 7) berita tentang gereja.
- Berita tentang Allah yang benar
Injil yang kita sampaikan harus menyatakan bahwa kita tidak akan dapat mengenal Allah yang benar kecuali Allah itu sendiri yang menyatakan diri-Nya kepada manusia melalui Alkitab.
- Berita tentang keadaan manusia
Injil yang kita sampaikan harus menyatakan bahwa keadaan manusia yang benar adalah menurut pandangan Allah yang telah digambarkan dalam Alkitab,bukan berdasarkan pandangan manusia sendiri. Pada pokoknya keadaan manusia menurut Alkitab adalah 1) manusia makhluk mulia karena diciptakan segambar dengan Allah dan diberi kuasa oleh Allah (Kej. 1:26-28) 2) manusia mahluk hina karena sudah jatuh dalam kuasa dosa untuk itu butuh keselamatan atau kelahiran secara rohani.
- Berita tentang Yesus Kristus
Injil yang kita sampaikan harus menyatakan bahwa manusia tidak mampu untuk menyelamatkan diri sendiri dari kematian rohani. Untuk itu, manusia membutuhkan seorang Juruselamat. Dan Alkitab menyatakan Juruselamat itu adalah Yesu Kristus.
- Berita tentang Salib Kristus
Injil yang kita sampaikan harus menyatakan bahwa karya terbesar Yesus Kristus adalah penyelamatan manusia melalui pengurbanan-Nya di kayu salib. Kematian Kristus di kayu salib adalah cara Allah untuk menghukum dosa-dosa orang yang mau percaya dan menerima pengurbanan-Nya
- Berita tentang Roh Kudus
Injil yang kita sampaikan harus menyatakan bahwa Roh Kudus sebagai salah satu dari oknum Allah Tritunggal. Dinyatakan bahwa 1) Roh Kudus adalah Allah yang nama-Nya disatukan dengan Allah Bapa dan Anak. 2) Roh Kudus adalah oknum (pribadi) yang berpengetahuan, punya kehendak sendiri dll.
- Berita tentang keselamatan
Injil yang kita sampaikan harus menyatakan bahwa keselamatan adalah kelepasan seorang dari keadaan sebagai manusia lama yang berdosa menjadi manusia baru yang telah mendapat pengampunan dosa oleh iman kepada Yesus Kristus.
- Berita tentang Gereja
Injil yang kita sampaikan harus menyatakan berita tentang gereja yan di dalamnya terdapat arti dan sifat-sifat gereja serta kewajiban orang percaya untuk menjadi anggota gereja. Arti, sifat dan kewajiban orang percaya adalah:
- Gereja adalah sebuah “am” yaitu himpunan orang yang telah percaya dan diselamatkan dari berbagai tempat, zaman yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
- Gereja adalah sebuah himpunan yang kudus
- Gereja adalah sebuah himpunan yang misioner atau disebut juga rasuli
- Kewajiban anggota gereja adalah berbakti di gereja lokal masing-masing, bersekutu antara anggota yang satu dengan yang lain dan terlibat kesaksian dan penginjilan. 
2.9.2. Kepribadian dan komitmen  penginjil
Setiap orang percaya terpanggil untuk bertanggung jawab dalam penginjilan. Misal terlibat dalam doa, sarana dan prasarana dll. Seorang penginjil diharuskan memiliki syarat-syarat umum sebagai seorang kristiani tetapi juga memiliki syarat-syarat khusus sebagai penginjil. Kita akan membahas 2 kepribadian yang mutlak yang menjadi syarat-syarat kepribadian khusus yang harus dimiliki penginjil. Syarat-syarat itu adalah keyakinan mengenai keselamatan dan kedewasaan rohani.
Seorang penginjil juga harus mempunyai komitmen (pernyataan injil) atas panggilannya sebagai seorang penginjil. Minimal ada 3 komitmen pokok yang harus dimiliki, yaitu: komitmen kepada Kristus, komitmen pada tujuannya, komitmen pada rencana penginjilannya.
2.9.3. Metode penginjilan modern
Beberapa metode pemberitaan injil yang dipandang terbaik pada saat sekarang, yaitu PI Pribadi dan Massal, jemaat yang misioner, comprehensive approach dan dialog komunikasi. Pemberitaan Injil secara pribadi adalah memberitakan Injil secara perorangan dengan pendekatan sesuai dengan pola pikir dan budaya penerima. Seperti telah disinggung sebelumnya, tahap-tahap penginjilan secara garis besar terdiri dari 3 tahapan harus diakukan yaitu: Presence evangelism (PI tahap kehadiran di hati penerima), proclaim evangelism, persuade evamgelism.
PI Massal adalah memberitakan Injil kepada sekelompok atau sejumlah orang. Metode ini meniru teladan Tuhan Yesus sewaktu khotbah dibukit yang dihadiri lebih dari 5000 orang. Metode modern dalam penginjilan massal yang terbaik menggunakan atau memamfaatkan multi media seperti media cetak, media elektronik, kelompok massa.
Jemaat yang misioner adalah kumpulan orang-orang yang terpanggil atau terpilih berdasarkan anugerah Allah. Mereka percaya ada Injil dan berusaha sepenuhnya untuk memelihara atau mempertahankan semangat menyebarkan Injil.
Comprehensive approach adalah pendekatan misi secara holistic. Gerakan misi ini hendak menjawab tantangan keseluruhan roh, jiwa dan tubuh dari manusia. Penekanan gerakan pemberitaan Injil dengan pendekatan ini adalah keselamatan pribadi dan tanggung jawab sosial.
Dialog komunikasi adalah percakapan dua arah untuk membahas suatu topik permasallahan berdasarkan pengertian masing-masing. Dialog adalah percakapan yang bersifat dua arah. Tujuan pemberitaan injil yang disampaikan seorang melalui percakapan dua arah membuat berita injil tersebut dapat dimengerti dan dipahami secara maksimal oleh pihak lain. 
2.10 Misi Lintas Budaya
Beban untuk membentuk dan melaksanakan misi lintas budaya adalah tugas gereja. Ada dua macam misi lintas budaya yaitu misi lintas budaya yang dibentuk oleh gereja dan misi lintas budaya yang dibentuk oleh kaum awam atau non gerejawi.
- Misi lintas budaya yang dibentuk oleh gereja
Gereja harus dengan segala daya upaya mensponsori badan misi atau urusan badan misi yang berada di bawah asuhan langsung dari gereja lokal. Gereja lokal harus terus memiliki program untuk merekrut dan melatih anggota-anggota gereja yang terpanggil menjadi urusan badan misi. Gereja lokal sebagai badan misi harus benar-benar menyiapkan dan mensurvei ladang yang akan dijadikan target misi dengan mengontak atau bekerja sama dengan orang-orang yang terbeban di lambaga misi.
- Misi lintas budaya yang dibentuk oleh kaum awam atau non gerejawi
Biasanya kaum awam yang dikoordinir oleh hamba-hamba Tuhan yang berdedikasi terhadap misi mendirikan sebuah badan misi karena dana yang dibutuhkan relatif cukup besar sehingga dapat saja terjadi kerja sama antara anggota suatu jemaat lokal dengan anggota jemaat lokal lainnya. Ini adalah salah satu unsur terjadinya misi yang interdenominasi.
Barrier kebudayaan adalah perbedaan kebudayaan antara budaya UBM dengan budaya LM. Barrier kebudayaan bisa berupa bahasa, pola hidup, adat istiadat, kondisi sosial, kondisi politik, kondisi ekonomi, agama atau kepercayaan.
Menembus Barrier kebudayaan adalah suatu bagian penting yang akan dialami oleh seorang UBM dalam MLB. Keberhasilan dalam menempuh barrier kebudayaan adalah langkah awal keberhasilan misi di ladang misi.
Adapaun tahapan-tahapan dalam menembus barrier kebudayaan akan mengalami 4 tahapan untuk mencapai suatu tahao manusia dan dwi –budaya. Hal itu antara lain:
- Tahap turis. Pada tahap ini seorang melihat budaya lain dari jarak dekat dan memproleh rasa tertarik dan pengalaman baru.
- Tahap shock budaya. Pada tahap ini seorang yang sudah masuk ke dalam budaya baru mulai merasa ada benturan-benturan budaya, hal-hal yang tidak cocok denggan kebudayaannya, tidak suka, benci pada hal-hal tertentu dari masyarakat tersebut, mengkritik budaya setempat. Tahap ini disebut sebagai tahao shock budaya karena apabila seorang turis sudah beberapa saat di suatu tempat wisata yang semula dianggapnya indah dan menraik, ternyata banyak hal yang tidak menyenangkan hatinya.
- Tahap penyesuaian. Pada tahap ini UBM berusaha untuk terus malaksanakan tugasnya di daerah tersebut dan menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat. Tahap ini disebut sebagai tahap penyesuaian karena pada tahap ini seorang UBM harus berusaha bangkit untuk tetap melanjutkan misinya. Ia harus berusaha bangkit untuk tetap melanjutkan misinya.
- Tahap dwi-budaya. Pada tahap ini seorang UBM berhasil menjadi bagian dari budaya setempat. UBM memiliki 2 macam budaya sekaligus, yaitu budaya asalnya dan budaya baru setempat. Manusia dwi-budaya langkah awal keberhasila. Keberhasilan suatu misi merupakan karya Roh Kudus. Seorang UBM yang sudah dwi-budaya adalah kunci pembuka penyampaian injil pada suku atau budaya lain.  
2.11 Misi Frontier
Frontier berarti area perbatasan dengan wilayah asing. Misi Frontier berarri usaha pengutusan printisan untuk menyampaikan injil di area yang memiliki karakteristik yang belum terjangkau oleh injil karena ikatan lingkungan budaya yan mengikat masyarakatnya sedemikian rupa sehingga menjadi suatu hambatan kuat yang menghalangi usaha misi Amanat Agung Kristus.
Secara lebih definitif lagi, wilayah frontier ini adalah suatu kelompok masyarakat yang di dalamnya mengandung ikatan dalam bentuk dua karakter yaitu group people dan dan unreached people.
Dayton mendefinisikan people group adalah kumpulan pribadi-pribadi yang saling mempengaruhi dengan kuat dan merasakan saling keterikatan di antara mereka karena penggunaan  bahasa, agama, kesukuan, wilayah, mata pencarian, kelas masyarakat, situasi.
Dayton juga mendefinisikan unreached people adalah suatu kelompok masyarakat di mana tidak ada kemandirian dan kemampuan dari orang-orang Kristen untuk memberitakan injil kepada orang yang ada dalam kelompok masyarakat tersebut.
Misi Frontier adalah suatu usaha mengutus para pioneer untuk memberitakan injil kepada group people dan unreached people dengan menghindari bentrokan secara maksimal karena budaya  setempat. Misi Frontier menjadi semakin jelas baik konsep maupun metodologinya. Winter mengangkat 7 istilah yang menjadi tahapan-tahapan dalam ilmu Misiologia Frontier yaitu:
- Reported adalah suatu tahapan dalam misi frontier untuk mencari sehingga dapat menemukan suatu area di mana terdapat group people atau unreached people sehingga keberadaan kelompok ini dapat dilaporkan
- Verified adalah suatu tahapan dalam misi frontier untuk mengadakan suatu peninjauan dan survei secara lebih mendetail terhadap keberadaan kelompok yang sudah dilaporkan tersebut.
- Evaluated adalah suatu tahapan dalam misi frontier untuk mengevaluasi hasil survey seperti sudah adanya data-data kependudukan, luas areal, misi yang telah masuk.
- Selected adalah suatu tahapan dalam misi frontier untuk mencari calon-calon UBM yangakan dikirim ke wilayah tersebut, termasuk mengetahui komitmennya, keseriausannya, keteguhannya, kemampuan dll.
- Supported adalah suatu tahapan dalam misi frontier oleh BM yang mengutus untuk mencari sumber-sumber seperti pendoa, pendana dll.
- Engaged adalah suatu tahapan dalam misi frontier untuk memulai pengiriman misionaris pioneer yang bersifat non residential
- Reached adalah suatu tahapan dalam misi frontier untuk mencapai target sesuai dengan program yang telah disusun.
Dalam konsep misi frontier program misi berhenti hanya sampai pada tahap perintisan. Tahap selanjutnya harus ditindak lanjuti dengan suatu program usaha misi lainnya, yaitu misi pendirian jemaat, karena konsep misi frontier hanyalah perintisan pemberitaan injil dlam suatu masyarakat yang memiliki karakteristik group people atau unreached people.
Dalam melakukan misi frontier ini ternyata tidak berjalan dengan mulus. Ada cukup banyak yang memperlambat proses berjalannya misi frontier. Dalam sejarah misi dari masa ke masa, kita dapat melihat kenyataan-kenyataan bahwa ada banyak hambatan utama dalam misi frontier sehingga beberapa program yang dilakukan oleh beberapa badan misi mengalami tantangan yang sangat signifikan. Hambatan-hambatan tersebut adalah:
- Adanya hambatan-hambatan yang kuat terhadap penyebaran berita injil
- Adanya korban yang berjatuhan dari para misionaris sebagai martir
- Nubuat dan peringatan dari Alkitab itu sendiri
Dalam misi frontier ada beberapa strategi yang dibangun yaitu; 1) strategi siaran radio Kristen, 2) strategi penerjemahan Alkitab, 3) strategi penyiaran kaset-kaset rohani, 4) strategi doa, 5) strategi non-residential. 
2.12 Misi Bawah Tanah
Ditinjau dari faktor kesulitan atau halangan dalam melakukan misi pemberitaan Injil, negara atau wilayah dibagi dalam tiga kategori yaitu:
1) Negara atau wilayah non-Resistance atau wilayah kantong Kristen
Mayoritas penduduknya memeluk agama Kriste. Injil terbuka dan bebas untuk diberitakan. Daerah seperti ini tidak membutuhkan Misi bawah tanah.
2) Negara atau wilayah low resistance atau wilayah penolakan rendah
Di daerah ini ada penolakan terhadap injil tetapi tidak secara formal. In terjadi di daerah mayoritas penduduknya non-Kristen tetapi tidak fanatic. Di daerah ini injil dihambat oleh kelompok tertentu tetatpi secara yuridis kegiatan injil masih bisa beroperasi meskipun secara terbatas. Daerah seperti ini membutuhkan misi bawah tanah tetapi terbatas dalam bidang tertentu saja.

3) Negara atau wilayah high resistance atau wilayah penolakan tinggi
Di daerah ini secara formal maupun fakta kegiatan pemberitaan injil dan gereja dilarang. Paling-paling kegiatan gereja diizinkan sebatas pemberian hak yang sangat terbatas untuk kelompok atau etnik kecil tertentu. Daerah seperti ini mutlak membutuhkan misi bawah tanah.
Misi bawah tanah harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Persiapan khusus dalam misi ini dilakukan oleh BM yang dikonsentrasikan pada UBM, persiapan itu terdiri dari: 1) pemanggilan khusus, 2) pembekalan khusus, 3) pengutusan khusus.
Badan misi juga harus memperhitungkan secara matang perencanaan pola gerakan dan arah tujuan dari misi bawah tanah ini. Beberapa pola dan tujuan tersebut adalah; 1) pola pertama bersifat rahasia, 2) pola kedua bersifat pribadi, 3) pola ketiga berbentuk kelompok sel secara terpisah, 4) pola keempat harus berazaskan kasih dan kekeluargaan. Dan yang menjadi arah tujuan atas hal itu adalah; 1) melakukan PI pribadi, 2) membentuk gereja bawah tanah. 
2.13 Misi Pendirian Jemaat
Misi pendirian jemaat adalah suatu program usaha dari kumpulan orang-orang yang terpanggil, untuk membentuk kumpulna baru bagi orang-orang yang baru terpanggil, untuk membentuk kumpulan baru bagi orang-orang yang baru terpanggil, si suatu tempat yang baru, di seluruh dunia.
Langkah-langkah yan ditempuh dalam mendirikan jemaat adalah; 1) pengutusan, 2) pendekatan, 3) penginjilan, 4) pertobatan, 5) penggabungan, 6) peneguhan, 7) penetapan, 8) penyerahan, 9) penerusan, 10) pemberitahuan.
Dan juga dalam misi pendirian jemaat ini ada beberapa prinsip yang harus kita pegang antara lain; 1) prinsip doa, 2) prinsip penginjilan, 3) prinsip pesan, 4) prinsip metode, 5) prinsip kredibilitas, 6) prinsip sasaran, 7) prinsip para petobat baru.
2.14 Momen-Momen dalam Sejarah Misi
Momen-momen dalam sejarah misi adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi tonggak sejarah secara global yang mempengaruhi perjalanan umat Kristen untuk melaksanakan Amanat Agung Kristus semenjak hari pentakosta hingga sekarang.Usaha untuk melaksanakan Amanat Agung inilah disebut dengan misi.
Dari beberapa momen-momen yang ada di dalam buku ini kami hanya menyajikannya beberapa saja yakni  mengenai William Carey dan Hudson Taylor.
William Carey menjangkau India 1793. William Carey terkenal sebagai seorang hamba Tuhan dari gereja Baptis dan menjadi father of modern missions. Ia juga terkenal sebagai pendiri the Baptist Missionary Society (Serikat Misionaris Baptis). Adapun metode yang dilakukan oleh Carey adalah:
- Menggerakkan orang untuk bermisi dengan khotbah dan menulis buku
- Membentuk badan misi, yaitu Baptist missionary society
- Ia menyerahkan dirinya beserta keluarga sebagai UBM
- Ia menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa daerah di ladang misi.
Hudson Taylor mencapai pedalaman Tiongkok 1850. Masuknya Hudson Taylor ke daerah Tiongkok disambut dengan gencarnya kampanye anti Kristen yang terjadi pada waktu itu. Akan tetapi prinsip Taylor adalah langsung menuju pribumi, memperluas misi dari wilayahnya dengan keharusan berpakaian dan berbahasa China meskipun di rumahnya sendiri. Usaha misinya sedikit tetapi benar-benar mengajak orang China untuk mengikut Kristus. Buku-buku karangannya, membahas dan mneladani dalam mambimbing untuk membentuk suatu formulasi terhadap misi ke pedalaman China. Misi Hudson Taylor adalah misi menentang maut karena:
- Ia tahu bahwa waktu itu Tiongkok tertutup bagi kekristenan
- Ia tahu ada kelompok-kelompok anti Barat
- Ia tahu ada gerakan-gerakan yang menimbulkan kerusuhan politik
- Ia tahu bahwa kondisi keamanan Tiongkok sedang tidak stabil
- Ia tahu bahwa di Tiongkok sedang terjadi wabah penyakit menular.
Namun tekad dan semangat untuk misi pemberitaan Injil dan membangun jemaat-jemaat Kristen tidak menjadikan ia surut dari visi dan misinya.

III. Kesimpulan
Misi menjadi tanggung jawab setiao umat Kristen, mengapa? Karena tema utama seluruh Alkitab adalah misi Allah, yaitu rencana dan tindakan Allah untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa melalui pengurbanan Yesus.  Akan tetapi kebanyakan orang saling tuding menuding untuk melakukan misi ini. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hambatan ada rasa takut, tidak sanggup pisah dengan keluarga, biaya yang tidak ada, dan tidak ada kemauan sama sekali. Akan tetapi yang dapat saya simpulkan setelah meresensi buku ini adalah bahwa bagi setiap umat yang mau member dirinya untuk Tuhan tidak perlu memikirkan kesusuhan tersebut karena Tuhan pasti cukupkan. Sebagai salah satu contoh kita bisa mula bermisi untuk daerah yang ada disekitar kita saja terlebih dahulu, ketika kita dapat melakukannya maka Tuhan akan memberikan ladang misi yang lebih luas lagi dan mungkin jadi kita bisa bergabung dengan badan misi yang ada. 

IV. Kritik, Saran dan Penilaian Buku
 Buku yang berjudul Misi Kristen Menjangkau Dunia dan Menyelamatkan Jiwa ini sangatlah bagus untuk di konsumsi para pembaca baik dari kalangan non teologi dan teologi. Buku ini tidak hanya bercerita tentang teori dan formula dalam bermisi tetapi kita juga disajikan dalam bentuk misi yang telah dilakukan sehingga kita bisa belajar dari hal tersebut. Penulis juga memberikan perenungan singkat di setiap babnya dan saya rasa itu membuat para pembaca semakin merasakan bahwa tulisan ini terasa mendarat di dalam kehidupan yang sedang kita jalani ini. Hanya sebagai tembahan mungkin dalam buku ini bisa juga ditambahkan beberapa media gambar yang mendukung tulisan seperti gambar-gambar dari tokoh-tokoh yang bergerak dalam bidang misi dan bisa juga diberikan kesimpulan-kesimpulan kecil (out line) di setiap babnya selain dari renungan tersebut.
V. Pertanyaan
1. Bagaimanakah cara kita untuk melakukan misi kepada orang-orang yang menggunakan logika dan sangat menyukai  hakl-hal yang real/ kelihatan??
2. Bagaimanakah sikap kita bila Injil yang telah kita sampaikan kepada seseorang tetapi dia tetap tidak mau untuk percaya?
3. Bagaimanakah cara kita untuk menyakinkan bagi jemaat bahwa hal yang terbaik adalah “sekalipun kita menderita, diejeki, disiksa bahkan ada yang harus mati martir untuk memberitakan Firman Tuhan itu menyenangkan bagi Tuhan”?
4. Bagaimankah sikap kita dalam bemisi di tengah-tengah jemaat yang sangat ketakutan dalam menantikan akhir zaman?
5. Bagaimanakah misi bisa hadir di tengah orang-orang yang berkecukupan (misalnya kaya raya)?
6. Bagaimanakah menurut pandangan misi mengenai kemajemukan agama yang terjadi di Indonesia?
7. Apa respon kita melihat agama lain juga yang sibuk melakukan misi sama halnya dengan kita?
8. Bisakah sesama penginjil saling menginjili satu dengan yang lainnya, jelaska!!
9. Ketika dipilih menjadi pendeta atau misionaris banyak orang dan mahasiswa teologi khususnya yang menjadi bingung bagaimanakah cara kita untuk meresponi hal ini?
10. Bagaimanakah kita meyakinkan jemaat untuk mau member diri dalam bermisi?

VI. Biodata Penulis
Dr. Bambang Eko Putranto, M. Th adalah pendiri dan ketua SekolahTinggi Misiologia Yogyakarta. Sampai tahun 2005 hamba Tuhan yang saat ini melayani di gereja jemaat Kristus Indonesia in menjadi misionaris Jangseok Presbyterian Church Korea untuk Indonesia. Pendidikan yang telah ditempuh antara lain: Faculty of Christian Education Presbyterian Theological (Changsin University) Seoul, Korea, Faculty of Graduate school world mission Presbyterian Theological Seminary di Changsin juga dan mengambil gelar doktornya di The joint program of international Theological Seminary, Seoul. 

Renungan...

Dengarkan dan Lakukan Nats : “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” [ayat 28] Ada satu p...