Kepemimpinan di Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS)
I. PENDAHULUAN
Kepimpinan adalah pengaruh, dan kepemimpinan rohani (gereja) adalah menggerakkan orang-orang berdasarkan agenda Allah. Tugas seorang pemimpin adalah mempengaruhi umat Allah untuk melaksanakan rencana Allah.
Untuk menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah atau segampang yang dipikirkan setiap orang, karena menjadi seorang pemimpin harus memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap anggotanya. Menjadi seorang pemimpin berarti seseorang harus mampu mengarahkan angotanya untuk dapat mencapai tujuan bersama. Di dalam kitab Kejadian 1:28 Allah sudah memerintahkan “penuhilah bumi dan taklukkan lah itu, berkuasalah,,,” ini adalah salah satu mandat yang diberikan Allah kepada adam dan hawa dengan maksud supaya mereka dapat memimpin segala sesuatunya, mereka dapat mengatur dan bahkan berkuasa atas bumi. Dari mandat tersebut, Allah sudah mengharapkan supaya manusia bisa menjadi seorang pemimpin yang baik. Menjadi seorang pemimpin berarti ia harus mampu mempengaruhi banyak orang-orang disekitarnya, menjadi seorang pemimpin harus selalu siap sedia setiap saat di dalam melihat persoalan di dalam orgnisasi atau di dalam kepemimpinannya. Untuk itu tidak semua pemimpin berhasil di dalam kepemimpinannya, banyak hal yang membuat pemimpin jatuh karena tidak bijaksan di dalam kepemimpinannya dan salah satu konsekuensi dari kepemimpinan yang sukses adalah banyaknya godaan, ini berulang-ulang diperingatkan di dalam Alkitab.
Gereja dapat didefenisikan sebagai sebuah persekutuan yang diberi spesifikasi atau konotasi yang khusus, yaitu sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil, dipilih dan dikuduskan untuk menjadi berkat bagi semua orang atau sesama manusia. dan dapat juga dikatakan bahwa gereja adalah umat Allah yang dipanggil keluar keluar dari dalam kegelapan kepada terangnya yang ajaib, untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar (I Pet 2:9). Gereja dalam bahasa Yunani berasal dari “Kuriake” yang berarti milik Tuhan. GKPS adalah gereja yang dipanggil dan diutus oleh Allah ditengah-tengah dunia ini. Ia berada dan terjadi bukan karena inisiatif manusia, akan tetapi atas inisiatif Allah dalam rangka misi penyelamatan-Nya di tengah-tengah dunia ini. Hakekat keberadaan gereja bersumber pada misi Allah. Saat ini kita akan melihat bagaimana kepemimpinan di GKPS, semoga paper ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita.
II. PEMBAHASAN
2.1. Sekilas Mengenai GKPS
GKPS merupakan singkatan dari Gereja Kristen Prostestan Simalungun, yang merupakan salah satu gereja yang berlatarbelakang kesukuan, yaitu suku Simalungun. GKPS adalah sebuah gereja Kristen dari daerah Simalungun yang dirintis oleh zendeling (pengabar Injil) dari Rheinische Missionsgesellschaft (RMG), sebuah badan pengabaran Injil dari Jerman sebagai upaya mengabarkan Injil bagi suku Simalungun. Kontak pertama RMG dengan Simalungun dilakukan melalui Henri Guillaume yang ditempatkan RMG di Kuta Bukum, Karo pada tahun 1899. Pada tanggal 16 Maret 1903, Dr. Schreiber dari RMG secara mengutus telegram singkat yang merekomendasikan pengabaran Injil ke Timorlanden (sebutan bagi Simalungun).
Setelah menerima telegram yang berisi Tole den Timorlanden das Evangelium (perintah menyebarkan Injil di tanah Timur) maka pada tanggal 2 September 1903 sekelompok penginjil dari RMG yang dipimpin oleh pendeta August Theis tiba di Pematang Raya untuk menyebarkan Injil. Tanggal 2 September sampai saat ini diperingati setiap tahunnya oleh anggota GKPS sebagai hari olob-olob yang artinya sukacita untuk mensyukuri masuknya firman Alkitab di Simalungun. Dan pada saat itu bernama HKBP Simalungun
Pada tanggal 1 September 1963, HKBP Simalungun resmi berganti nama dengan GKPS. Surat resmi yang ditandatangani oleh Pdt. G. H. M. Siahaan (wakil HKBP) dan Pdt. Jensi Siboro (mewakili HKBPS) di HKBPS Jalan Sudirman Pematangsiantar dan pada tahun 1964 GKPS menjadi anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).
2.2 Model Kepemimpinan GKPS
GKPS merupakan gereja Kristen yang beraliran Lutheran. Bagi Luther, jabatan-jabatan gereja adalah pendeta dan para penatua yang menjalankan tugas dalam ibadah dan pengajaran. Yang terpenting bagi Luther adalah jabatan-jabatan gereja itu tidak bertentangan dengan inti amanat Alkitab atau Injil.
Luther tidak menekankan gereja sebagai lembaga yang memiliki tata jabatan dan organisasi yang baku. Karena itu, gereja-gereja Lutheran dapat memilih pola dan sistem yang cocok dengan situasi dan kebutuhannya. Dalam perkembangannya, pendeta menduduki posisi tertinggi sekaligus penentu semua kebijakan gereja. Maka, gereja yang termasuk gereja Lutheran memiliki sistem kepemimpinan Sinodal. Dan GKPS termasuk dalam gereja Lutheran dengan sistem keorganisasian atau sistem pemerintahan Sinodal.
2.3 Kepemimpinan Sebagai Panggilan dan Suruhan Gereja di GKPS
Dengan berlandaskan iman, pengharapan dan kasih, berdasarkan Tata Gereja Bab 3 pasal 6 GKPS terpanggil dan disuruh untuk:
a. Bersekutu dalam Yesus Kristus, Yohanes 17: 21-23, 1 Korintus 1:9, 1 Yohanes 1:7.
b. Bersaksi melalui perkataan dan perbuatan, Ulangan 6:4-9, Matius 28: 19-20, Markus 16:15, Kisah Rasul 1:8.
c. Melayani sesuai dengan teladan Yesus Kristus, Matius 25: 40, Markus 10:45, Lukas 44:18-19.
Untuk itulah di dalam menunaikan panggilan dan suruhan gereja sebagaimana yang di maksud dalam pasal 6, GKPS mempunyai tugas dan tanggungjawab:
a. Mewujudkan persekutuan di kalangan orang-orang percaya.
b. Memberitakan Firman Tuhan dan mengabarkan Injil serta melaksanakan pelayanan Sakramen.
c. Menyelenggarakan usaha-usaha pengasihan dan pelayanan.
d. Menetapkan jabatan-jabatan pelayan ggereja.
e. Memimpin, membimbing dan membina jemaat berdasarkan firman Tuhan serta melaksanakan siasat gereja.
f. Menjamin kerjasama secara terbuka dengan gereja-gereja dan berperan aktif dalam badan-badan oikumenis di tingkat lokal, wilayah,nasional, regional, global.
g. Mencerdaskan dan mensejahterakan warga ereja dan masyarakat serta mewujudkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.
h. Membina hubungan yang harmonis, dinamis dan dialogis dengan semua golongan atau kelompok masyarakat Indonesia yang majemuk.
i. Melestarikan, memberdayakan dan memelihara budaya Simalungun dalam terang Firman Tuhan.
j. Turut melaksanakan Pancasila an UUD 1945.
k. Menyelenggarakan kegiatan dan usaha yang mendukung pendanaan pelaksanaan dan tugas dan tanggungjawab gereja.
l. Proaktif melaksanakan pelestarian lingkungan hidup, memelihara ekosistem dan menjaga keseimbangan alam.
2.4 Pelayan sebagai Pemimpin di GKPS
Yang disebut sebagai pelayan sekaligus yang menjabat sebagai pemimpin di GKPS adalah:
1. Anggota GKPS, sesuai dengan imaamat am orang percaya, terpanggil untuk melayani (band. 1 Ptr 2:9)
2. Tanpa mengurangi arti dan hakekat imamat am orang percaya, di GKPS ada yang disebut dengan jabatan pelayan yang terdiri dari Pendeta, Penginjil, Sintua, Syamas, dan Guru Sekolah Minggu.
3. Pendeta, Penginjil dan Sintua adalah Jabatan Pelayan Tahbisan (Ef. 4:11-12).
Dan dengan demikian ketika sudah ada jabatan pelayan, maka tugas dan panggilan gereja sebagai pelayan akan diwujudnyatakan di dalam persekutuan jemaat yang terstruktur mulai dari tingkat jemaat-jemaat, tingkat resort, tingkat distrik dan seluruh jemaat GKPS.
2.5 Tugas dan Tanggungjawab Pemimpin GKPS
Di GKPS kepemimpinan muncul akibat adanya tugas dan panggilan maupun suruhan gereja yang berasal dari Kristus. Kepengurusan GKPS terdiri dari : majelis jemaat, pengurus resort dan pimpinan pusat. Di dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya para pelayan memiliki wadah untuk menentukan masa depan kepengurusan untuk itu setiap kepengurusan di berikan tanggungjawab supaya mampu mencapai visi dan misi , untuk itu kepada majelis jemaat adalah pelaksanaan kepengurusan di jemaat yang diangkat dan ditetapkan serta ertanggung jawab kepada sinode jemaat dan menyampaikan laporan kepada pengurus resort. Demikian halnya dengan pengurus resort adalah pelaksana kepengurusan di resort yang diangkat dan ditetapkan serta bertanggungjawab kepada sinode resort dan menyampaikannya kepada pimpinan pusat. Dan pimpinan pusat memimpin pelaksanaan kepengurusan GKPS yang diangkat dan ditetapkan seta bertanggungjawab kepada sinode bolon.
Pimpinan pusat adalah kepemimpinan dwitunggal terdiri dari Ephorus dan Sekretaris Jendral: dimana Ephorus adalah pimpinan penggembalaan, pelayanan dan kepengurusan GKPS. Sekretaris Jenderal adalah pimpinan kepengurusan GKPS dan pelaksana tugas harian pimpinan Pusat. Yang dibantu oleh praeses, kepala departemen dan kepala biro yang bertanggungjawab kepada pimpinan pusat.
Ada juga dikatakan sebagai para pelayan GKPS, pelayan-pelayan GKPS adalah mereka yang terpaggil menjadi pendeta, penginjil, sintua, syamas dan guru sekolah minggu.
Tugas umum pelayan GKPS adalah:
a. Memberitakan Firman Tuhan dan mengabarkan injil.
b. Mengajarkan Firman Tuhan kepada Jemaat.
c. Menggembalakan jemaat sesuai dengan teladan Yesus Kristus
d. Melayani jemaat dalam kebaktian, acara khusus yang diatur dalam peraturan GKPS.
e. Melaksanakan pelayanan dan perbuatan kasih sesuai dengan teladan Yesus Kristus.
f. Membina warga jemaat menjadi warga yang mandiri, dewasa dan betanggungjawab dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab gereja.
g. Membina kemandirian Jemaat dalam bidang keuangan, mengurus dan memelihara harta kekayaan GKPS.
h. Membina jemaat dan warga jemaat berperan aktif dalam kegiatan oikumenis.
i. Membina warga jemaat menjadi warga negara yang bertanggungjawab.
Untuk itu di dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab setiap pelayan wajib berusaha sungguh-sungguh untuk hidup menurut Firman Tuhan dan menjadi teladan yang baik bagi Jemaat, membenahi diri dan meningkatkan kemampuan antara lain melalui sermon, Kursus penelaahan Alkitab dan kegiatan lainnya.
2.6 Kualifikasi pemimpin Di GKPS
Di dalam mencari kualifikasi kepemimpinan yang layak duduk sebagai pemimpin di GKPS memiliki cara dalam peraturan GKPS. Di dalam menentukan pemimpin memiliki aturan dan tata cara yang disepakati bersama di dalam sinode bolon. Sebagai organisasi, GKPS membutuhkan Managemen yang baik, yang dikelola oleh pegawai yang setia, cakap, berdedikasi dan bijaksana (Mat. 24:45). Salah satu cara untuk mendapatkan tenaga pelayan yang cakap dan berdedikasi adalah melalui seleksi penerimaan dan pengangkatan pegawai GKPS yang syarat-syarat dan prosedurnya diatur dalam satu ketentuan yang disebut dengan ketentuan penerimaan dan pengangkatan pegawai GKPS. Dan yang dimaksud dengan pegawai GKPS dalam ketentuan ini ialah pendeta dan penginjil sebagai tenaga fungsional dan pegawai kantor pusat yang bukan pendeta dan penginjil sebagai tenaga teknis. Sedangkan ketentuan penerimaan dan pegangkatan pegawai GKPS adalah salah satu ketentuan yang mengatur tentang seleksi bagi calon Vicar pendeta, Vicar penginjil dan calon pegawai percobaan tenaga teknis menjadi vicar pendeta, untuk dapat diterima di GKPS.
2.7 Pola Kepemimpinan di GKPS
2.7.1 Teologis
Berbicara mengenai pola ternyata GKPS di dalam mencapai tugas dan tanggungjawabnya yaitu dengan pola teologis, dikatakan teologis karena tugas dan tanggungjawabnya langsung kepada Tuhan bukan kepada pusat atau pimpinan yang lain, tugas dan tanggungjawab itu dilaksanakan untuk kemuliaan nama Tuhan.
2.7.2 Demokratis
Dikatakan demokratis yaitu bertanggungjawab terhadap yang dipimpinnya, untuk itu di dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab selain dipertanggungjawabkan kepada Tuhan pelayan juga bertanggungjawab kepada jemaat yang dipimpin.
III. ANALISA/SARAN
Kepemimpinan Kristen secara khusus berkaitan dengan kepemimpinan dalam organisasi keagaman. Di sini, kepemimpinan Kristen sebagai “suatu proses terencana yang dinamis dalam konteks pelayanan Kristen (yang menyangkut faktor waktu, tempat, dan situasi khusus) yang di dalamnya oleh campur tangan Allah, Ia memanggil bagi diri-Nya seorang pemimpin dengan kapasitas penuh untuk memimpin umat-Nya yang menggelompokkan diri dalam suatu institusi atau organisasi, guna mencapai tujuan Allah yang membawa keuntungan bagi pemimpin, bawahan, dan lingkungan hidup bagi serta melalui umat-Nya untuk kejayaan kerajaan-Nya”. Pemahaman tentang keunikan kepemimpinan Kristen ini menegaskan bahwa kepemimpinan Kristen adalah suatu proses terencana dan dinamis, mengambil konteks pelayanan Kristen sebagai situasi khusus, yang meliputi waktu serta tempat khusus pula. Maka, kepemimpinan gereja GKPS adalah kepemimpinan Kristen dengan konteks pelayanan khusus Simalungun.
Gaya dan sifat kepemimpinan gereja menjadi faktor dalam pemberdayaan gereja dan jemaat tersebut. Adapun yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah gaya dan sifat kepemimpinan yang dipraktikkan baik oleh pejabat gereja maupun para pelayan gereja lainnya dalam menjalankan tugas mereka. Gaya dan sifat kepemimpinan akan memampukan para pemimpin maupun jemaat yang dipimpinnya apabila:
1. Gaya kepemimpinan partisipatif dan kemampuan jemaat dikembangkan.
2. Pengembangan diri para pemimpin dan para pelayan gereja lainnya diperhatikan secara memadai.
3. Sifat kepemimpinan yang saling melayani atau menggembalakan diberlakukan.
Kepemimpinan itu tidak terlepas dari visi dan misi. Visi kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai kemampuan pemimpin untuk melihat serta memahami keinginan suci yang ditulis oleh Allah di dalam batinnya bagi organisasi serta kepemimpinannya. Oleh karena visi kepemimpinan itu adalah penuntun hidup dan kerja suatu kelompok orang yang dipimpin dari setiap organisasi. Dan kepemimpinan Kristen itu harus berpusat pada Kristus.
Ketika pengorganisasian telah disusun dan diatur dalam Tata Gereja dan Peraturan Rumah Tangga GKPS, demikian juga dengan peraturan lainnya seperti Seksi, Badan, dan lain-lain maka pengorganisasian di dalam strukutur kepemimpinan GKPS merupakan proses untuk menciptakan hubungan yang baik fungsi-fungsi, personalia atau daya, dana sarana dan faktor-faktor lainnya agar kegiatan dapat dilaksanakan, disatukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan bersama GKPS. Dan kepemimpinan gereja haruslah kepemimpinan yang merupakan proses yang digunakan oleh orang ketika mereka memberikan apa yang terbaik dalam diri mereka dan dari orang lain. Kepemimpinan di dalam GKPS dipahami sebagai kepemimpinan dwitunggal, kepemimpinan yang terdiri dari dua orang tetapi mereka adalah satu, akan tetapi haruslah dipahami bahwa kepemimpinan melibatkan orang, kelompok, organisasi artinya ada tim dan dibutuhkan kerjasama. Maka, dibutuhkan model kepemimpinan gereja yaitu kepemimpinan Yesus yang menghamba yang mengartikan seharusnya para pemimpin yang mampu menyerap dan melaksanakan ide-ide orang lain.
Kepemimpinan bukanlah kekuasaan yang diberikan melainkan ada tanggungjawab dan otoritas yang diberikan. Otoritas yang dibangun dengan dasar kepercayaan dan kompetensi. Oleh karena itu, Ephorus dan Sekretaris Jenderal yang telah di pilih harus benar-benar menghayati otoritas yang telah di berikan kepada mereka. Dan sekalipun mereka adalah orang yang dipilih melalui sinode akan tetapi mereka perlu memahami bahwa kepemimpinan itu bukanlah milik pribadi dari orang-orang yang memiliki kharisma.
Di dalam kepemimpinan GKPS terutama yang memiliki jabatan tahbisan, harus berjuang mengerjakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepada para pelayan,supaya pola kepemimpinan yang secara teologis dan demokratis dapat terwujud dalam panggilan sebagai pemimpin di tengah-tengah kehidupan jemaat GKPS.
Hal yang dapat kita refleksikan adalah, mampukah kita menjadi seorang pemimpin yang berkualitas, hal tersebut menjadi tantangan pada kita di abad-21, gereja tidak lagi membutuhkan pendeta yang hanya bisa berkhotbah tetapi gereja merindukan sosok pemimpin dalam segala hal, yang mampu mengarahkan kehidupan mereka untuk lebih baik lagi. Tapi itu didapatkan hanya dalam seorang jiwa pemimpin, bagaimana dengan kita saat ini, mampu kah kita menjadi pemimpin yang dirindukan oleh jemaat Tuhan? Mampukanh kita menunjukkan sikap integritaas dan spiritualitas kita dalam kehidupan pelayanan kita? Itulah tantangan bagi para pemimpin masa depan gereja, dan saat ini kita sedang dibentuk menjadi seorang pemimpin yang berkualitas, karena yang diharapkan gereja bukan hanya pemimpin asal-asalan tetapi gereja membutuhkan pemimpin yang berkualitas yang mampu mengarahkan dan membawa gereja keluar dari berbagai macam masalah yang ada.
Untuk itu kualitas kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh kepekaan serta kemampuannya untuk melakukan hal yang tepat, pada saat yang tepat dan dengan cara yang tepat. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 126:5-6 “orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan sorak sorai, orang yang berjala maju dengan menangis, sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak sorai membawa berkas-berkasnya” yang ingin disampaikan pemazmur pada kita adalah menjadi pemimpin bukanlah hal yang sangat mudah, pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang tahan atas penderitaannya, menabur dengan air mata berjalan dan bekerja dengan tangisan akan menghasilkan tuaian. Artinya pemimpin yang sungguh-sungguh melayani di dalam Tuhan akan mendapatkan kesukaan pada akhirnya.
Kepemimpinan Ephorus dan Sekretaris Jenderal dalam GKPS merupakan ujung tombak pelayanan oleh karena itu perlu dibekali dalam hal kepemimpinan dan mereka harus dapat memberi tanggungjawab terhadap majelis jemaat, perlunya transparansi Pimpinan Pusat ke jemaat, tanggap terhadap masalah yang dihadapi di dalam GKPS, mampu untuk memberi pengaruh, berani dan berwawasan luas, serta kinerja Ephorus dan Sekretaris Jenderal perlu ditingkatkan, jangan ada KKN (Kolusi, Korupsi, Nepotisme), usulan jemaat harus ditanggapi oleh Pimpinan Pusat lewat surat, dan perlunya pengawasan yang ketat dalam setiap kepengurusan. Para pelayan harus terus berpedoman pada tata gereja dan peraturan-peraturan GKPS supaya dapat mempertahankan apa yang sudah ditetapkan. Begitu juga dengan Visi dan Misi GKPS harus dijadikan sebgai tolak ukur supaya tujuan organisasi dapat terus tercapai dan terarah. Di dalam kepemimpinan GKPS dilakukan secara penggembalaan tidak secara hierarkis. Di dalam 2011-2030 adalah periode peralihan di GKPS, untuk itu di dalam pola kepemimpinan dan cara berjemaat belum dapat dikatakan maksimal karena GKPS diminta bukan hidup untuk diri sendiri akan tetapi hidup untuk jemaat. Untuk itu perlu penatalayan yang baik di dalam kepemimpinan GKPS, GKPS membutuhkan organisasi yang baik, memiliki laporan keuangan yang transparan. Untuk itu reformasi kepemimpinan sangat perlu di GKPS. Supaya mampu mengokohkan iman jemaat yang mampu bermisi ke dalam maupun keluar. Untuk itu GKPS perlu belaja kembali menjadi pemimpin yang rendah hati dan memiliki pola kepemimpinan yang berpola menggembalakan menjadi berkat dan peduli terhadap semua orang.
IV. KESIMPULAN
Kepemimpinan di GKPS ternyata memiliki prisip teologis dan demokratis yang menyatakan bahwa kepemimpinan itu harus bertanggungjawab atas tugasnya tidak hanya kepada Tuhan tetapi juga kepada manusia,. Prinsip yang demikian sudah ditanamkan dalam diri GKPS di dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebgai garam dan terang dunia di tengah-tengah dunia. Dan seorang pemimpin ternyata harus memiliki perencanaan yang jelas, memiliki integritas yang baik,(loyal dan jujur), menjadi pemecah masalah), bersikap positif, mengambil tanggung jawab, dapat melayani, menolong dan mengembangkan orang lain, setia pada komitmen dan pantang menyerah, mampu menjadi teladan dan tetap belajar. Itulah pemimpin yang baik.
V. DAFTAR PUSTAKA
Abineno, J.L.Ch., Garis-garis Besar Hukum Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2002
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2008
Barna, George, Leaders On Leadership, Malang: Gandum Mas, 2002
Bersntein, Steven M. dan Smith, Anthony F., “The Puzzle of Leadership” dalam The Leader of the Future, Frances Hesselbein, Marshall Goldsmith, dan Richard Beckhard (eds.), San Fransisco: Jossey-Bass, 1996
Dasuha, Juandaha Raya P. & Sinaga, Martin L., “Tole den Timorlanden das Evangelium”, Pematangsiantar: Kolportase GKPS, 2013
Gibbs, Eddie, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang, Jakarta: BPK-GM, 2010
Hasil Wawancara dengan Pdt. J. Christiaan pada hari Sabtu, 07 Maret 2015 di Kantor Pusat, Pematang Siantar
Henry & Blackaby, Richard, Kepemimpinan Rohani, Batam: Gospel Press, 2005
Keputusan Sidang Majelis Gereja, Ketentuan dan Penerimaan dan Pengangkatan Pelayan GKPS, 15-18 Oktober 2014 di Medan
Kooij, Rjin van, Patnaningsih, Sri Agus, Yam’ah Tsalatsa A., Menguak Fakta, Menata Karya Nyata: Sumbangan Teologi Praktis Dalam pencarian Model Pembangunan Jemaat Kontekstual, Jakarta: BPK-GM, 2008
Kouzes, James M. dan Posner, Barry Z., The Leadership Challenge, San Fransisco: Jossey-Bass, 2002
Nommensen, J. T., Ompui Dr. I. L. Nommensen, Jakarta: BPK-GM, 1974
Pimpinan Pusat, Susukara 2000, Pematangsiantar: Kolportase GKPS, 2000
Pimpinan Pusat, Susukara 2007, Pematangsiantar: Kolportase GKPS, 2007
Sinuraya, P., Diakonia No.6 Sejarah Pelayanan GBKP di Tanah Karo, 1890-1940, Medan: Merga Silima, 1996
Tomatala, Yakob, Kepemimpinan yang Dinamis, Jakarta: YT. Leadership Foundation, 2002
Tomatala, Yakob, MANAJEMEN: Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemimpin Kristen, Jakarta: YT. Leadership Foundation, 2003
Wright, Walter, Relational Leaderdhip, Carlisle: Paternoster, 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar