ARTI DAN MAKNA HIDUP MENURUT PARA NABI ABAD KE-8 SM
I. PENDAHULUAN
Hidup itu bukan karena hari tetapi karena arti. Itu merupakan sepenggal lagu rohani yang acapkali dinyanyikan oleh umat percaya. Lalu,bagaimana arti dan makna hidup menurut para nabi ke-8 sM. Inilah yang akan menjadi pembahasan pada kesempatan kali ini. Semoga dapat menambah wawasan kita semua.
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nabi
Dalam KBBI, nabi merupakan orang pilihan Allah untuk menerima wahyu-Nya. Pengertian lain mengenai nabi adalah orang yang dipenuhi oleh Roh Allah untuk berbicara atau bertindak dengan cara tertentu dalam menafsirkan peristiwa lampau dan yang sedang terjadi atau waktu yang akan datang. Para nabi dalam Perjanjian Lama adalah orang-orang yang berbicara mengenai pendalaman pengetahuan tentang Allah mereka mewartakan kesetiaan kepada perjanjian dan menentang pelaksanaan hukum secara lahiriah. Nabi adalah perpanjangan tangan Tuhan, hamba Tuhan, penyambung lidah Allah untuk menyampaikan firman Tuhan kemana pun ia disuruh Allah.
2.2 Pengertian Hidup
2.2.1 Pengertian Hidup Secara Umum
Hidup adalah bentuk atau kualitas eksistensi yang membedakan makhluk hidup dari benda mati. Karakteristik kehidupan yang dimiliki oleh semua organism hidup adalah pertumbuhan, reproduksi, metabolisme, dan kemampuan untuk menanggapi rangsangan. Hidup berarti masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya, bertempat tinggal (diam), mengalami kehidupan dalam keadaan atau dengan cara tertentu. Selain hidup itu, hidup juga merupakan keberadaan spiritual dianggap melampaui kematian jasmani.
Jadi, secara umum hidup merupakan sebuah proses pertumbuhan fisik dan juga memiliki aktivitas serta keberadaan spiritual dianggap melampaui kematian jasmani.
2.2.2 Pengertian Hidup Menurut Perjanjian Lama
Istilah Ibrani, untuk hidup atau kehidupan adalah הַי (hay) yang merupakan bentuk tunggal dan (khaiyim) dalam bentuk jamak. Yang terdapat 147 kali dalam Perjanjian Lama. Kata kerjanya yaitu הׇיׇה (hayah) pada awalnya berarti lamanya waktu seseorang hidup, biasanya jumlah tahun tertentu.
Selain bermakna lamanya waktu hidup, tentu ini juga berarti status kehidupan yang berlawanan dengan kematian (2 Sam. 15:21; Kej. 27:46), (kepemilikan atau sukacita) hidup atau kesehatan atau totalitas (Mzm. 56:14; Yer. 21:8) serta mata pencaharian (Ams. 27:27).
Bagi orang Ibrani, hidup atau kehidupan mempunyai makna selain makna kehidupan fisik. Bagi mereka, hidup adalah aktivitas atau keadaan yang baik atau kesejahteraan. Penggunaan kata ini dalam Perjanjian Lama di dasarkan atas dasar konsep gerakan atau aktivitas. Hal ini dikuatkan terutama karena ada kalanya kata ini digabungkan dengan שלום (shalom). Dalam kitab hikmat, semua jalan hikmat adalah shalom dan bahwa hikmat adalah pohon kehidupan bagi mereka yang bersandar pada-Nya (Ams. 3: 17) yang berbicara tentang panjang umur, kekayaan, kehormatan dan kebahagiaan. Maleakhi 2:5 menyatakan bahwa perjanjian Allah dengan orang Lewi adalah perjanjian “hidup dan damai”. Ada juga hubungannya dengan berkat (Ul. 28; 30:16, 19), karenanya kehidupan adalah berkat dan kematian adalah kutuk.
Selain itu, kehidupan juga berarti kesehatan atau kehidupan yang penuh. Hidup artinya bukan hanya hidup saja melainkan juga menikmati suatu hidup yang penuh, kaya dan bahagia. Sering juga berarti “kuat dan sehat”. Orang Israel digigit ular dipadang gurun melihat pada tiang ular dan “hidup” atau disembuhkan (Ul. 21:8). Hidup dihubungkan dengan “kepemilikan tanah” (Ul. 4:1; 5:33; 8:1). Jika demikian, hidup hanya didapatkan dengan menjaga perintah-perintah Allah.
Dalam Ulangan 16:20, “hidup” dan “memiliki negeri” maksudnya adalah keadilan. Allahlah yang memberi hidup sebab Dia adalah Tuhan atas kehidupan dan kematian. Dalam 2 Raja-raja 5:7, Allah dipandang sebagai yang menghidupkan yang disejajarkan dengan kesembuhan Naaman atas penyakit. Dia yang menghembuskan nafas hidup kepada manusia (Kej. 2:7).
Dalam Perjanjian Lama lebih bersifat presentis, yang menyangkut sebuah keadaan yang baik, seperti kesehatan, kesejahteraan, penuh dengan sukacita karena ketaatan terhadap pelaksanaan Hukum Taurat. Hidup bertentangan dengan kematian.
2.3 Konteks Bangsa Israel pada Abad ke-8 SM
Pemerintahan pada masa Uzia adalah satu raja yang mempunyai kemakmuran ekonomi yang tinggi untuk Yehuda,dan keagamaan terhadap Yahweh telah dikuasai atau dipengaruhi oleh penyembahan Baal. Uzia meningkatkan agrikultural atau pertanian bagi Yehuda dan penjagaan dengan system militer terhadap bangsa itu dengan peningkatan tentara. Sistem pertahanan yang baru dibangun di Yerusalem dan kemiliteran di Yehuda semakin diperkuat. Kemakmuran atau masa kejayaan selama masa pemerintahan Uzia yang memberikan suatu kebanggaan dan ini memuncak di dalam sebuah upaya untuk merebut fungsi-fungsi dari para imam (2 Raj. 15:5). Untuk hal ini, dia dihukum dengan penyakit kusta dan kematiannya pada tahun 740/39 seb. Masehi. Dia dikuburkan di dalam makam yang spesial. Upacara-upacara keagamaan yang dikaitkan dengan kemungkinan pemanggilan nabi Yesaya. (Yes. 6:1).
Ambisi politik dari Hazael dari Siria yang diperbandingkan dengan kejayaan kekuasaan Asyur. Israel dan Filistin yang berontak melawan Hazael dan Asyur, ketika Hazael menanggung kekalahan dan termasuk pada zaman Asyur. Kemudian raja Yoas memerintah lalu raja Yerobeam II yang memerintah atas Israel dengan pencapaian sebuah masa yang memiliki kemegahan dan kemakmuran, yang mengingatkan dengan masa pemerintahn raja Daud,yang bermula dari kerajaan Utara.
Di dalam kehidupan bangsa Israel pada masa abd ke – 8 sM, yang terjadi adalah krisi moralitas di kalangan bangsa itu. Ketika kemakmuran yang ada di dalam kelas perdagangan, perolehan yang memuncak dalam hal keuangan. Ketamakan dan ketidakjujuran di dalam urusan bisnis yang menjadi bayang atas kemakmuran yang terjadi di kerajaan Utara, yang mendorong terjadinya sebuah jarak pemisah antara yang kaya dan miskin, kalangan kaum atas hidup dengan kemewahan yang egois yang dimana hanya perdagangan yang terbaik dan hasil-hasil pertanian yang terbaik. `tidak ada sikap toleran antara petani-petani yang kecil.
Oleh karena itu, nabi Allah yaitu Amos dan Hosea yang sangat sadar akan masalah-masalah sosial yang terjadi di Israel, kemerosotan dari kehidupan bangsa itu merupakan sebuah masalah yang menjadi perhatian dan celaaan-celaan terhadap kenabian. Kelangsungan hidup dari kerajaan Utara mungkin hanya terjamin jika “’penghakiman terjadi layaknya air dan kebenaran sebagai sungainya” (Am. 5:24).
Amos mengajarkan bahwa Allah adalah yang sangat benar, oleh karenanya beberapa kejahatan dari keadilan atau moralitas yang hanya menyebabkan penghakiman yang keras. Kehancuran, bukan kemakmuran yang terjadi atas Israel, meskipun mereka adalah orang perjanjian Allah (Am. 3:2). Hosea setuju dengan pandangan ini adalah akhir dari dosa bangsa tersebut. (Hos. 5:1-14; 6:4-11), tetapi sebuah analogi perkawinan yang dilakukan oleh Hosea memohon dengan lembut dengan Israel untuk beralih dari kekafiran dan kembali bertobat dan percaya untuk kasih dan berkat Allah (Hos. 6:1-3; 14:1-3). Oleh karena itu, pada abad ke-8 sM para nabi memberikan kesimpulan bahwa Allah menggunakan manusia untuk pemulihan nama baik untuk kebenaran-Nya, dan memperkerjakan bangsa lain sebagai sambuk (batang) dari murka-Nya untuk menghukum yang tidak patuh terhadap-Nya dan orang-orang yang menyembah berhala.
Maka, dapat disimpulkan konteks abad ke-8 sM bangsa Israel adalah sebuah masa kemunduran, setelah masa gemilang kepemimpinan raja-raja besar, Daud dan Salomo yang merupakan raja yang berbuat yang menjdi khendak Tuhan. Kemunduran yang terjadi itu berakhir dengan kehancuran total kerajaan Israel dan pembuangan penduduknya ke Asyur pada tahun 722 sM.
2.4 Nabi-nabi Pada Abad ke- 8 SM
2.4.1 Nabi Amos
Amos adalah seorang nabi di Israel pada abad ke-8 SM. Nama Amos berarti "beban." Ia penduduk Tekoa wilayah Yehuda, yang terletak kira-kira 16 km sebelah selatan Yerusalem dan 6 km sebelah selatan Bethlehem. Desa Tekoa terletak di perbukitan kurang lebih seribu meter di atas permukaan laut. Wilayah pertaniannya subur, memiliki beberapa sumber air, dan menjadi tempat pengintaian yang penting dalam pertahanan wilayah Yehuda (bnd.Yeremia 6:1 ). Amos dipanggil dari desa tersebut untuk menyampaikan warta di tempat peziarahan Betel.
Menurut catatan Alkitab Kristen (Am. 1:1), Amos berkarya pada masa pemerintahan raja Uzia, dari Kerajaan Selatan dan dalam zaman Yerobeam II, anak Yoas, Kerajaan Utara. Menurut Amos 1:1 dan 7:14, ia adalah seorang peternak dan pemelihara pencari buah ara hutan. sehingga, kemungkinan besar ia tidak diasuh dalam golongan para nabi dan tidak melalui pendidikan untuk menjadi nabi di sekolah atau perkumpulan.
Dari Amos 7:15, ternyata pada suatu hari ia menjadi tahu bahwa Allah memanggil dia untuk meninggalkan domba-dombanya dan pergi ke pusat kerajaan Israel dengan tugas memaklumkan di sana hukuman Allah atas Israel, tetapi juga mengajak mereka untuk bertobat dan berbalik kepada Tuhan.
2.4.2 Nabi Hosea
Hosea adalah (הוֹשֵׁעַ "Keselamatan (ada) pada TUHAN" atau "TUHAN adalah keselamatan", adalah anak Beeri (Hos. 1:1) dan seorang nabi di Israel pada abad ke-8 SM. Ia adalah salah seorang dari keduabelas nabi kecil dalam Kitab Suci Ibrani atau Perjanjian Lama orang Kristen. Hosea melaksanakan tugasnya sebagai nabi sekitar tahun 750 sM, di Kerajaan Utara. Ia berkarya pada masa yang sama dengan Amos dan Yesaya, yaitu sekitar zaman Uzia (781-740 sM), Yotam (740-736 sM), Ahas (736-716 sM), dan Hizkia (716-687 sM) raja Yehuda, yang sezaman dengan raja Israel, Yerobeam II (783-743 sM).
Yang menarik adalah Hosea diperintahkan Allah untuk menikah dengan seorang perempuan sundal yang bernama Gomer binti Diblaim (Hos. 1:2-3) dan Hosea memiliki tiga orang anak yang diberi nama-nama simbolis, yaitu Yizreel, Lo-Ruhama, dan Lo-Ami. Yizreel, yang pada satu pihak mengingatkan Israel akan penumpahan darah yang dilakukan oleh Yehu untuk memperoleh takhta (2 Raja 9-10), dan pada pihak lain menyampaikan ancaman hukuman Allah atas raja Yerobeam II (Am. 7:11). Anak yang kedua, yang diberi nama, Lo-Ruhama yang berarti tidak-dikasihi, yang menandakan bahwa Allah tidak dapat lagi mengasihi bangsa Israel dan tiba waktunya untuk Allah menghukum mereka dan anak yang ketiga, yang bernama Lo-Ami, yang berarti bukan umat-Ku, yang menandakan bahwa Allah tidak lagi mengakui Israel sebagai umat-Nya.
2.4.3 Nabi Yesaya
Yesaya adalah nabi pada abad ke-8 sM. Seperti nyata dalam pendahuluan Yesaya 1:1, dia bernubuat pada masa raja Uzia (790-740 sM), Yotam (740-731 sM), Ahas (731-715 sM), dan Hizkia (715-686 sM). Ia dipanggil sebagai nabi dalam tahun matinya raja Uzia yaitu tahun 740 sM.
Yesaya bin Amos (ayahnya bukan nabi Amos) adalah seorang Yehuda menikah dan istrinya yang melahirkan dua orang putra, yaitu Syear Yasyub (orang yang tertinggal akan kembali) dan Maher-Syalal Hasy-Bas, (cepat rusak, cepat jadi mangsa).
2.5 Arti dan Makna Hidup Menurut Para Nabi Abad ke-8 SM
2.5.1 Nabi Amos
Keadaan di Israel adalah keyakinan dari para pemuka dan dari para pemimpin rakyat adalah keyakinan yang semu. Dengan memberi pesan yang menggelisahkan, yang diucapkan dengan perkataan yang pedas-pedas,maka tampillah sebagai nabi ditangah-tengah bangsa Israel seorang awam dari Tekoa, yaitu Amos.
Pada masa itu, Kerajaan Utara mengalami masa-masa kejayaannya, terutama di bidang ekonomi, militer dan politik. Akan tetapi, Amos menjumpai banyak ketidakadilan sosial yang marak dalam masyarakat; perdagangan internasional yang luas untuk keuntungan para penguasa; praktik-praktik bisnis yang penuh tipuan terhadap orang miskin dan tak berdaya; dan perampasan tanah milik orang yang miskin. Pada saat itu upacara-upacara keagamaan terus dipelihara, tetapi hal itu dilaksanakan beriringan dengan sifat kefasikan. Korban persembahan yang mahal diberikan, namun merupakan uang pemberian mereka yang miskin.
Yang menjadi perhatian Amos adalah ketidak-adilan sosial. Amos mengatakan bahwa bangsa Israel telah “menjual” orang benar karena uang (2:6), itu artinya bahwa di Israel telah terjadi jual-beli manusia untuk menjadi budak sebagai ganti pembayaran hutang. Tindakan amoral yang sangat dikutuk Amos (2:7) mungkin menunjuk kepada penyalahgunaan dan penyiksaan budak-budak wanita. Amos secara khusus menunjuk bahwa sistem keadilan (מׅשְפַט) telah hancur, sehingga suap, sogok serta sikap acuh-tak-acuh maka para orang kaya dan penguasa dapat memanipulasi hukum untuk kepentingan diri mereka sendiri, termasuk untuk menindas orang miskin (Am. 5:10-11, 15). Lalu, Amos juga melihat bahwa ibadah-ibadah Israel yang sangat teratur ternyata merupakan tipuan yang tak berguna (Am. 5:4-5, 21-24) dan Tuhan akan dengan segera memberikan hukuman atas penyalahgunaan keadilan (צְדׇקׇה) . Tuhan akan benar-benar menyertai mereka ketika mereka benar-benar menghadirkan dan memberlakukan keadilan yang sebenarnya (5:14). Penekanan Amos adalah ketika kebenaran dan keadilan itu mampu untuk diberlakukan dalam kehidupan bangsa Israel maka itu adalah hidup yang berkenan di hadapan Allah.
“Carilah Aku, maka kamu akan hidup”, ini merupakan firman Tuhan di dalam Amos 5: 4-6 yaitu mengenai jalan menuju hidup. Sebab Allah sendiri berkata: “Carilah Aku” (= mintalah pengajaran kepada-Ku; tanyakanlah kehendak-Ku), maka kamu akan hidup (ay. 4). Dan seakan-akan Amos mengulangi dengan perkataannya sendiri: “Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup” (ay. 6). Tetapi…bukankah orang Israel itu sibuk mencari Tuhan? Bukankah mereka sibuk untuk berbakti kepada-Nya dan untuk menyenangkan hati-Nya dengan segala upacara keagamaan mereka? (bnd. 4:4-5). Janganlah berziarah ke “tempat-tempat suci” itu, kata Amos. Orang menyangka berbakti kepada Tuhan disana dan menyenangkan hati-Nya dengan jalan melakukan berbagai upacara keagamaan, dengan maksud supaya Ia memberkati dan menolong manusia. tetapi, semua itu adalah untuk kepuasan diri sendiri. Tuhan tidak menginginkan hal itu. “Carilah Aku, maka kamu akan hidup”, maksudnya ialah tanyakan apa yang menjadi kehendak Tuhan, mintalah pengajaran kepada Tuhan (ay. 4) maka dalam kehidupan orang akan melakukan kebenaran dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari, Ia mengkhendaki supaya orang mencari yang baik dan bukan yang jahat (5:14 “Carilah yang baik dan jangan yang jahat supaya kamu hidup dengan demikian Tuhan, Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan”), ini menandakan bahwa arti hidup ialah ketika bangsa Israel mampu melakukan khendak Allah dengan wujud keadilan dan kebenaran terhadap sesama, tidak ada lagi jual-beli manusia sebagai ganti pembayaran hutang, tindakan amoral, suap, sogok serta sikap acuh-tak-acuh, para orang kaya dan penguasa dapat memanipulasi hukum untuk kepentingan diri mereka sendiri, termasuk untuk menindas orang miskin, atau adanya keadilan sosial di dalam kehidupan sehari-hari itulah arti hidup. Karena hidup adalah ketika mampu mencari yang baik yang menjadi khendak Tuhan, hanya atas dasar itu ada kemungkinan diselamatkan dan dapat melintasi, lulus dari penghukuman dan Tuhan akan selalu menyertai. Dengan perkataan lain, Amos hendak menyatakan bahwa dalam kehidupan keagamaan,”teori” dan “praktek” haruslah bersesuaian; “kepercayaan” dan “perbuatan” tidak dapat dipisahkan satu sama lain; “kasih kepada Allah” dan “kasih kepada manusia” haruslah satu.
2.5.2 Nabi Hosea
Nabi Hosea yang menikah dengan seorang perempuan sundal yang bernama Gomer dan nama ketiga anak dari Hosea merupakan gambaran atau simbolis dari Israel yang tidak setia. Pasal 1 yang menceritakan mengenai wahyu pemanggilan Hosea yang menjadi titik permulaan pemberitaan Hosea mengenai hubungan yang buruk antara Allah dan bangsa Israel. Ketika Hosea yang telah menikah dengan Gomer, perempuan kemudian jatuh kembali kedalam kehidupan lamanya, dari mana Hosea dahulu mengambilnya. Di dalam pasal 2 terdapat ceritera yang menginterpretasikan perkawinan sebagai simbol hubungan antara Allah dan Israel. Di dalam pasal itu juga disinggung mengenai perceraian (2:2) atau perpisahan yang menjurus kepada keinginan agar isteri yang tidak setia itu mau kembali kepada suaminya (2:7). Ini merupakan suatu gambaran mengenai atau yang menunjukkan bahwa Gomer adalah seorang wanita yang telah ikut dalam upacara-upacara penyembahaan Baal, dimana para penyembah mendramakan perkawinan ilahi antar dewa Baal dan dewi Anat. Dengan cara penyembahan seperti itu, maka bangsa Israel telah menunjukkan penyelewengan atas nama agama dan penyelewengan terhadap Allah.
Pemberitaan nabi Hosea yang dengan segenap hidupnya (eksistensi) dia berjuang melawan proses pembaalan (Baalisasi) dan kepercayaan Israel. Akibat dari prose situ, Yahwe hanya diakui sebagai salah satu ‘ilah’ ataupun salah satu ‘baal’. Sikap dan pengakuan sedemikian itu ia sifatkan sebagai “persundalan” , yakni kebalikan dari ikatan perjanjian antara Yahwe dengan Israel yang dia umpamakan sebagai ikatan perkawinan yang tak dapat pecah karena kesetiaan Allah. Perkawinan dengan seorang perempuan sundal harus menggambarkan dan mengumpamakan kesetiaan Allah. Hosea memperjuangkan perkawinan dengan perempuan sundal, sekalipun Gomer yang telah dikawini olehnya ternyata perempuan itu kembali kepada persundalan tetapi Hosea tetap setia dengan perintah Tuhan yang menyatakan : “pergilah lagi, cintailah perempuan bersundal dan berzinah (3:1-2)’ kepada Gomer dengan membeli perempuan lima belas syikal perak dan satu setengah homer jelai, seperti itulah Allah yang mencintai bangsa Israel sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain. Cinta kasih Hosea harus mencontoh dan meniru apa yang dilakukan Tuhan: yaitu memberikan cinta kasih kepada dia yang tidak layak menerimanya oleh karena dia tak setia. Menyukai kue kismis (ay. 1) maksudnya adalah rupa-rupanya kue kismis dipakai dalam ibadah. Dapat diartikan bahwa orang Israel mengabdi kepada Baal hanya karena keenakan dan kemanisan maka Yahwe ditinggalkan. Tetapi, cinta kasih Allah tetap kepada bangsa tersebut. Hidup adalah mencari Tuhan ialah hidup yang akan persekutuan, rindu akan persekutuan yang sungguh-sungguh dengan Dia. Allah adalah kasih, dan bangsa Israel harus bertobat dan persekutuan dengan Allah.
2.5.3 Nabi Yesaya
Proto Yesaya ialah bagian pertama dari kitab Yesaya yang berisikan mengenai nubuat-nubuat yang disampaikan selama beberapa pemerintahan beberapa raja yang penuh dengan gejolak krisis dan politik. Proto Yesaya yaitu khususnya dalam pasal 1: 2-3. yang menceritakan mengenai Tuhan yang mengeluh oleh karena kefasikan umat-Nya. Tuhan yang telah memilih dan menjadikan Israel sebagai umat perjanjian, bukan atas dasar kebaikan atau jasa umat itu sendiri, melainkan hanya karena kasih karunia Tuhan saja, oleh karena itu timbul “hubungan perjanjian”, dimana Tuhan sebagai Bapa dan Israel sebagai anak-Nya yang telah dipelihara itu, dibesarkan dan dibina agar mereka bisa hidup berkenan kepada Sang Bapa dan bersyukur kepada-Nya. Akan tetapi, anak-anak Israel tersebut lebih rendah dibandingkan dengan lembu atau keledai yang selalu “mengingat” akan pemiliknya. Kata “mengingat” menunjuk kepada kesetiaan dan mengenal serta menaati kehendak dan perintah si pemiliknya, tetapi “Umat-Ku”, umat perjanjian itu telah “melupakan dan mengecewakan Tuhannya!” Seruan untuk meninggalkan ibadah yang sia-sia, ketika masa kejayaan kekayaan harta material oleh para pemimpin Israel, sayangnya itu disalahgunakan dalam ibadah mereka, ibadah yang penuh kemunafikan terhadap Tuhan, ketika banyak korban persembahan yang marak dengan pesta-pesta perayaan yang meriah dengan menaikkan doa-doa yang panjang sambil menadahkan tangan mereka ke atas, tetapi para janda dan yatim piatu ditelantarkan. Baalisme yang merupakan latar belakang dari kebobrokan moral-religius Israel pada sepanjang masa. Dibawah-bawah pohon melakukan pelecehan seksual sebagai persembahan kepada Baal.(1:29-31)Firman Tuhan menyatakan bahwa tindakan mereka adalah jahat, keliru dan sia-sia (1:16-20). Akan tetapi, mereka tidak usah takut dan putus asa, oleh karena Tuhan Allah Perjanjian yang hidup siap untuk mengampuni jika mereka mau menurut dan mendengar firman Tuhan dan kembali kepada-Nya yang penuh kasih anugerah. Ini menunjukkan bahwa kehidupan umat Allah diwarnai ketidak-adilan, kekerasan, dan ketidakjujuran (1:4, 21-23), penuh dengan kesalahan. Akan tetapi, ketika bangsa Israel hidup yang menyerahkan diri secara totalitas, menurut dan mendengar firman Tuhan maka aka nada peneguhan kembali janji Allah, kehadiran Allah yang memberi perlindungan dan pertahanan kepada mereka. Ketika hidup adalah anugerah, dari kasih Allah yang penuh dengan anugerah maka seharusnya bangsa Israel mampu untuk hidup berkenan dengan khendak Sang Bapa. “Berjalan dalam terang Tuhan” atinya agar bangsa itu benar-benar bertobat (2:5).
2.6 Refleksi Teologis
Berbicara mengenai hidup dan gaya hidup manusia pada abad ke-8 sM adalah tidak jauh berbeda dengan kehidupan yang terjadi pada masa kini. Apa yang terjadi pada masa kini? Kehidupan dengan teknologi yang semakin hari semakin canggih, semakin maju, lalu sifat egoistis, individualis, materialistis, konsumerisme ialah merupakan gaya hidup pada masa kini (lifestyle). Hal ini yang menjadi salah satu ancaman atau yang akan membawa manusia kepada penurunan kualitas moral. Salah satu contohnya adalah pada hari Minggu, ketika semua umat percaya datang bersekutu dengan umat percaya lainnya di dalam gereja, tentu saja ada orang yang berpikir “Mengapa harus ke gereja kalau hanya ingin mendengarkan khotbah? Toh, di televisi juga ada siaran yang menayangkan mengenai khotbah, toh ada internet untuk membaca renungan-renungan”. Ini adalah salah satu pemikiran yang tak bisa dipungkiri tentu ada manusia berpikiran seperti itu dizaman ini. Padahal, seharusnya ketika manusia menyadari bahwa manusia itu adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dengan akal dan budi, maka manusia tersebut yang telah mengaku percaya kepada Tuhan, harus mengutamakan Tuhan di dalam hidupnya, jangan karena kenikmatan duniawi membawa manusia hanyut dalam kepentingan dirinya sendiri, dan melupakan kehendak Tuhan di dalam kehidupannya.
“Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup”, penggalan ayat dari Amos 5: 6 ini mengingatkan kita akan kehidupan pada masa kini, ketika banyak terjadi ketidakadilan sosial, ketika terjadi penyelewengan atau manipulasi hukum, atau korupsi yang merajalela dalam kehidupan manusia, ketidakpedulian terhadap sesama, kurangnya solidaritas, ketidakjujuran dalam melakukan sesuatu, apakah kita sebagai umat percaya telah mencari Tuhan, meminta pengajaran apa yang menjadi khendak Tuhan, apakah kita mencoba untuk selalu melakukan apa yang menjadi khendak Tuhan di dalam firman-Nya? Ini pertanyaan-pertanyaan yang perlu kita pikirkan dan jawab pribadi lepas pribadi.
Oleh karena itu, sebagai umat percaya marilah kita menyendengkan telinga kita untuk mendengar apa yang menjadi khendak Tuhan dalam kehidupan kita agar kita dapat merasakan cinta kasih yang penuh anugerah dari Allah yang selalu setia terhadap umat-Nya sekalipun umat-Nya seringkali melupakan Dia. Hidup bukan karena hari tetapi karena arti. Mari menjalani kehidupan ini bersama dengan Tuhan, dan keselamatan dan berkat akan selalu ada melingkupi kita
III. KESIMPULAN
Konteks pada abad ke-8 sM ialah masa dimana bangsa Israel tetap melakukan upacara-upacara kultus terhadap Allah tetapi yang terjadi adalah kemunafikan, dimana mereka juga melakukan kehidupan yang menyembah baal, ketidakadilan sosial yang terjadi, ketidakjujuran yang terjadi. Lalu, para nabi yang diutus Tuhan mencoba untuk memulihkan agar bangsa Israel kembali hidup di dalam Tuhan. Hidup dalam pandangan para nabi abad ke-8 sM adalah bagaimana ketika mencari Tuhan, maka ia akan hidup, maksudnya adalah ketika Allah yang penuh dengan belas kasihan dan dengan cinta kasih dan penuh anugerah tetap mengasihi bangsa Israel sekalipun bangsa tersebut melakukan tindakan amoral, ketidakadilan sosial, penyelewengan-penyelewengan yang terjadi, penyembahan berhala tetapi Allah tetap mengasihi bangsa tersebut.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Bergant, Dianne dan Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta: Kanisius, 2002
Blommendaal, J., Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979
Boland, B. J., Tafsiran Alkitab: Kitab Amos, Jakarta: BPK-GM, 2011
Darmawijaya, Pr, Warta Nabi Abad VIII, Yogyakarta: Kanisius, 1990
Harrison, R. K., Old Testament Times, London: Inter-Varsity Press, 1971
Holladay, Wiiliam L., A Concise Hebrew and Aramic Lexicon of the Old Testament, Grand Rapids: Eerdmans, 1980
Kas, Pankat, Warta Gembira Untuk Para Calon Baptis: Ikutlah Aku, Yoygakarta: Kanisius, 2012
Kuiper, A. de, Tafsiran Alkitab: Kitab Hosea, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011
Lasor, W.s. dkk , Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994
Macmillan, Dictionary, New York: Macmillan Publishing, 1977
Milliard, A. R., “Amos, Kitab” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I: A-L dengan J.D. Douglas (ed.), Jakarta: Bina Kasih, 2008
O’Collins, Gerald dan SJ. Edward G. Farrugia, Istilah-istilah Teologi, Yogyakarta: Kanisius, 2001
Poerwadarminta, W. J. S., KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 1996
Rad, Gerhard von, Old Testament Theology Vol. 1, London: SCM Press, 1975
Ridderbos, N. H., “Yesaya” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I: A-L dengan J.D. Douglas (ed.), Jakarta: Bina Kasih, 2008
Ringgren, “הׇיׇה” dalam Theological Dictionary of Testament Theology Vol. IV, G. Johannes Botterweck and Helmer Ringgren (eds.), Grand Rapids: Eerdmans, 1980
Spark, T. Austin, Pelayanan Nubuatan, Jakarta: Yayasan PI, 2001
Wahono, S. Wismoady, Di Sini Kutemukan, Jakarta: BPK-GM, 2011
Widyapranawa, S. H., Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya: Pasal 1-39, (Jakarta: BPK-GM, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar