Thema : Berpegang Pada Janji Tuhan
I. Pengantar
Ada banyak kisah yang menceritakan bagaimana karakter bangsa Israel, dari sejak keluarnya mereka dari Mesir yang dipimpin oleh Allah sendiri melalui Musa hamba-Nya. Kisah pemilihan bangsa Israel menjadi bangsa pilihan Tuhan dan itu adalah janji Tuhan kepada mereka bahwa mereka akan menjadi umat yang kudus kepunyaan Allah sendiri, namun dengan satu syarat yang menghantar mereka kepada perjanjian Allah itu yaitu harus senantiasa berpegang teguh kepada janji Tuhan dan mendengarkan firman Tuhan. dengan demikian mereka mempunyai status yang baru sebagai umat Allah, dan itu adalah sebagai upah mereka apabila mereka taat akan perintah-perintah Allah. Dalam poin berikut ini akan kita lihat bagaimana janji Allah kepada bangsa Israel dalam pertemuan-Nya dengan Musa di padang gurun Sinai.
II. Penjelasan Nats
Ayat 1 & 2
Dalam ayat ini dikatakan pada bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir, mereka tiba di padang gurun Sinai, dan mereka pun berkemah di sana setelah kepulangan mereka dari Rafidim. Padang gurun Sinai adalah rangkaian dari tiga pegunungan bagian selatan, terletak di sudut semenanjung yang berbentuk segitiga dan memiliki 3 puncak. Puncak di tengah, oleh orang Arab disebut Jebel Musa, yang di sebelah selatan disebut Jebel Hum, sedangkan yang terakhir dinamakan Jebel Serbol. Dataran yang terletak di dekat gunung itu pastinya cukup luas untuk menampung bangsa Israel seluruhnya. Tempat itu ditemukan di Er-Raha yang di sebelah utara Jebel Musa, atau di Wadi es-Sebayeh yang terletak di timur yang pertama luasnya sekitar 40 are, cukup luas untuk sejumlah besar orang Ibrani.
Ayat 3 & 4
Musa naik ke puncak gunung itu untuk menghadap Tuhan, lalu Tuhan pun berseru kepada bangsa Israel melalui Musa. Allah mengatakan bagaimana Ia mendukung dan menjaga bangsa Israel di atas sayap rajawali dan membawanya kepada-Nya. Di satu pihak Tuhan digambarkan seperti burung rajawali yang terkenal sangat rajin memelihara anak-anaknya dengan memberi makan, membimbing, melatih serta melindungi mereka. Bahkan mengajarkan mereka terbang secara luar biasa (band. Ul. 32:11-14). Selain itu rajawali sangat kuat, berkuasa, dan sanggup merusakkan musuhnya (band. Ul. 28:49, Yer. 48:40, 49:22). Demikianlah pemeliharaan Tuhan terhadap bangsa Israel dapat dipahami secara sederhana.
Ayat 5 & 6
Dalam ayat ini Tuhan mengatakan bahwa jika Israel dengan sungguh-sungguh mendengarkan firman-Nya dan berpegang teguh pada perjanjian-Nya, maka bangsa itu akan menjadi harta kesayangan Tuhan dan mereka akan menjadi kerajaan imam. Artinya di sini adalah apabila Israel mampu untuk tetap setia dan menjaga hubungan baik dengan Tuhan melalui penyerahan diri secara total kepada janji Tuhan, maka mereka akan menjadi kepunyaan-Nya dan menjadi harta kesayangan-Nya. Harta kesayangan yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu milik yang khusus, di mana hanya Tuhan saja yang memilikinya dan berhak atasnya. Istilah ini digunakan pada orang Israel yang setia dimasa depan yang diidam-idamkan dalam I Pet. 2:9 dan Tit. 2:14 yang menunjuk kepada gereja. kepantasan pemilihan ini berdasarkan hak daulat Allah untuk berbuat apa yang dikehendaki-Nya dan untuk memilih siapa yang dikehendaki-Nya. Segala-galanya adalah kepunyaan-Nya. Harta kesayangan juga menunjuk kepada harta benda seorang raja yang sangat disenangi dan mempunyai nilai yang tinggi. Dalam I Taw. 29:3 diterjemahkan sebagai “kepunyaan-Ku sendiri” dan dalam Pengkhotbah 2:8 diterjemahkan “harta benda”. Sedangkan berkenaan dengan kerajaan Imam (band. I Pet. 2:5-9 ; Wahyu 1:6 ; 5:10 ; 20:6) dikatakan bangsa yang kudus goy qadosy. Umat yang kudus dan am yang juga sering dipakai dalam kitab Ulangan (17:6 ; 14:2, 21 ; 26:19), dan sebagai yang kudus, Israel dipanggil dan dikhususkan untuk melayani Tuhan.
Ayat 7 & 8
Kemudian sesuai dengan yang diperintahkan oleh Tuhan kepada Musa, maka ia kemudian menyampaikan perintah dan perkataan Tuhan itu kepada bangsa Israel dan kepada tua-tua bangsa itu, dan kemudian mereka semua memberikan jawaban kepada Tuhan, bahwa mereka akan melakukan seluruh apa yang diperintahkan Tuhan kepada mereka. Maka Musa pun kemudian menyampaikan jawaban atau respon yang diberikan oleh bangsa itu kepada Tuhan.
III. Refleksi
Ada seorang anak laki-laki yang bebal dalam sebuah keluarga keturunan raja. Ia adalah putera tunggal sebagai pewaris tahkta kerajaan Ayahnya. Namun apabila dilihat dari karakter dan kepribadiannya sungguh berat hati ayahnya memberikan tahkta kerajaan itu dibawah kepemimpinannya. Namun diusia yang sudah tua dan sangat retan dengan penyakit, sang ayah harus menyerahkan tampuk kepemimpinan itu kepada anak semata wayangnya itu. Pada dasarnya sang ayah sangat mengasihi anak itu, namun anak itu memang seorang anak yang tegar tengkuk dan suka melawan. Suatu hari sang ayah memanggil sang anak ke dalam biliknya, dengan sangat tergesa-gesa dan penuh semangat anak itu menemui ayahnya, dengan harapan akan dibicarakan mengenai pewarisan kepemimpinan kerajaan. Kemudian sang ayah pun mulai berbicara, “hai anakku yang kukasihi, engkau melihat sudah lanjut usia ayahmu sekarang, oleh sebab itu ayah mau melanjutkan kepemimpinan ayah dengan mewariskannya padamu”, mendengar perkataan itu sang anak sangat senang, dengan wajah yang berbinar-binar ia memandang ayahnya, itu sebagai respon setuju terhadap perkataan ayahnya. Kemudian ayahnya melanjutkan lagi berbicara “tapi itu semua akan menjadi kenyataan bila kamu memenuhi satu syarat yang saya berikan”. Mendengar itu wajah sang anak langsung berubah, dengan penasaran yang tinggi itu ia segera bertanya “apa syaratnya yah? Aku pasti akan melakukan dengan baik seperti yang ayah kehendaki”. Kemudian ayahnya pun mengatakan bahwa ia harus membawa segayung air berkeliling kerajaan disaksikan oleh seluruh masyarakat kerajaan itu. Ia akan mengelilingi kerajaan sebanyak 5 kali putaran tanpa ada setetes air pun yang boleh terjatuh dari gayung itu. Dan jika ia berhasil, maka tampuk kepemimpinan kerajaan itu akan resmi diwariskan dibawah kepemimpinannya. Maka satu malam itu merenunglah anak itu sampai keesokan paginya, tetapi ia tidak menemukan jawaban apa-apa. Namun esok ia harus segera menjalankan permintaan ayahnya. Maka pagi-pagi sekali ramailah orang kumpul untuk menyaksikan apa yang bakal terjadi kepada pangeran itu. Maka dengan wajah pucat dan tangan gemetar, ia pun mulai membawa air yang diisi dalam gayung itu berkeliling istana selama 5 kali putaran. Singkat cerita ternyata tanpa ia sadari ia telah sampai pada putaran kelima, dan ternyata ia berhasil membawa air itu dengan tidak ada setetes pun air yang terjatuh dari gayung itu.
Tahukah kita, apa rahasia dari keberhasilan sang pangeran dalam memenuhi syarat yang diberikan oleh ayahnya? Jawabannya hanyalah satu yaitu memusatkan perhatian atau fokus. Sejak awal anak itu sudah merasa sangat takut dan gusar, ia sangat takut kalau-kalau ia akan melakukan pelanggaran, ia juga takut mengecewakan ayahnya jika ia tidak mampu memenuhi keinginan ayahnya. Ia juga berpegang teguh kepada janji ayahnya, jikalau ia berhasil melakukan permintaan ayahnya maka kepadanya akan dipercayakan kepemimpinan kerajaan itu, karena memang ia sangat menginginkan kepemimpinan itu sebagai hadiah dari ayahnya. Dorongan-dorongan itulah yang menyebabkan ia senantiasa tetap teguh dengan rasa takut ia selalu memusatkan perhatiannya kepada air yang ada di dalam gayung itu, sehingga apabila air itu mulai bergoncang dan hampir jatuh, maka ia pun memperlambat jalannya dan menenangkan langkahnya, walau banyak orang di sekelilingnya yang mencoba untuk mencuri perhatian dan mengganggu konsentrasinya, tetapi ia tetap teguh dan bertahan dalam pendiriannya, dan keteguhan hati itu jugalah yang membawa keberhasilan kepadanya untuk memenuhi perintah dan permintaan ayahnya. Namun satu hal yang paling penting adalah dengan pengalamannya itu, maka kepribadian dan karakternya yang semula sangat meragukan untuk menjadi seorang pemimpin kini berobah menjadi kepribadian yang sangat tahan uji, dan penuh dengan semangat juang yang ia peroleh melalui pengalamannya sendiri dengan takut akan ayahnya.
Pesan apa yang dapat kita ambil dari ilustrasi ini? kita sebagai orang Kristen dan orang yang telah dipilih dan dipanggil oleh Allah sendiri sebagai umat-Nya sering sekali tidak fokus akan apa tujuan hidup kita sebenarnaya, kita tidak memusatkan perhatian kita terhadap perintah dan ketetapan Allah, dan bahkan kita juga tidak peduli sama sekali terhadap janji-janji Allah kepada kita. Seperti misalnya ada bapak ibu di sini yang punya banyak hewan peliharaan misalnya lembu atau ayam. Seharusnya kita sebagai pemilik lembu, maka kitalah yang harus mengatur keberadaan lembu itu. Namun pada kenyatannya, tidak jarang sekarang ini hewan peliharaan sudah lebih sehat dan lebih makmur daripada orang yang punya hewan peliharaan itu. Mengapa bisa terjadi? Hal itu dikarenakan bukan manusia lagi yang menggembalakan lembu, tetapi lembulah secara tidak langsung yang mengatur dan menggembalakan manusia (pagi sore manusia asik mengurusi makanan ternak, bahkan lebih mengutamakan persiapan makanan ternak daripada makanan sendiri, bahkan hari minggu adalah kesempatan yang baik untuk mencari makanan ternak di ladang orang, misalnya jagung, karena yang punya ladang sedang ke gereja). Manusia asik dengan keinginan-keinginan daging dan memperkaya diri sendiri, manusia tidak sadar bahwa lebih daripada itu semua akan ditambahkan oleh Allah jika kita terlebih dahulu mencari kerajaan-Nya (Mat 6:33). Banyak diantara kita yang tidak fokus dalam menjalani hidup kita sebagai pengikut Tuhan, kita lebih banyak menyimpang ke kiri dan ke kanan. Menjadi pengikut diri sendiri atau menjadi pengikut ternak kita dengan mematuhi peraturan perundang-undangan diri kita sendiri atau peraturan hewan ternak atau harta kita yang lain.
Ada satu hal yang menjadi penyebab kita kurang fokus dalam hal mengikut Yesus yaitu kita tidak punya rasa takut kepada Allah, kita tidak takut kehilangan janji-janji yang telah dijanjikan oleh Allah sendiri kepada kita. Sadar atau tidak sadar itulah kenyataan yang kita alami pada saat ini. kita sering sekali berbicara “takut akan Tuhan…..” tetapi apakah dengan segala perbuatan dan tidak tanduk kita sekarang sudah mencerminkan bahwa kita sendiri sudah takut akan Tuhan? Satu pertanyaan yang harus kita renungkan dalam hati kita masing-masing. Sama seperti bangsa Israel yang telah dipilih oleh Tuhan sendiri untuk menjadi bangsa-Nya, umat pilihan-Nya, dan bahkan menjadi harta kesayangan yang Ia banggakan (Kel. 19:5-6), apabila bangsa itu mampu berjalan dalam kehendak Allah, turut pada perintah dan hukum-Nya serta berpegang teguh pada janji-Nya.
Sama seperti anak yang takut mengecewakan ayahnya seperti di dalam ilustrasi tadi, ia selalu berpegang teguh kepada janji ayahnya, dan itulah yang menjadi motivasi yang kuat baginya untuk bertekun dalam pekerjaan dan tanggungjawab yang dikehendaki ayahnya. Hendaklah juga kita berpegang teguh pada janji Tuhan senantiasa takut dan taat kepada Tuhan dan menjalankan apa yang Ia perintahkan kepada kita. Jadikanlah jani Tuhan itu menjadi motivasi positiv untuk kita senantiasa bertekun dalam mengikut Tuhan. Dengan demikian kita akan menerima janji-janji Tuhan dan akan mendapat upah dari kesetiaan dan ketaatan kita, yaitu menjadi kepunyaan Tuhan sebagai harta kesayangan-Nya.
IV. Kesimpulan
Janji Tuhan sebagai motivasi untuk kita mampu bertahan dalam menjalani hidup.
Berpegang pada janji Tuhan akan membuahkan keteguhan hati dan tahan uji.
Keteguhan hati akan membuahkan ketaatan dan menghantarkan kita benar-benar masuk ke dalam perjanjian Tuhan itu.
* Referensi Buku
Tafsiran Alkitab Wycliffe
Tafsiran Alkitab, Kitab Keluaran
Tafsiran Alkitab Masa Kini 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar