Kamis, 22 Februari 2018

Katekisasi Sidi


KATEKISASI SIDI 


Kedewasaan tidak ditentukan oleh usia, namun dari iman dan sikap yang menuju pada hal yang lebih baik. Di dalam agama Kristen Protestan, sidi dapat dikatakan sebagai suatu acara pelepasan yang sakral bagi pemuda/i Kristen dari remaja yang kekanak-kanakan menuju remaja yang dewasa. 
Katekisasi berasal dari kata kerja Yunani katekhein (κατεχειν) “memberitahukan dari atas (panggung, mimbar) ke bawah, dn dari situ juga “mengajarkan” (Luk. 1:4; Kis. 18:25; Rom. 2:18; Gal. 6:6).  Pada awalnya kata ini bisa merujuk kepada apa saja yang diajarkan. Mulai abad ke-16, katekhein menjadi istilah baku yang mengacu ke kegiatan membimbing masuk anggota ke dalam iman Kristen, apakah mereka orang dewasa yang baru menjadi percaya, atau anak-anak yang telah dibaptis tetapi masih saja perlu menerima pengajaran. 
Di dalam sejarah katekisasi sidi itu sendiri sudah ada sejak Gereja Lama pada abad-abad pertama tarikh Masehi. Dalam abad kedua pendidikan gereja diatur dengan seksama. Gereja menuntut bahwa pengajaran berlangsung sepanjang tiga tahun. Kemudian, sejak abad IV, katekisasi sidi mengalami penurunan, persiapan selama tiga tahun menjadi tiga minggu saja. Sudah cukup ketika anggota-anggotanya dapat menghafal sejumlah doa-doa  dan tahu menerima sakramen menurut petunjuk gereja. Barulah pada zaman Reformasi, pendidikan oleh gereja mulai diperhatikan kembali dengan sebaik-baiknya. Para reformator menginginkan suatu umat Kristen yang sadar dan mengetahui akan isi pengakuannya. Mereka mengarang buku-buku pelajaran berupa Katekismus. Tujuan katekisasi yang terutama adalah mengajar kaum muda mengenai jalan keselamatan yang benar dan panggilan tiap-tiap orang Kristen terhadap gereja dan masyarakat. Peneguhan sidi pun terdapat perubahan, jikalau di dalam Gereja Katolik Roma, konfirmasi itu dianggap sebagai salah satu sakramen yang dengan sendirinya mengerjakan berkat rohani dalam diri orang yang menerimanya, asla ia menerimanya dengan khidmat dan percaya. Para pembaru gereja membuat peneguhan atau konfirmasi itu menjadi suatu upacara yang indah, yang bersendi pada pengakuan iman dan janji-janji dari orang yang menamatkan pelajaran katekisasinya. 
Katekisasi Sidi merupakan salah satu upaya gereja untuk membina dan mempersiapkan anggota atau jemaat untuk menjadi orang Kristen yang bertanggungjawab. Katekisasi adalah wadah pembinaan dan pendidikan umat Gereja untuk kelak mengakui imannya dihadapan Allah dengan disaksikan oleh jemaat-Nya pada waktu peneguhan sidi.  Katekisasi yang diberikan oleh gereja adalah dalam bentuk pengajaran yang bertujuan untuk menolong anggota atau jemaat gereja untuk bertumbuh dalam kedewasaan iman dan mampu mengambil keputusan yang bertanggungjawab atas segala tindakannya sendiri sesuai dengan Firman Tuhan. Dengan demikian sikap dan tingkah lakunya dapat menjadi teladan di tengah-tengah lingkungannya.  
Katekisasi memiliki tujuan secara umum yaitu katekisasi dapat digambarkan sebagai kegiatan membuat orang memahami sabda Allah, yaitu Kitab Suci dan mengikut Yesus Kristus yang adalah Sabda Allah yang hidup dan membantu orang mengamalkan iman di dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat sebagaimana tanggung jawab penuh anggota gereja.  Katekisasi sidi itu bertujuan untuk membimbing orang Kristen agar melaksanakan tugas panggilannya sebagai seorang Kristen baik dalam keluarga, lingkungan, gereja, masyarakat, bangsa dan negara dan orang Kristen yang bertumbuh di dalam kebenaran kasih Allah (Ef. 4:15, 16). Hal ini dipertegas oleh pendapat Bons-Storm yang mengatakan bahwa: “Seorang sidi adalah seorang anggota jemaat dengan sadar mengakui bahwa ia percaya kepada Yesus sebagai Juruselamatnya dan yang berjanji bahwa ia mau mengikut Tuhan. Jadi seorang anggota sisi adalah seorang Kristen yang dewasa dan bertanggungjawab”.  
Seharusnya melalui pengajaran katekisasi sidi, para anggota katekisasi kidi akan menyadari tugas mereka sebagai orang yang mengaku kepada Kristus. Mereka bersama-sama dengan anggota jemaat lainnya antara lain merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Mereka harus mengaitkan diri dengan persekutuan gereja. Melalui katekasi sidi, para anggota katekisasi sidi dapat juga dilatih dan diperlengkapi agar mereka mampu menghubungkan iman kekristenan dengan masalah-masalah dan tantangan yang dihadapi.   
Dalam pengajaran katekisasi tersebut, gereja harus mempersiapkan berbagai hal dengan tujuan untuk menunjang tercapainya tujuan katekisasi yang sesungguhnya. Hal-hal yang mungkin perlu dipersiapkan oleh gereja adalah pengajar yang dapat diandalkan dalam bidang ini. Persiapan lain yang perlu dilakukan adalah kurikulum, metode yang dapat ditunjang penyampaian kurikulum, waktu yang dibutuhkan, buku-buku penunjang materi, dan lain-lain.  Katekisasi sidi itu bukanlah sekedar pengajaran yang menenangkan agar setiap orang berproporsi dalam rituisme kekristenan.  Tugas katekisasi yang dilupakan oleh gereja akan menimbulkan pendangkalan pengetahuan bagi anggota gereja ketika pengajaran katekisasi sebagai persiapan bagi para anggota katekisasi sidi (katekumen) tidak dipersiapkan dengan matang.
Martin Luther menyusun kurikulum salah satunya katekismus untuk pendidikan gereja sangat membantu untuk membentuk karakter orang Kristen. Katekismus yang bukan hanya sebagai pegangan bagi para pelajar sidi melainkan merupakan bimbigan bagi orang percaya sepanjang jalan imana yang harus ia tempuh.  Luther juga menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik sehingga ada keseimbangan dalam kurikulum itu tidak hanya agama saja tetapi juga pendidikan yang lain juga di ajarkan sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas sebab dengan mengetahui pendidikan yang lain itu juga menyadarkan peserta didik bahwa Allah juga bisa berkarya lewat apa yang sedang kita pelajari itu. Oleh karena ia amat sadar akan kemungkinan-kemungkinan yang tersirat dalam pengalaman pendidikan, warga Kristen berhak bertumbuh dalam iman Kristen sehingga dihayati dalam kehidupan sehari-hari.  Di semua gereja yang merupakan hasil karya RMG, katekismus Luther menjadi dasar dalam pendidikan agama, sebagai ganti atau disamping Katekismus Heidelberg. 
Di dalam pengajaran katekisasi sidi, pengajaran yang diberikan adalah pengajaran mengenai iman Kristen. Pengajaran iman yang digunakan sebagai bahan katekisasi sidi biasanya didasarkan pada konfesi-konfesi yang dimiliki oleh gereja yang menyelenggarakan katekisasi sidi tersebut. Selain Pengakuan Iman Percaya, gereja juga menggunakan katekismus  yang berisikan sakramen, dasa firman, Doa Bapa Kami, dan Penghiburan dalam Kristus serta Hukum yang Utama.  Dasa Titah berfungsi sebagai cermin bagi manusia untuk mempelajari dosa dan sengsaranya, bagaimana hidup anggota-anggota jemaat sebagai orang-orang yang bertanggungjawab dalam dunia.
Dalam pengajaran katekisasi sidi tidak cukup hanya memeriksa calon sidi mengenai sejumlah pengetahuan tentang Alkitab dan pengakuan iman rasulinya, tetapi seorang calon sidi dapat menyadari apa artinya isi dari pengakuan Iman tersebut bagi kehidupannya sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut di atas Bons Strom mengatakan sebagai berikut: 
“Percakapan harus diadakan kepada pengikut katekisasi sidi kurang-kurangnya dua atau tiga kali seminggu. Isi percakapan itu sebagai berikut: pemeriksaan tentang isi Alkitab dan pengakuan Iman Rasuli, sebabnya calon sidi ingin mengetahui bagaimana sikapnya terhadap panggilannya sebagai seorang pengikut Yesus”.

Dari kutipan di atas dipahami bahwa perlu adanya percakapan atau hubungan antara majelis jemaat dengan calon sidi, untuk memperdalam pemahaman tentang Alkitab, pengakuan iman serta sikap seorang pengikut Kristus dan dalam penerapannya sehari-hari. Penghayatan iman yang dimiliki oleh seorang Kristen di dalam kehidupannya sehari-hari sangat dipengaruhi oleh bagaimana pelaksanaan katekisasi yang diberikan oleh gereja. Oleh karena itu merupakan tugas yang penting sekali bagi majelis jemaat. Katekisasi itu sama dengan memelihara bibit padi yang nanti dapat tumbuh menjadi padi yang baik. Jikalau bibit padi itu diabaikan maka tentulah hasil panen akan mengecewakan. Oleh karena katekisasi adalah pendidikan calon-calon sidi, dengan maksud agar mereka mengerti arti dan fungsi iman, jemaat dan gereja, maka tidak mungkin katekisasi dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat.  
Pelayanan katekisasi sidi adalah merupakan tugas pokok gereja. Dalam hal ini gereja bukan hanya menyelenggarakan tetapi juga harus bertanggungjawab kepada perencanaan dan pelaksanaan katekisasi sidi tersebut. Sebagaimana tujuan dari pengajaran katekisasi sidi bukan hanya anak-anak yang diteguhkan menjadi anggota sidi dan menjadi anggota gereja yang resmi selain itu gereja juga harus memberitakan Kabar Baik yang memanggilnya untuk mempercayainya segala janji Allah melalui Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya. 
Ketika seseorang sidi mengakui imannya dihadapan Allah dengan disaksikan oleh jemaat-Nya pada waktu peneguhan sidi dengan mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli yang dimulai dengan ucapan “aku percaya”, maka ia sudah memahami bahwa kata “aku” adalah gereja. Ia mengaku kepercayaannya “bersama-sama dengan gereja segala abad dan tempat”. Ia sudah memiliki pemahaman bahwa ia dipanggil supaya percaya kepada Tuhan Yesus dan dipanggil untuk mengaku kepercayaan itu di hadapan Allah dengan disaksikan jemaat-Nya, sehingga ia memahami bahwa ia adalah saksi Kristus , dengan perkataan dan perbuatan dan segala tingkah lakunya di dalam kehidupan sehari-hari.  Di dalam kehidupan sehari-hari, iman dan akal bekerjasama. Terdapat pedoman hidup yang dimiliki oleh seorang yang mengaku percaya seperti yang dimiliki oleh Abaham yaitu “Aku hidup dari iman dan oleh iman (Rom. 1:17). Iman itu hidupku. Tuhanlah yang menjadi hidupku.”  Katekisasi sidi itu sangat berperan penting di dalam kehidupan iman seseorang, penghayatan iman akan pengakuannya sebagai orang percaya dapat diwujudkannya, salah satunya di dalam kesatuan didalam persekutuan di dalam Kristus (persekutuan atau koinonia). 
Bagaimana seseorang dapat memiliki penghayatan iman di dalam kehidupannya jikalau pengajaran katekisasi sidi hanya dilakukan di dalam satu kali dan prioritas utamanya adalah orang Kristen yang akan menerima peneguhan tersebut mampu mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli (Hata Haporsayaon). Katekisasi sidi seharusnya merupakan pengajaran iman yang membimbing seseorang agar ia mampu untuk percaya kepada Allah sehingga sanggup menghayati, mentaati dan melaksanakan imannya dalam keluarga, gereja dan masyarakat (Ef. 4:12-13).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Renungan...

Dengarkan dan Lakukan Nats : “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” [ayat 28] Ada satu p...